Rosmawati dan Mehmet sudah berdiri di pinggir jalan depan flat tempat tinggal kedua gadis itu. Wajah Rosmawati tampak bagitu kesal saat ia melihat sahabat kembar siamnya turun dari taksi, dengan seorang pria tampan. Sambil melipat kedua tangannya di dada, Rosmawati melotot sempurna kepada Maryam yang hanya cengar-cengir mirip kuda.
"Hai, Rose!" Sapa Maryam tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tidak tampak sedikit pun rasa sedih yang ia bawa dari acara gala premiere film Zombies Diaries. Gadis itu justru tampak begitu ceria dan ... menyebalkan.
"Heh, Munaroh!" Panggil Rose dalam bahasa Indonesia, tujuannya agar kedua pria itu tidak memahami obrolan mereka.
"Elu emang kelewatan ya! Gue bela-belain ga jadi nonton demi nyariin elo. Gue nguatirin elo ... taunya elo malah asik cengar-cengir sama cowok! Bener-bener Lo, ya!" Omel Rosmawati namun dengan wajah berseri. Tujuannya agar tidak mengundang kecurigaan kedua pria itu.
Maryam masih cengar-cengir dengan gaya tengilnya. Ia juga masih menunjukan wajah tanpa dosanya di depan Rosmawati yang saat itu rasanya ingin segera mengajak Maryam untuk segera bertarung gaya bebas.
"Apaan sih, Ros? Emang gue kenapa?" Tanya Maryam dengan santainya.
"Elo ga kenapa-kenapa, tapi otak Lu tuh yang mesti dibenerin," umpat Rosmawati masih dengan senyum manisnya.
"Perasaan gue biasa aja ...." gumam Maryam sambil garuk-garuk kepala.
"Artinya perasaan elu juga mesti dibenerin. Emang bener ya, elu tuh kudu dirukiyah!" Omel Rosmawati lagi. Lagi-lagi masih dengan senyum manisnya.
"Wow ... kalian berdua memang best friend," puji Mehmet sambil bertepuk tangan dengan senyum lebar di wajahnya.
Seketika kedua gadis oleng itupun menoleh ke arah Mehmet yang segera menghentikan acara sorak sorainya. Pria itu kini justru tampak tidak mengerti dengan apa yang salah dengan dirinya.
"What's wrong?" Tanya Mehmet dengan polosnya. Ia menatap kedua gadis itu secara bergantian.
"You!" Tunjuk kedua gadis itu dengan jengkel.
"Me? What's wrong with me?" Mehmet semakin tidak mengerti. "I don't understand," Gumam pria itu sambil geleng-geleng kepala.
"You tidak perlu understand!" Ucap Rosmawati dengan kesal.
"Si Memet dari tadi bikin gue spaneng," kini Rosmawati berbisik pada Maryam seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa dengan kedua gadis itu sebelumnya.
"Mary, i have to go," Jamie Scott pun menyela obrolan mereka. Ia tidak suka dan tidak terlalu nyaman dengan situasi di sana. Lagipula ia harus segera memberikan obat yang baru ia beli untuk mrs. Harlekin.
Akan tetapi, sebelum Jamie Scott beranjak dari sana, tiba-tiba ada seorang anak yang datang menghampiri mereka dengan menaiki sepeda dan tampak menempelkan selebaran pada dinding flat sewaan mereka.
Iseng, Maryam memanggil anak laki-laki berusia kira-kira dua belas tahun itu. Ia pun meminta selebaran itu. Anak laki-laki dengan dua gigi kelinci nampak antusias mendatangi Maryam, "Circus in town! Circus in town!"
"Apa sih?" Tanya Rosmawati penasaran. Mehmet juga ikut menghampiri anak laki-laki kecil itu.
"Pasar malam, Ros," jawab Maryam setelah membaca selebaran itu.
Jamie yang penuh rasa ingin tahu akhirnya ikut bergabung mengerubungi anak laki-laki kecil yang sedari tadi bersemangat promosi. Dia lalu mengambil selembar dari tumpukan kertas iklan yang berada di telapak tangan kecil si bocah.
"Yo, girls! You should come with your boyfriends!" Seru bocah itu dengan penuh semangat dan bergaya seperti seorang rapper.
"Oh, she's not my girlfriend."
"Oh, he's not my boyfriend."
Sahut Jamie dan Rosmawati secara bersamaan. Jamie menunjuk pada Maryam, sedangkan Rosmawati menunjuk pada Mehmet.
Sementara Maryam dan Mehmet mengangguk ceria, "Okay!"
"Bagaimana jika kita pergi ke sana bersama-sama?" Cetus Mehmet dengan semangat. Ia berharap agar Rosmawati setuju, karena tujuan Mehmet hanyalah Rosmawati.
Rosmawati pun melirik Maryam, sahabat kembar siamnya. "Gue sih mau aja, tapi gue ga mau jadi obat nyamuk ya!" Celetuk Maryam.
"Maksud, Lo?" Tanya Rosmawati.
"Entar elo sama si Memet, terus gue sama siapa? Tukang komidi putar?" Maryam mendelik ke arah Rosmawati.
Rosmawati tertegun untuk sejenak. Begitu juga dengan Maryam. Selang beberapa detik, mereka seakan mendapat ide. Senyum cerah dengan mata berbinar pun terbit di wajah keduanya seraya melirik ke arah Jamie Scott yang masih berdiri dengan kalemnya.
"Okay," ucap Jamie Scott tanpa ditanya. Ia pun tersenyum, meski senyumnya terlihat setengah terpaksa.
"Okay, deal!" Ucap Maryam sambil mengajak pria jangkung itu bersalaman.
Jamie Scott menyambut uluran tangan Maryam sembari menghela napas panjang. "Ngimpi naon peutingnya? Apes2 teuing," mungkin itu yang ada di benaknya saat itu.
......................
Mata coklat muda Mehmet begitu berbinar saat Rosmawati tanpa sadar menarik lengan kekarnya menuju wahana komidi putar sederhana. "Aku dulu tidak pernah kebagian naik komidi putar. Mak selalu bilang, 'Ros! Dulukan adik-adikmu!'. Akhirnya aku mengalah, giliran aku mau naik, wahananya sudah mau tutup," celoteh Rosmawati.
Mehmet menanggapi cerita Rose dengan sorot yang sulit diartikan. "Pasti seru ya, Rose! Menghabiskan waktu bersama keluarga," ujarnya.
"Seru apanya! Adikku ada lima, semuanya liar, nakal, brutal, membuat semua orang menjadi gempar!" Cerocos Rosmawati dengan nada bicara seperti orang yang menyanyikan lagu rap. Tiba-tiba saja ia teringat lirik soundtrack film mandarin favoritnya dulu, Kera Sakti.
"Setidaknya kamu masih punya orang tua dan saudara, Rose," ujar Mehmet sendu. Wajahnya tampak lesu.
Rosmawati seketika termangu, "What do you mean?" Tanyanya dengan hati-hati dan ekspresi yang tidak nyaman.
"Aku terlahir tanpa tahu siapa orang tuaku. Aku dibesarkan di panti asuhan di pinggiran kota Fujairah, salah satu wilayah di Uni Emirat Arab. Kemudian aku merantau ke Dubai, lalu pindah ke Abu Dhabi dan berakhir jadi penjual hotdog di London." tutur Mehmet dengan ekspresi wajah yang kembali berangsur normal.
Rosmawati berkaca-kaca mendengarkan kisah haru Mehmet. Tak disangka, laki-laki penuh senyum itu ternyata menyimpan masa lalu yang menyedihkan.
Tak dipedulikannya antrian komidi putar yang mengular di belakangnya. Tak dihiraukannya operator wahana yang sudah berdehem sedari tadi hingga tenggorokannya sakit.
Jika saja dilihat secara mata batin, maka kepala operator itu pasti sudah mengepul, mengeluarkan asap hitam seperti kereta api karena emosi melihat dua sejoli itu yang tak juga memasuki kapsul komidi putar. Mereka malah mengadakan sesi curhat dan konseling di depan matanya sementara pengunjung di belakang mereka sudah tidak sabar untuk segera naik wahana itu.
"Woii ijeem! Jangan naik ituu! Ada lagi yang lebih seru di sana!" Teriakan cempreng Maryam membuyarkan sesi tatap muka Mehmet dan Rosmawati.
"Nggak mau, ah! Gue pengen naik komidi puter! Udah seumur hidup belum kesampaian, nih!" Tolak Rosmawati. Akan tetapi, Maryam tak peduli. Dia terus menarik dan menyeret Rosmawati menuju tempat yang dia inginkan.
Pasrah, Rosmawati mengikuti kemauan Maryam, diikuti oleh Mehmet tentunya. Sementara, para manusia yang berkerumun di antrian belakang gadis itu sontak misuh-misuh serempak dan berjamaah.
Operator wahana itu pun sampai memukulkan topinya pada tiang besi penyangga. Dalam hati dia megucap sumpah serapah, supaya tidak bertemu dengan pengunjung yang makan ati seperti kedua pasangan itu lagi, sebab hidupnya sudah begitu berat tanpa teh botol sosor. (Ngomong apa sih ini, mak?)
"Gue kenalin sama Madame Jul! Cepetan!" Maryam masih dengan aksi seret menyeretnya.
"Siapa lagi, sih?" Tanya Rosmawati kesal.
"Tuh, liat!" Maryam mengacungkan telunjuknya pada sebuah tenda khas kaum gipsi. Tampak Jamie berkacak pinggang ke arahnya.
"Kita ngapain pergi ke dukun sih, Mer! Nanti ibadah kita nggak diterima 40 hari lamanya, loh!" Protes Rosmawati tiba-tiba menjadi shaliha.
"Aiih, cuman buat seneng-seneng aja, kok! Buruan!" Maryam mendorong tubuh Rosmawati ke dalam tenda, disusul dengan Mehmet dan Jamie. Mereka sedikit terpana melihat susunan dan tata letak barang-barang antik di dalam tenda. Seorang wanita duduk menyeringai di hadapan mereka sambil membelai bola kristal besar dengan mata bulatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
he wes sangu t iku maeng kok numpak komedi putar
2021-10-17
3
Aurizra Rabani
jd inget waktu bocil pernah liat film gitu yg suka ngadain pasar malem, terus ku tuh suka ngadat pingin kepasar malem padahal masih siang, auto mak ku komat kamit da aku sampe nangis guling"😆😆
2021-10-17
1
Wie Yanah
gpplh rose jdh'y mehmet😍dia bae kan.... aplgidia udh cinta kya'y sma rose💞💞💞💞
2021-10-16
3