Kediaman Rai.
Wanita itu mengerutkan dahi nya menatap nama yang beberapa bulan lalu begitu menggema karna kejadian naas yang menimpa keluarga dari si pemilik nama.
"Reyhan Cowell Dachinko? Kenapa dia punya data orang ini?" gumam nya sembari melihat data lain di atas meja kerja suami nya.
Mata nya menelisik ke atas kertas di depan nya hingga ia tak menyadari jika suami nya sudah memasuki ruang kerja tersebut.
"Alyss?" panggil pria itu memanggil nama sang istri.
Wanita itu menoleh dan langsung memperlihat kertas yang ada di tangan nya, "Kau menyelidiki nya? Kenapa kau bisa punya ini?" tanya Alyss dengan nada curiga.
"Apa yang kau pikirkan? Aku cuma penasaran, lagi pula dia dulu pernah mau menyelidiki tentang kematian Will," jawab Hazel beralasan.
"Kenapa?" Alyss yang masih belum memahami nya pun mengerutkan dahi nya.
"Kau tau kan? Kematian nya tidak wajar, dan aku yang membunuh nya," jawab pria itu menatap lekat iris sang istri.
"Kau tak menyesal membunuh ayah mu sendiri?" Alyss juga membenci ayah dari suami nya.
Karna dulu pernah hampir memperk*sa nya, membuat nya menjadi tuli selama beberapa waktu dan bahkan membuat nya sulit hamil karna menikam perut nya. Tapi ia juga tau jika pria itu adalah ayah biologis dari suaminya.
"Tidak, aku tak pernah menganggap nya orang tua, bagi ku yang terpenting cuma kau." jawab Hazel dengan penuh keyakinan di setiap katanya.
Alyss membuang tatapan nya, dan mencoba kembali ke pembicaraan awal karna tak ingin mengingat tentang Will lagi.
"Sungguh tak ada yang lain? Kau tak berhubungan dengan kematian keluarga nya kan?" tanya wanita itu lagi.
Hazel diam sesaat, dan menatap mata di depan nya.
"Bukan aku yang membunuh nya," jawab pria itu dengan yakin karna ia memang tak berbohong.
Ia memang bukan yang membunuh namun bukan berarti ia tak ada hubungan nya sama sekali, namun ia tak pernah sekalipun bertujuan untuk membunuh keluarga jaksa itu ataupun melakukan hal dulu menjadi kebiasaan nya.
Alyss menatap mata pria itu dan tak mengucapkan sepatah kata pun dan sedetik kemudian ia menghela nafas nya.
"Kau tak mempercayai ku?" tanya Hazel lagi pada sang istri.
"Entahlah, aku hanya...
Kau tau kan aku tak ingin kau seperti itu, semua orang ingin hidup, asalkan bukan pengganggu." jawab Alyss sembari mengusap rahang kekar suaminya dan menatap mata yang memandang nya erat.
Pria itu menangkup tangan kecil istri nya yang sedang mengusap rahang nya, ia pun mencium lembut tangan wanita dan perlahan menarik sang istri dalam pelukan nya.
Bagi ku yang terpenting itu kau, bukan orang lain, Maaf...
Aku tak bisa menjadi pria yang kau inginkan...
"Kalau begitu kau harus tetap bersama ku, jangan pergi kemanapun." ucap nya lembut sembari memeluk erat tubuh kecil istri nya.
Wanita itu sedikit meloloskan tubuh nya dan menengadah melihat wajah suami nya, kaki nya sedikit berjinjit guna bisa mencapai tinggi pria yang tengah memeluk nya.
Cup...
"Memang nya aku mau kemana? My bear bisa ngamuk..." ucap nya tersenyum setelah mengecup bibir suami nya.
Ia tau penyesalan suami nya yang membuat dirinya tak lagi sehat seperti sebelum nya, namun waktu tak dapat di putar ataupun di ulang kembali.
"Love you..." ucap Hazel tanpa sadar saat melihat senyuman di wajah wanita yang ia cintai.
"Love you too..." balas Alyss sembari menatap lekat iris suaminya.
Hazel memang menyembunyikan cara ia untuk menemukan obat yang tepat dengan eksperimen manusia yang memakan banyak korban itu dengan sangat rapat, bahkan hingga istri nya tiada pun semua yang ia lakukan tak pernah di ketahui.
......................
2 Tahun kemudian.
Rumah Cleo.
Robert sudah mengambil hak asuh Xavier sejak dua tahun yang lalu saat mendapati keponakan yang ia sayangi ke rumah nya dalam keadaan tubuh penuh memar dan menangis.
Xavier juga mengatakan semua yang ia alami termasuk kejadian saat orang tua nya meninggal dan tentu nya Robert tak tinggal diam karna ia tak terima jika kakak nya di bunuh begitu saja.
Dua tahun sudah terlewati, masa berkabung anak lelaki itu sudah tak ada lagi karna ia harus menghadapi realita nya sekarang.
Xavier kembali mendapatkan pendidikan yang sesuai dan semua fasilitas yang harus ia dapatkan, paman dan bibi nya serta adik sepupu nya yang menggemaskan begitu menyayangi nya seperti keluarga sendiri.
"Kak Xavier! Ikat rambut aku," ucap gadis kecil itu sembari memberikan sisir dan pita nya pada Xavier.
"Masih ingat pelajaran yang kakak ajari semalam? Sudah di hafal kan?" tanya Xavier sembari mengikat rambut adik sepupu nya yang baru berusia 8 tahun.
"Sudah, nanti nilai ujian bakal yang tertinggi deh!" ucap nya percaya diri pada Xavier.
"Nanti kalau Celine dapat nilai tertinggi kakak gak di kasih hadiah? Kakak kan yang ngajarin Celine belajar?" tanya Xavier setelah ia setelah mengikat rambut gadis kecil itu.
"Nanti aku beliin kakak permen yang banyak!" jawab nya dengan percaya diri.
Xavier hanya tertawa kecil dan mengusap kepala sepupu nya, "Semoga ujian nya berhasil yah..." ucap anak lelaki itu dengan lembut.
"Mamah Papah gak dikasi permen nya? Cuma untuk kak Xavier aja?" goda Helena pada putri sembari meletakan masakan nya di meja makan untuk sarapan.
"Mamah sama Papah nanti aku kasih satu deh," jawab gadis kecil itu pada sang ibu.
Helena dan Robert hanya tertawa kecil mendengar nya dan melanjutkan sarapan nya.
"Ini makan lagi, kau suka salmon kan? Ibu mu dulu juga paling suka salmon," ucap Robert sembari memberikan salmon ke piring keponakan nya, ia tau kakak nya dan keponakan nya memiliki kesukaan yang sama.
"Iya jadi kangen Mamah..." gumam Xavier lirih.
Helena yang mendengar hal itu pun mengelus kepala Xavier dengan lembut, "Tidak apa-apa, sekarang Xavier kan sudah tidak sendirian lagi." ucap wanita itu menghibur keponakan nya.
"Iya, kan sekarang ada aku, nanti kalau Celine dah besar kak Xavier nikah sama aku!" celoteh gadis kecil itu dan membuat Xavier kembali tersenyum.
Helena dan Robert hanya tertawa dengan celoteh putri kecil mereka, apapun itu ia mereka sudah menganggap jika Xavier adalah bagian dari keluarga mereka.
....
Seperti hari biasanya Xavier selalu pulang malam karna kelas tambahan dan les yang biasa ia lakukan anak lelaki itu bahkan tak tau jika pagi saat ia bersama dengan keluarga paman nya adalah saat terakhir mereka berkumpul bersama.
Setelah pulang les Xavier pun memasuki rumah nya, langkah nya terhenti, degupan jantung nya mulai berirama dengan cepat, wajah nya memucat saat ia merasakan hal yang seperti dejavu di hidup nya.
Rumah yang selalu rapi kini berantakan dan bahkan tercium aroma anyir darah yang memasuki hidung nya.
Paman? Bibi? Celine?
Batin nya yang langsung mencari ketiga orang tersebut hingga lari nya terhenti saat melihat pria bertubuh kekar dan memakai masker hitam keluar.
"Kau yang nama nya Xavier?" tanya pria itu sembari menatap tajam anak lelaki di depan nya.
"Di mana paman dan bibi ku?!" teriak nya dengan nada bergetar dan tatapan penuh amarah.
"Sudah mati, aku tanya kau di mana tapi mereka tak mau jawab, yah ku bunuh saja." jawab pria itu dengan enteng dan di ikuti dengan beberapa pria bersenjata lain nya yang ikut keluar dari segala sisi rumah itu.
Deg!
Jantung nya terasa ingin berhenti, nafas nya tercekat mendengar perkataan mudah itu yang sudah membuat seluruh keluarga habis.
"Mereka tak mau mengatakan kau di mana, jadi yah kami terpaksa melakukan nya..." jawab pria itu dengan enteng.
"Adik ku? Dimana adik ku?!" tanya Xavier lagi dengan buliran bening yang mengalir di mata nya namun mata itu di penuhi dengan tatapan kemarahan.
"Sudah mati juga, suara tangisan terlalu berisik jadi ku bunuh sekalian," jawab pria itu enteng.
"Kenapa kalian melakukan nya?! Kenapa bunuh orang tua ku?! Kenapa paman bibi juga sekarang?!" Xavier meluapkan amarah dan kesedihan nya, ia tak tau kenapa keluarga nya dibantai seperti itu.
"Bukan kami yang membunuh orang tua mu, kami hanya di suruh dan lagi mana data nya?" tanya pria itu.
Xavier geram, ia tak tau data apa yang di bicarakan, kejahatan yang seperti hukum paralel sedang terjadi pada nya saat ini.
Pembunuh orang tua nya berbeda dengan pembunuh keluarga bibi nya namun mereka mencari satu benda yang sama.
"Beri dia pelajaran sampai buka mulut!" perintah pria tersebut.
Beberapa orang lain nya mulai memegangi anak berusia 12 tahun itu dan kembali memukuli nya.
45 Menit kemudian.
Tubuh yang penuh luka, dan darah yang yang mulai mengalir dari hidung dan mulut anak tersebut.
"Katakan di mana?! Atau kau mau ku buang di hutan saja? Biar jadi makanan serigala? Hm?" tanya pria itu sembari menatap Xavier yang penuh dengan luka tersebut.
"Aku tidak tau, dan kalaupun tau aku tak akan memberi tau mu!" ucap Xavier dengan suara lemah namun penekanan.
"Kata tuan kalau dia tak tau kita harus membunuh nya, tak boleh ada saksi mata," ucap pria itu pada rekan nya yang lain.
"Buang dia di hutan, agar mati di makan serigala," ucap nya pada rekan yang lain.
Ia tau jika keberuntungan hidup anak lelaki itu sangat kecil, luka di sekujur tubuh di tambah lagi jika mereka membuang nya ke hutan dan merasakan hawa dingin akan membuat anak lelaki itu mati dengan sangat menderita.
Xavier tak bisa lagi melawan ataupun menolak, tulang-tulang nya patah dan tubuh nya terluka parah, ia dibawa menggunakan mobil dan benar-benar di buang di hutan.
Hawa dingin yang memasuki tubuh nya memenuhi rasa sakit nya, sinar rembulan yang saat itu menjadi lampu untuk nya dan lolongan hewan buas itu yang terdengar sayup di telinga nya.
Kalau aku bisa hidup, akan ku balaskan semua dendam Papah Mamah...
Paman dan Bibi juga Celine, mereka harus bayar yang mereka lakukan!
Batin nya pada meluapkan emosi nya sebelum seluruh tubuh nya terasa kebas dan kehilangan kesadaran nya.
......................
3 Minggu kemudian.
Xavier mulai tersadar dan terbangun, ia mencium aroma medis sama seperti saat dulu ia di rawat.
Ia di temukan saat pagi hari oleh pendaki yang yang saat itu sedang menaiki gunung. Takdir kehidupan masih berpihak pada nya setelah lolos dari maut.
Setelah beberapa hari menjalani perawatan ia mulai dapat bergerak seperti biasa nya.
Air mata nya meleleh melihat siaran televisi yang kali ini menampilkan keluarga paman nya yang meninggal secara tragis.
Rasa bersalah memuncak dan memenuhi diri nya, karna kali pun hanya ia yang hidup. Semua orang yang ia sayangi meninggalkan nya ke tempat yang tak bisa di jangkau.
Semua orang di rumah sakit berusaha mencari informasi tentang anak yang dibawa dengan luka parah itu namun Xavier bungkam tak mengatakan apapun.
Biaya pengobatan nya di tanggung oleh bantuan sosial karna masih mencari tau keluarga dari anak tersebut.
"Dia kan? Aku tak tau dia bisa hidup, sebaik nya di bunuh sekarang sekarang saja, tak boleh sisakan saksi mata."
Mata Xavier terperanjat mendengar ucapan berbisik tersebut, suara yang sama dengan pembunuh paman dan bibi nya.
Ia pun langsung bersiap kabur untuk pergi dan meninggalkan rumah sakit.
......................
Kali ini sudah panti asuhan ke tiga yang anak lelaki itu datangi, panti asuhan yang lain selalu bertanya kemana orang tua nya karna mengira ia hanya anak yang kabur dari orang tua nya.
"Saya boleh tinggal disini? Hanya sampai saya berumur 18 tahun setelah itu saya akan pergi lagi," ucap nya datar dengan wajah tanpa ekspresi.
Ibu panti itu menatap wajah nya yang datar namun penuh akan kesedihan.
"Siapa nama mu?" tanya wanita itu dengan lembut.
Xavier menengadah menatap wajah ramah dan lembut di depan nya.
"Xa-" ucap nya terhenti sejenak, ia takut jika mengucapkan nama nya akan ada yang mencari nya lagi, ia menatap ke arah televisi dengan siaran yang telah habis dan menuliskan nama cast pemain nya.
"James..." jawab nya lirih.
"James? Nama lengkap mu siapa?" tanya ibu panti dengan senyuman lembut nya.
"Athan James..." ucap nya lirih yang memakai nama yang mirip dengan nama ibu nya 'Agatha'
"Athan James? Nama yang bagus," ucap wanita itu tersenyum.
"Dachinko..." sambung nya lagi karna ia masih ingin tetap memakai nama keluarga nya.
"Athan James Dachinko?" tanya ibu panti lagi.
Xavier mengangguk, ia masih asing dengan nama baru nya namun itulah nama yang akan menjadi milik nya mulai sekarang.
Ia masih muda saat itu dan berfikir jika balas dendam nya dengan menjadi penegak hukum akan dapat memberi keadilan untuk dirinya sendiri dan keluarga nya hingga kejadian yang membuat masa depan nya hancur datang.
...****************...
Jangan lupa dukungan nya yah😘😘
Like👍👍👍
Komen 💬💬💬
Rate 5⭐⭐⭐⭐⭐
Vote 🎗️🎗️🥳🥳
Favorit ♥️♥️♥️
Hadiah 🎁💐💝
Biar othor makin semangat hihi😊😊😊
Happy Reading💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
dasar nasib kenapa penjahat nya gak datang di rumah tante nya yg jahat itu
2022-12-29
0
Halimah
lanjut
2022-05-11
0
Amin_Rosyid
siapa yang ngupas bawang 😭😭😭😭
otaknya sungguh brilian sampai dia bisa membaca situasi dan mengganti identitas, semangat Athan 💪💪
2022-01-05
0