Rosmawati melonjak kaget ketika ia mendapati kain lapnya sedari tadi ternyata bukanlah mengelap kaca, melainkan berada di wajah seorang wanita. Wanita yang kini tengah menatapnya dengan penuh amarah.
"I'm sorry, Madame ...." sesal Rosmawati dengan wajah yang mulai diliputi keresahan. Ia memainkan kain lap yang dipegangnya dengan cara menggulung-gulungnya.
"Sorry? Hanya cukup dengan kata "sorry"? No!" Amarah wanita itu makin menjadi. "Unbelievable!" Gerutu wanita dengan mini dress ketat itu. Matanya yang besar terlihat semakin besar saja seperti biji jengkol. Ia pun kemudian merapikan rambut dan mengelap wajahnya dengan selembar kertas tisu.
Karena merasa terganggu dengan keributan kecil itu, tidak berselang lama akhirnya mr. Blake pun datang menghampiri mereka.
"Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan di sini?" Tanyanya dengan kharisma dan ketampanan yang tak dapat diragukan lagi, yang membuat hati Rosnawati kembali meleleh seperti es krim yang kepanasan.
"Siapa office girl ini? Dia sudah bertindak kelewatan dan tidak sopan padaku!" Tunjuk wanita dengan bentuk tubuhnya yang padat berisi itu.
"What are you doing sampai-sampai kamu membuat Lidya semarah itu?" Tanya mr. Blake dengan kekaleman yang begitu melekat dalam dirinya bagai ditempelkan dengan menggunakan lem tikus.
"I'm sorry," ucap Rosmawati dengan wajah penuh sesal. Sesekali ia melirik wajah wanita bernama Lidya yang tampak sangat marah dan seperti ingin menerkamnya dengan segera membuat Rosmawati meringis ngeri. Terlebih ketika Rosmawati melirik kuku-kuku jari wanita itu yang panjang dan tampak runcing, bagaikan kuku ayam dengan kuteks berwarna putih.
"I'm sorry Madame ...." ucap Rosmawati lagi.
"Sudah-sudah! Kamu kembali saja ke pantry dan buatkan kami berdua minuman!" Suruh mr. Blake dengan suaranya yang terdengar sangat syahdu bagaikan suara penyanyi kesukaan emaknya Rosmawati dulu yaitu, Afgan.
Dengan segera Rosmawati pun mengangguk dan beralih pada trolli berisi peralatan perangnya. Ia kembali mendorong trolli itu dan keluar dari ruang meeting sebelum akhirnya ia tertegun saat mendengar wanita bernama Lidya itu memanggil mr. Blake dengan sebutan "sweetheart".
Lidya Rodriguez. Wanita berusia sekitar empat puluh lima tahun. Penampilannya sangat seksi dengan tubuh sintalnya yang layak diberi julukan Madame Debron. Alasannya, karena ia memiliki bentuk tubuh yang terlalu menonjol, baik itu bagian depan maupun bagian belakangnya.
Di kampung halamannya yang berada di Meksiko, Lidya Rodriguez dikenal sebagai seorang konglomerat. Tanahnya berhektar-hektar dengan perkebunan anggur yang subur. Selain itu, ia juga memiliki peternakan kuda poni.
Lidya telah bercerai dengan suaminya yang merupakan seorang politikus, Esteban Espinoza Del Castro. Pria itu dinyatakan bersalah karena telah melakukan tindak pidana korupsi yang sangat merugikan negara. Ia pun dijatuhi hukuman penjara.
Sementara Lidya, dia adalah tipe wanita yang tidak suka kesendirian. Ia benci rasa sepi dan juga selalu hareudang. Perkenalannya dengan Justin Blake beberapa waktu silam, telah membuatnya begitu terpesona kepada pria berwajah rupawan itu. Tentu saja, baginya Justin Blake adalah brondong lezat yang ditaburi dengan bumbu BBQ. Perkenalan mereka di salah satu night club bonafit di kota Meksiko, telah membuat Lidya merasa hidup kembali setelah hampir satu tahun lamanya ia merana karena jarang dibelai.
Memantapkan hatinya, Lidya pun menggugat cerai Esteban yang masih berada di dalam penjara dan beralih pada brondong tampannya. Ia bahkan rela memberikan apa saja untuk Justin Blake. Terlebih saat ini, ketika perusahaan mr. Blake tengah berada dalam krisis.
Janda hebring itu pun membantu perusahaan milik mr. Blake dengan senang hati. Tentu saja itu suatu keuntungan yang berlipat ganda bagi Justin Blake. Selain dapat berkencan dengan janda bohay berpengalaman, ia juga mendapat sokongan dana untuk perusahaannya.
Dengan bibir yang manyun maksimal, Rosmawati berjalan menuju pantry. Ia terus menggerutu sepanjang langkahnya bahkan hingga wajahnya menghilang di balik pintu lift.
Setibanya di pantry, Rosmawati segera membuatkan dua cangkir kopi untuk sepasang kekasih yang kini entah sedang melakukan apa di lantai sebelas itu. Sambil mengaduk kopi itu dengan sendok kecil, Rosmawati pun bersenandung riang,
"Lebih baik sakit gigi ... dari pada sakit hati ini ... biar tak ...." Rosmawati tidak melanjutkan senandungnya karena tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya hinga ia terkejut setengah mati, bahkan saking kagetnya ia sampai meminum kopi yang akan ia suguhkan untuk mr. Blake dan kekasihnya si janda bolong.
"Hey!"
"Oh, my God!" Pekik Rosmawati sambil mengelus dadanya, "Chelsea ... you startled me!" Rosmawati tampak kesal.
(Kau mengagetkanku)
Rosmawati berkali-kali menjulurkan lidahnya yang terasa aneh akibat tadi meminum kopi panas tanpa sengaja.
"Jangan lupa, nanti sore kita ke salon dan spa!" Ujar Chelsea mengingatkan akan janjinya.
"Not now, Chelsea! Rekeningku masih belum berpenghuni. Dua hari lagi, ya!" Pinta Rosmawati menghiba.
"Ya,ampuun ... itu kelamaan, Rose! Nanti sore saja. Aku yang traktir deh!" Chelsea sedikit memaksa.
Mendengar kata 'traktir', telinga Rosmawati pun melebar. "Really?" Tanyanya memastikan.
"Really!"Chelsea mengangguk yakin.
"Ya, ampun. Chelsea! Maturnuwuun sing akeh, yoo! Mugi-mugi Gusti Allah sing mbales!" Ucap Rosmawati dalam bahasa Jawa.
(Terima kasih banyak, ya! Semoga Gusti Allah yang membalas)
Tentu saja Chelsea hanya mengernyit tanda tak mengerti. Gadis berambut pirang itu hanya bisa menguasai bahasa Inggris. "Whatever! I don't understand," sahutnya tak peduli. "Aku tunggu nanti sore sepulang kerja, okay!" Ujarnya sambil berlalu.
Rosmawati masih terlonjak kegirangan. Dia harus mengabarkan berita gembira ini kepada Maryam.
Ia pun meraih ponselnya dan secepat kilat menelpon sahabat kembar siamnya itu. Akan tetapi, setelah beberapa kali menyambungkan, barulah panggilannya terangkat.
"Hello!" Sahut Maryam yang saat itu tengah sibuk memakai eyeliner di atas matanya.
"Mer! Nanti sore kita ditraktir Chelsea nyalon!" Seru Rosmawati kegirangan sampai-sampai membuat mata Maryam kecolok oleh eyeliner itu. Air mata pun menetes dari sudut mata Maryam yang terasa perih.
"Waduh ... gue ga bisa hari ini. Gue sibuk sampai nanti malam," tolak Maryam, "Lu aja deh!" lanjut gadis itu sambil membersihkan sisa-sisa air matanya.
"Sibuk ngapain sih, Lu?" Rosmawati mulai penasaran. Dia memang suka sekali penasaran, seperti si Goerge dan pria topi kuning.
"Jalan-jalan sama aa Caca. Keliling kota berdua," nada suara Maryam terdengar bahagia.
"Ya, udah kalo gitu. Gue pergi sendiri, ya! Jangan ngiri!" Rosmawati pun segera mematikan sambungan telponnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sore harinya, Chelsea yang baik hati menjemputnya di ruang OB. Setelah berganti baju dengan pakaian casual, Rosmawati pun mengekor gadis berambut pirang itu hingga ke basement, tempat gadis itu memarkirkan kendaraannya. Setelah itu, mereka pun segera melaju ke salon dan spa langganan mereka.
Sementara Rosmawati tengah memanjakan dirinya di spa, lain halnya dengan Mehmet.
Di sudut taman di sisi sungai Thames, si Zayn Malik KW 1, termenung pilu menunggu pujaan hatinya yang tak kunjung tiba. Sudah dua jam dari jadwal yang seharusnya, namun Rosmawati masih belum juga terlihat ada di sana. Lesu, pria tampan itu menyugar rambutnya. "Rose, harus dengan cara apa agar aku bisa mendapatkan perhatianmu?" keluh Mehmet dalam hatinya.
......................
Maryam sudah tampak cantik dengan kostum andalannya. Gadis dengan rambut panjang bergelombang itu tak henti-hentinya memamerkan deretan gigi gingsulnya yang manis. Ia begitu menikmati saat-saat yang mungkin hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidupnya.
"Ya, Tuhan ... mimpi apa aku semalam, sampai-sampai aku dapat berjalan berdampingan dengan aktor tampan ini?" Gumam Maryam di dalam hatinya.
"By the way ... bagaimana dengan film Aa yang terakhir itu? Itu lho yang judulnya "At Swimming Pool". Apakah akan lanjut season dua?" Tanya Maryam tanpa melepas senyum lebarnya. Sesekali ia menyomot cotton candy yang sedang dipegangnya.
"Aa?" Charlie Manfred menoleh padanya dengan wajah berkerut.
Maryam tertegun. Kedua bola matanya begerak ke kiri dan ke kanan. Sambil terus mencomoti permen kapasnya, ia berfikir seraya senyum-senyum sendiri.
"Maksudku adalah kamu ... yes you, Mr. Handsome," tunjuk gadis itu dengan permen kapas di mulutnya.
"My name is Charlie," ralat aktor tampan dua puluh tujuh tahun itu.
"Ya and my name is Mary," sahut Maryam sambil nyengir kuda.
"Lalu ... siapa Aa?" Tanya Charlie masih penasaran.
"Of course ... it's you, mister," sahut Mary sambil terus senyum-senyum ga jelas. Bahkan tiang lampu pun ia ajak senyum.
Charlie terus melangkah sambil berfikir. Sesekali ia membetulkan kaca mata dan wig yang dipakainya. Itu semua rela ia lakukan demi menunjang penyamarannya, dan tentu saja atas ide dari Maryam. Sementara wig itu sendiri adalah milik Rosmawati.
"Aku sama sekali tidak mengerti, Nona Mary," ujar Charlie Manfred sambil geleng-geleng kepala. Jangan sampai ia menyadari akan keolengan gadis antik itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
syafridawati
lanjut
2022-02-21
0
Elisabeth Ratna Susanti
aku ngakak guling2 nih🤣🤣🤣🤣
2021-10-13
2
🌹Rose❤️❤️
Esteban dibawa kesini juga. Udah dibawa, nasibnya apes pula🤣🤣🤣
2021-10-13
3