Gadis Oleng Mencari Cinta
Hari pertama pada awal musim panas di kota London. Kota besar yang indah yang sudah dikenal di seluruh mancanegara. Kota yang terkenal dengan ikon-ikonnya yang sudah mendunia.
Siapa yang tidak mengetahui menara jam raksasa yang diberi nama Big Ben? Sungai Thames yang indah, London Eye, dan tentu saja Istana Buckingham.
Ah ... satu lagi ... David Beckham, itu pasti. Siapa yang tidak mengenal pria yang satu ini? Pria dengan tingkat ketampanan di atas rata-rata dan tidak lekang oleh waktu pastinya.
Lalu apa yang membuat dua sahabat kental Maryam dan Rosmawati begitu betah tinggal di negeri Ratu Elizabeth itu?
Hmm ... kira-kira apa, ya? Bukan karena ingin terlihat keren atau semacamnya, karena nyatanya mereka di sana tidak menjadi seorang konglomerat atau artis terkenal. Tentu saja itu tidak mungkin.
Ah ... sebenarnya mungkin saja jika mereka mau. Akan tetapi, sayangnya tidak ada satu produser pun yang tertarik untuk merekrut mereka, bahkan hanya untuk sekedar menjadi seorang pemain piguran.
Ya, tentu saja. Mereka tidak terlahir untuk menjadi seorang artis, meskipun pada kenyataannya mereka mengenal hampir semua aktris dan aktor terkenal Hollywood.
Siapa yang tidak tergiur dengan deretan pria tampan berambut pirang, mata berwarna-warni yang indah, dan tentu saja ... pria-pria atletis dengan otot dan dada bidang yang ... sudahlah, tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar dan terlalu mendetail.
Maryam, gadis berusia dua puluh tiga tahun. Bekerja di sebuah toko kue sudah hampir satu tahun lamanya. Cita-citanya menjadi seorang designer. Ia memiliki ketertarikan yang cukup tinggi pada dunia fesyen, terkadang selalu membayangkan jika dirinya adalah seorang model, tapi ia lebih ingin menjadi designer tentunya meskipun kenyataan justru membawanya ke dapur, dan membuatnya harus bergulat dengan adonan tepung terigu. Satu hal lagi, gadis manis berambut panjang itu lebih dikenal dengan nama Mary diantara teman-temannya yang lain. Keinginan terbesar dalam dirinya adalah memiliki seorang kekasih yang rupawan seperti Jamie Dornan. Ya, tentu saja. Every things about aa Jamie.
Sedangkan Rosmawati, usianya sama dengan Maryam. Dia hanya lebih tua beberapa bulan saja. Namun tak jarang ia merasa menjadi seorang senior. Entah apa yang difikirkan oleh gadis berambut lurus itu? Ia selalu berbicara tentang dunia paralel, mesin waktu, gelombang delta dan ... ada banyak hal lain yang terlalu berat untuk dijelaskan. Akan tetapi, di balik itu semua ... ia ingin menikah di usia dua puluh tiga tahun. Dua puluh tiga tahun? Rasanya tidak mungkin. Karena hingga saat ini, nyatanya ia masih sendiri dan hanya berteman dengan khayalan-khayalannya tentang seorang aktor terkenal bernama Scott Easwood. Rose itulah panggilan akrab dari gadis itu.
Ya begitulah hidup. Kita hanya memiliki cita-cita, tapi terkadang jalan nasib justru malah membawa kita melenceng jauh dari apa yang kita menjadi keinginan kita. Tak apa, selama itu tidak membuat kita menjadi oleng.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan belas, tapi suasana masih sangat terang. Maryam sudah menyelesaikan shiftnya di toko kue. Setelah membereskan peralatan kerja dan mengepel lantai, dia berpamitan pada pemilik toko yang biasa ia panggil dengan sebutan Mrs. Harlekin.
Dengan langkah riang sambil bersiul, Maryam melewati trotoar di pusat perkantoran kota London menuju kantor Rosmawati.
Bukan, Rosmawati bukan pekerja kantoran. Dia hanya petugas cleaning servis yang pekerjaannya selain membersihkan ruangan kantor dan melayani pegawai, dia juga bekerja mengamati atasannya, yang baginya memiliki wajah mirip dengan aktor idolanya.
Maryam duduk dan menunggu di lobby sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan luas nan mewah itu. Tiba-tiba tatapannya berhenti pada sosok jangkung yang lewat beberapa meter di hadapannya.
Maryam pun terpana dengan mulut yang menganga, untung saja air liurnya tidak sampai menetes saat itu.
"Aa Jamie ...." de°sahnya pelan dengan mata berbinar. Wajahnya pun langsung sumringah. Rasa lelah karena seharian standing with oven tangkring pun seakan sirna sudah dari dalam dirinya.
"Kenape loe? Kesambet?" Sebuah tepukan di bahu gadis itu, membawa Maryam kembali ke alam nyata setelah beberapa saat lalu terbang ke alam lain.
"Rose!" Pekik Maryam tertahan. "Udah beres kerjaan?" Maryam dengan ekspresi kagetnya yang tampak sangat konyol.
"Udah! Kenapa sih? Kayak abis liat hantu?" Cecar Rose.
"Bukan!" Bantah Maryam seraya menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Itu ... anu ... aku tadi abis liat aa Jamie. Aa Jamie Dornan, Aktor kesayanganku!" Seru Maryam sambil loncat-loncat sambil menempelkan kedua telapak tangannya di dada
"Mana ada nyang begituan di sini, Munaroh!" Sergah Rosmawati dengan seringainya, "Ini kantor developer. Bukan agensi!" Sewot gadis bertubuh jangkung itu. Jangkung untuk ukuran gadis Indonesia tentunya.
"Tapi itu tadi beneraan mirip!" Maryam masih ngotot.
"Udah, yuk, pulang!" Ajak Rosmawati seraya menarik pergelangan tangan Maryam dengan segera, tanpa aba-aba sama sekali.
"Jangan bikin ribut di sini! Gue traktir hotdog, mau ga?" Tawarnya.
"Oke lah" sahut Maryam dengan lemas. Ia menurut saja seperti anak kecil yang dituntun ibunya.
"Sumpah ya, cowok itu tadi beneran mirip sama aa Jamie," ujarnya dengan berapi-api meskipun Rosmawati tidak menggubrisnya sama sekali.
Rosmawati menyeret tubuh ramping sahabatnya dan mengajaknya nongkrong di lapak penjual hotdog di tepi sungai Thames. Itulah ritual wajib yang selalu mereka lakukan setiap kali pulang dari tempat kerja masing-masing.
Setelah memesan dua buah hotdog berstempel halal, dua gadis antik itu segera duduk di bangku besi dan melahapnya. Maksudnya ... melahap hotdog yang baru mereka beli.
Sesekali si penjual hot dog yang berwajah khas Timur Tengah itu melirik dua gadis yang sedang mengobrol seru itu.
"Eh, ngomong-ngomong soal artis, nih ... kamu tau ga, artis favorit kamu yang satunya lagi? Siapa itu namanya? Yang rambutnya kuning-kuning kayak gigi si Kiki?" Tanya Rosmawati dengan mulut penuh makanan.
Maryam alias Mary melengos saat Rosmawati alias Rose menyebut nama Kiki yang notabene adalah tetangga flat mereka yang cerewetnya minta ampun.
"Si Charlie Manfred?" Tebak Mary dengan alis berkerut.
"Iyaa, ituu... Kang Charlie! Artis terkenal Hollywood ituu ...." seru Rose sambil mengacung-acungkan jari telunjuknya pada Mary.
"Kenapa dia? Jangan panggil Kang ah! Emang dia kang cilok?" Mary mulai tertarik.
"Dia mau datang ke London! Premiere film terbaru dia!" Ujar Rose dengan antusias.
"Oh, ya?" Lonjak Mary dengan mata berbinar. "Emang dia bakalan nginep dimana?" Rasa antusiasnya semakin menjadi-jadi.
"Nah, ini serunya. Si Chelsea, sekretaris Mr. Blake yang biasa nraktir aku tiap pulang kerja, punya kenalan yang kerja di Hotel Mandarin Oriental. Nah ... rumour has it, kang Charlie bakal nginep di hotel itu!" Jelas Rose.
"Chelsea bilang, temannya bisa ngatur untuk nyelundupin kita masuk ke hotel, biar bisa ketemu kang Charlie buat kita mintain tanda tangan," Rose menjelaskan dengan menggebu-gebu.
"Mauu doong!" Teriak Mary bersemangat dan membuat orang-orang yang ada di sana seketika menoleh ke arah mereka.
"But ... kita cuma punya waktu lima menit doang! Dapat nggak dapat tanda tangan, kita harus cabut sebelum waktu lima menit habis!"
"Apapun itu, yang penting aku bisa ketemu dia!" pekik Mary membahana. Sampai-sampai dua orang berpacaran yang duduk di bangku yang sejajar dengan bangku mereka kembali melonjak kaget dan misuh-misuh, dalam bahasa Inggris tentunya.
"Oke! Chelsea bilang dalam seminggu ini kita harus siap-siap! Meni pedi! Nyalon! Pokoknya persiapkan diri kita secantik mungkin untuk menyambut kang Charlie!"
"Oke, deal!" Mary mengangguk mantap, lalu terdiam seperti berpikir. "Eh, lu ngajak nyalon, ada duit emang?"
"Nggak ada!" sahut Rose cuek sambil mengunyah hotdog.
"Lah, terus? Aku baru kasbon minggu kemarin sama Mrs. Harlekin," sesal Mary.
Rose mengendikkan bahunya, "Nggak usah dipikirin! Rejeki bakal datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Yang penting yakin!" Ia mengepalkan tangan kanannya dengan penuh semangat.
Dari jarak beberapa meter, si penjual hotdog mendengarkan percakapan mereka, yang meskipun tak ingin mendengar, namun suara menggelegar mereka bisa merambat hingga radius 20 meter. Penjual hot dog yang bila diamati dengan baik, berwajah mirip Zayn Malik itu tersenyum samar ke arah Rose dan Mary.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
ig: pocipan_pocipan
Hai, ka. Perkenalkan saya Pocipan dari Gc Bcm, ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm untuk belajar bersama mentor senior kita dan di Gc kita juga sedang mengadakan Event dengan reward yang menarik.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih.
2024-10-12
1
Alya lii
Hadir ka...
yg digroup tadi😁
2021-12-28
0
dewi patmawati
mampir
2021-11-25
2