5 Tahun kemudian.
Anak remaja itu melewati lorong di sekolah nya, semua mata yang memandang tak suka ke arah nya.
Brak!
Nampan makanan yang di bawa oleh salah satu siswa terjatuh dan mengotori seragam anak remaja lelaki tersebut.
"Ups! Maaf!" ucap siswa yang menjatuhkan makanan nya.
Athan James Dachinko nama yang sudah melekat dan hidup selama lima tahun pada nya kini sudah tak lagi asing bagi nya.
Ia berusaha tumbuh dengan baik walaupun berada di lingkungan keras dan membuat nya kehilangan ekspresi di wajah nya, ia memang tak mengambil kelas akselerasi agar terus mendapatkan beasiswa hingga ke jenjang kuliah.
"Kalau mata mu tak bisa di gunakan sebaik nya kau pakai kacamata saja," ucap nya sembari membersihkan tumpahan makanan di seragam nya.
"Sial! Kau pikir kau siapa di sini hah?!" Mike yang menarik kerah seragam James karna merasa kesal.
"Menurut mu? Berhenti menggertak dan singkirkan tangan mu!" ucap James sembari menepis kasar tangan siswa tersebut.
Rick melepaskan tangan dengan kasar mengikuti tepias yang di lakukan James, amarah nya semakin memuncak.
Ia merasa geram karna bagi nya anak yang bukan siapa-siapa begitu terkenal mengalahi popularitasnya, peringkat satu yang dulu ia banggakan tak pernah dapat lagi karna James yang selalu mendapat nilai penuh dan peringkat pertama.
Rick tersenyum begitu melihat siswa lain membawa nampan makanan, ia mengambil nya dan menjatuhkan lagi makanan ke seragam remaja berwajah tampan namun dingin tersebut.
"Aku traktir makan siang," ucap nya tersenyum menang.
James diam, ia melihat seragam nya yang kotor, ia tak tau apa kesalahan nya namun dirinya lah yang selalu di ganggu.
"Oh ya? Kalau gitu aku yang traktir minum," ucap James datar sembari melangkahkan kaki nya ke arah gadis yang membawa milkshake di tangan nya.
"Eh?" gadis itu tersentak dan memundur saat James mengambil minuman nya.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya James pada siswi tersebut.
"Ti-tidak," jawab nya gugup karna ia memang takut akan perkelahian.
Byur!
"Kau suka minuman nya kan?" tanya James sembari menyiram milkshake ke atas kepala Rick.
"Dasar sia-"
"Sebaiknya kau pergi, jangan menghabiskan oksigen karna karbon dioksida yang kau keluarkan," potong James menyindir dengan senyum tipis.
......................
Cafe.
Setelah kembali dari sekolah James masih berkerja part time, karna ia hanya memiliki beasiswa namun masih butuh untuk keperluan sehari-hari nya.
Ia sudah keluar dari panti asuhan satu tahun yang lalu saat memasuki sekolah menengah atas, dan mulai hidup sendiri.
Pelayan, barista, menyanyi di cafe, bahkan sampai pengantar makanan ia lakukan untuk memenuhi semua pekerjaan part time nya.
Lelah?
Tentu saja ia merasa lelah namun ia sudah terbiasa untuk tak pernah mengeluh ataupun mengadu pada seseorang tentang apa yang ia rasakan.
Tap!
Satu gelas milkshake hadir di meja gadis yang tengah membaca buku nya, ia memilih belajar di cafe karna baginya lebih menyenangkan.
"Aku tak pesan milksha- eh?"
"Aku ganti untuk yang ku ambil kemarin," ucap James sembari seraya pergi.
"Eh? Tu-tunggu!" ucap gadis itu tanpa sadar meraih tangan James.
"Apa lagi?" tanya James ketus menatap gadis itu.
Gadis itu beringsut melepaskan tangan nya dan menatap takut pada remaja di depan nya, "Ki-kita sekelas kan?" tanya gadis itu lirih.
James mengerutkan kening nya, ia memang tak pernah berinteraksi dengan teman sekelas nya karna orang-orang di kelas nya yang merasa ia tidak memiliki level yang sama.
"Benarkah?" tanya James datar.
"Ka-kau tidak tau yah? Aku saja tau nama mu," ucap gadis itu lirih.
"Lalu aku juga harus tau kau?" tanya James dengan ketus.
Gadis itu menunduk, ia memperlihatkan wajah tak nyaman dan raut sedih nya. James pun menghela napas nya dan menatap lagi ke arah gadis itu.
"Siapa nama mu?" tanya James yang mulai tak tega melihat raut sedih gadis itu karna sikap ketus nya.
Gadis itu menoleh dan menatap binar dengan mata jernih nya, "Bella."
James mengangguk kecil dan berlalu lagi, "Silahkan nikmati minuman nya," ucap nya berlalu pergi dan merapikan tempat lain.
Gadis itu hanya diam dan menatap milkshake nya, "Dia bekerja disini? Padahal dia kan tidak jahat? Kenapa banyak yang tidak suka?" gumam nya lirih.
Ia masih gadis naif yang tidak memandang kasta dalam pertemanan, walau pun saudaranya sangat bertolak belakang.
......................
3 Minggu kemudian.
Auch!
Gadis itu terkejut, ia hanya memotong jalan namun begitu terkejut melihat beberapa preman menyerang nya dan membawa nya ke sela bangunan besar.
"Ka-kalian mau uang?" tanya gadis itu terbata karna takut.
"Pintar sekali, berikan semua uang mu." ucap preman tersebut terkekeh.
Gadis itu begitu takut membuat nya menurut saja hingga,
"Mudah sekali kau memberi uang, kau juga harus tau mana yang layak di berikan dan mana yang tidak." suara yang membuat gadis itu tersentak dan kembali menutup dompet nya.
"Kau?! Mau jadi pahlawan?! Hah?!" gertak preman tersebut.
"Sini," ucap James menatap ke arah gadis itu tanpa memperdulikan preman yang tengah menggertak nya.
Gadis itu tersentak, ia bingung namun secepat kilat langsung berlari ke arah pria yang memanggil nya.
"Ayo kabur," ucap gadis itu lirih.
"Belum sekarang, mereka bisa kejar kita." ucap James sembari menarik gadis itu kebelakang tubuh nya dan mengambil balok kayu yang sudah tak terpakai itu.
Plak!
Ia memukul ke arah tangan preman yang tengah membawa pisau nya untuk melukai nya, entah dari mana kemampuan bertarung nya namun ia dapat beradaptasi dengan sendiri nya.
Bugh!
Ia menurunkan tubuh nya menghindari pisau yang datang secepat kilat lalu memukul kaki preman yang ada di depan nya ketika menunduk.
"Sekarang! Lari!" ucap nya setelah berhasil menumbangkan 3 preman tersebut dan langsung menarik tangan gadis itu.
"Berapa kecepatan lari mu?" tanya James dengan terengah-engah menarik napas karna berlari.
"Entah, 100 meter per menit mungkin," jawab gadis itu asal.
James mempercepat lari nya tanpa melepaskan tangan gadis itu begitu mendengar jawaban yang ia inginkan.
Lari yang sudah cukup jauh hingga membuat kedua remaja itu berhenti saat tak ada lagi yang mengejar nya.
James maupun gadis itu menarik napas terengah-engah mengambil semua oksigen agar memiliki udara yang masuk.
"Terimakasih," ucap gadis itu menatap teman sekelas nya.
James tak menjawab dan hanya menatap, "Lain kali hati-hati." ucap nya singkat.
"Kau masih ingat nama ku, kan?" tanya gadis itu.
"Ingat, Bella kan?" jawab James sekali lagi.
Gadis itu tersenyum, dengan masih menarik napas dalam, "Mau ku traktir teh?" tanya nya dengan mata binar.
"Tidak perlu," jawab James dan berlalu pergi lagi meninggalkan gadis itu.
"Kalau begitu, mau jadi teman ku?" teriak Bella saat James menjauh dari nya.
Langkah James terhenti ia memutar tubuh nya dan menatap ke arah gadis yang tersenyum tulus, senyuman yang tak pernah ia dapat kan selama bertahun-tahun dan hampir membuat nya lupa.
Awal yang membuat nya kembali dekat dengan seseorang, ia tak tau bagaimana akhir dari keputusan nya, namun yang ia tau senyuman yang datang pada nya kali ini kembali menghangatkan hati nya.
......................
Waktu berlalu tanpa bisa di hentikan, yang hidup harus bertahan dan yang tidak ada hanya meninggalkan kenangan di ingatan.
Byur!
Guyuran air yang membasahi tubuh gadis itu, ia terduduk dan merasa begitu takut, tawa menggema yang terdengar di telinga nya membuat lidah nya kelu tak mampu berkata-kata.
Rick tertawa, ia memang penindas no 1 di sekolah elit ternama tersebut, tak hanya teman sebaya ia juga mengganggu adik sekelas nya.
"Ma-maaf kak...
Nanti aku ganti sepatu nya..." ucap gadis itu menangis karna takut.
Sebelum nya ia tak sengaja menjatuhkan makanan di sepatu mahal milik Rick membuat nya menjadi bahan buli tahun ini oleh sekelompok remaja nakal tersebut.
"Siapa nama mu? Aku lupa," tanya Rick sembari memegang dagu gadis itu.
"Josie kak..." ucap nya lirih dengan bibir gemetar.
"Aku kesal sekali karna mu," ucap Rick kesal "Buka baju nya sekarang," sambung nya pada teman-teman penindas nya yang lain.
Gadis itu tersentak, ia berusaha melawan dan memegang erat seragam nya agar tak di permalukan.
"Jangan! Huhu!" tangis nya menggema di wilayah belakang sekolah. Tempat sunyi yang jarang di datangi siswa.
Ctak!
Lemparan kerikil yang mengenai kepala salah satu siswa yang mencoba membuka seragam yang sudah sobek tersebut.
"Sekarang kalian mengganggu adik kelas? Apa seperti ini sikap anak-anak yang katanya di besarkan dengan sopan santun?" tanya James menyindir.
"Dasar pengemis!" ucap Rick emosi melihat James yang ikut campur.
Ia mengatai James sebagai pengemis karna tau jika teman sekelas nya itu anak yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan dan sekolah menggunakan uang beasiswa sehingga ia menganggap hina dan menyamakan dengan para pengemis.
"Lalu kau mau di pukul oleh pengemis lagi?" tanya James ringan sembari mendekat dengan mata elang nya.
Rick memundur, ia ingat satu bulan yang lalu James mengalahkan nya beserta semua teman nya sendirian.
"Pergi," ucap James lagi sembari mendekat ke arah Josie yang tengah menangis ketakutan sembari memegang seragam sobek nya.
Ia membuka jas seragam nya dan menutup tubuh kecil gadis yang menangis gemetaran tersebut.
"Kau baik-baik saja?" tanya nya sembari menenangkan gadis itu dengan menutup tubuh gadis itu dengan jas seragam nya.
James masih memegang teguh apa yang sang ayah ajarkan pada nya.
Yang kuat melindungi yang lemah dan yang berkuasa bersikap adil
Itu lah yang diajarkan sang ayah pada nya, karna di dalam dirinya masih lah Xavier Haider seperti 5 tahun yang lalu, hanya nama dan keceriaan nya saja yang berganti namun tidak hati dan jiwa nya.
Yah setidak nya masih seperti itu sebelum satu kejadian naas yang membuat Xavier Haider menghilang dan berganti dengan iblis tanpa belas kasihan.
Rick menatap marah ke arah James, namun terbesit rencana di pikiran nya saat melihat pria itu membantu adik kelas yang ia buli.
Rencana yang menghancurkan masa depan seseorang bahkan mengubah orang lain.
......................
Satu bulan kemudian.
Setelah satu tahun berteman dan semua pertemanan yang terjalin berkembang lebih dari sekedar mengenal.
"Sudah ku bilang di sini sangat sempit kan?" tanya James saat melihat Bella mendudukkan dirinya di tempat tinggal nya.
Ia menyewa rumah atap yang memiliki satu ruangan dengan wastafel dan kamar mandi, ia mengisi dengan satu ranjang dan sofa serta beberapa peralatan yang membantu keseharian nya.
"Rapi," ucap Bella sembari melihat ke sekeliling tempat tinggal pria itu.
"Hm?" James mengandah ia menatap ke arah wajah gadis itu sekilas saat ia masih mengaduk teh.
"Kau rapi sekali yah? Jadi sangat nyaman," ucap Bella dengan tersenyum.
James memutar wajah nya, ia tak ingin melepas kendali hanya karna senyuman tersebut, "Jangan tersenyum seperti itu,"
Bella menoleh ia melihat punggung pria yang tengah membuatkan minum untuk nya, ia sadar jika ia menyukai teman sekelas nya itu.
Rasa suka yang masih membara di usia remaja dan hormon dewasa yang baru ingin berkembang.
"James?" panggil nya lirih dan mendekat.
"Kenapa? Kau tidak nyaman?" tanya James langsung, ia sadar dengan semua perbedaan antara dirinya dan gadis di depan nya.
Perbedaan status, perbedaan kasta, popularitas serta nama baik di sekolah, gadis yang sangat populer tak hanya karna keluarga nya namun juga karna sikap teladan dan lemah lembut nya.
Berbeda dengan dirinya yang di juluki pengemis, walaupun ia tak pernah sekalipun meminta-minta namun karna ia di besarkan di panti asuhan tanpa orang tua serta pengambil beasiswa membuat para siswa kalangan elit itu enggan berada di dekat nya.
Walaupun tak semua namun ia tetap tak memiliki teman kecuali gadis di depan nya.
"Kita benar-benar pacaran?" tanya Bella lirih.
"Tentu saja, kenapa tanya begitu?" jawab James menangkup wajah gadis itu.
"Kau tidak pernah menyentuh ku, bahkan seperti tak mengenal ku di sekolah..." ucap Bella lirih.
"Karna kau sangat populer, aku tidak mau nama mu rusak kalau semua orang tau kau pacaran dengan ku," jawab James pada gadis itu, karna memang itulah yang ada di pikiran nya saat ini.
"Lalu kenapa tidak mau menyentuh ku? Setidak nya kita bisa ciuman kan?" tanya Bella lagi dengan mata berapi-api.
"Aku takut tidak sekedar mencium mu," jawab James sembari mengelus lembut kepala gadis itu.
Ia juga masih remaja yang beranjak menjadi pria dewasa, bahkan ia harus bersikap lebih dewasa dari semua anak yang seumuran dengan nya.
Hidup dan jalan yang ia lalui tak sama dan lebih keras, namun di balik semua itu ia juga masih mencari apa yang ada di dalam diri nya.
Sedewasa apapun seseorang ia juga masih menyimpan sisi gegabah, ceroboh dan egois sesuai dengan umur nya.
"Kalau begitu aku tidak apa-apa, kalau bukan hanya sekedar mencium aku juga tak masalah," jawab Bella sekali lagi.
Ia masih remaja yang berpikir ceroboh dengan semua keingintahuan yang menggebu.
"Kau yakin?" tanya James sekali lagi, ia belum pernah berpacaran atau menyukai seseorang karna yang ada di pikiran nya dulu hanyalah cara bertahan agar tetap hidup.
"Tentu saja aku yak- Humph!"
Mata gadis itu membelalak sejenak saat bibir nya di pangut tiba-tiba namun hal itu hanya sebentar ia, menutup mata nya dan mencoba membalas ciuman yang bagi nya pertama tersebut.
Sama seperti kekasih nya, bagi James hal ini juga masih ciuman pertama nya, namun tubuh nya bergerak sendiri. Tak ada yang memberitau ataupun mengajari nya kecuali naluri dan hasrat nya.
Ciuman yang terus berlanjut hingga tanpa sadar tubuh nya terus mendorong langkah tubuh mungil itu hingga menjatuhkan ke ranjang nya.
Tak ada yang di pikirkan kecuali rasa suka dan cinta, masalah yang akan datang terasa sirna dan lenyap begitu saja.
Gadis itu meleleh, ia tak bisa menahan ataupun mencegah, tubuh nya terhanyut, ia tak tau akan sampai sejauh ini ciuman yang awal nya bukan apa-apa.
"Sa-sakit..." rintih nya sembari meremas lengan pria yang bersama nya saat ini.
"Sangat sakit? Apa aku berhenti saja?" tanya James yang bingung karna ini juga baru pengalaman pertama nya.
Ia tidak tau banyak namun dorongan dalam dirinya saat pengendalian nya terlepas membuat nya bertindak semakin jauh.
"Ta-tapi aku baik-baik saja..." jawab Bella menggigit bibir nya guna menahan rasa sakit nya.
James memangut bibir gadis itu untuk menenangkan nya.
Perasaan dan tubuh yang meleleh satu sama lain, remaja yang di liputi perasaan cinta dan ingin memiliki yang kuat serta tak sama-sama tak bisa menahan hasrat nya.
James menjatuhkan dirinya di samping gadis itu, ia melihat wajah lelah yang meringis menahan sakit.
"Sangat sakit yah? Maaf..." ucap nya memeluk dan menangkup tubuh kecil itu dalam dekapan nya.
"Iya, kenapa bisa sakit sekali yah?" tanya Bella lirih namun merasa nyaman dengan pelukan kekasih nya.
"Kau menyesal?" tanya James lagi.
"Tidak, aku suka! Kalau begini kan kau seperti jadi milik ku!" jawab gadis itu spontan.
James hanya tersenyum dan memeluk gadis itu dengan erat, rasa suka nya begitu meluap. Ia sudah jatuh cinta sepenuh nya dengan gadis yang pertama kali memberikan nya senyuman hangat.
......................
2 Hari kemudian.
Sekolah mulai riuh, James tak mengerti namun semua melihat ke arah nya dengan tatapan benci dan jijik.
Ia pun berjalan dan melihat papan pemberitahuan jika ia di panggil ke kepala sekolah.
"Dasar binatang!" ucap seorang wanita paruh baya yang langsung memaki nya begitu ia sampai ke ruangan kepala sekolah.
James tersentak, ia tak mengerti apa kesalahan nya namun di maki seperti itu.
"Dia yang nama nya James?! Dia yang melakukan nya?!" tanya wanita paruh baya itu pada putri nya.
James mengernyit dan berusaha mencerna situasi, ia melihat gadis yang menangis segugukan dan tertunduk, wajah yang tak asing sama sekali.
Dia kan adik kelas yang kemarin?
Batin James namun masih belum mengerti situasi.
Josie masih menangis lalu mengangguk lirih dengan tubuh yang gemetar.
"I-iya, dia yang melakukan nya...
Di-dia yang melecehkan ku dan..." ucap nya terputus sembari menangis dengan segugukan.
"Dan yang me-melakukan itu..." sambung nya dengan suara gemetar dan semakin menangis.
James terperanjat, ia tak pernah melakukan hal seperti itu namun sekarang sedang di tuduh atas perbuatan yang tak pernah ia lakukan.
"Apa yang kau katakan?! Kapan aku melakukan nya?!" tanya James yang langsung mendekat dan meraih tangan gadis itu.
Josie berteriak secara spontan ia semakin menangis histeris.
"Lihat kan? Dua hari yang lalu putri ku mengadukan semuanya!" ucap ibu dari Josie.
"Dua hari yang lalu?! Aku bahkan tidak pernah bertemu dengan nya selama satu bulan ini!" James membela diri nya.
PLAK!!!
"Dasar binatang! Kenapa melakukan hal sekeji itu itu pada putri ku!" teriak ibu Josie histerisn setelah menampar James.
"Kau! Katakan siapa yang melakukan nya?! Kenapa menuduh ku?!" ucap James yang kembali mendekat ke arah Josie lagi, karna ia tau dua hari yang lalu ia bersama kekasih nya.
Ia mulai di halangi oleh kepala sekolah serta beberapa guru yang berada di sana, ruangan kepala pun berubah riuh.
Tuduhan palsu yang menghancurkan nama baik serta masa depan orang lain.
...****************...
Jangan lupa dukungan nya yah😘😘
Like👍👍👍
Komen 💬💬💬
Rate 5⭐⭐⭐⭐⭐
Vote 🎗️🎗️🥳🥳
Favorit ♥️♥️♥️
Hadiah 🎁💐💝
Biar othor makin semangat hihi😊😊😊
Happy Reading💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Sri Ka
Lanjut
2022-03-06
1
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
waaahhh hmmm🤔
2022-01-05
0
Amin_Rosyid
eh ternyata panggilan nya James 🤭.
ternyata perjuangan masih panjang....
2022-01-05
0