Kediaman Aither - Kerajaan Armis
Marni membuka matanya seketika lalu melihat sekeliling kamar tidur milik William, ia sadar bahwa yang barusan adalah mimpi. Mimpi yang terasa sangat nyata.
Dalam mimpi Marni, ia tergeletak koma di rumah sakit kemudian ia harus merasakan sesak nafas yang begitu sakit sebab Rania menutup seluruh wajah dengan bantal. Ia melihat arwahnya terlepas dari tubuhnya dan melihat Rania yang pura-pura bersedih atas kematian dirinya. Orang tua kandungnya bahkan menghibur si pembunuh putrinya.
Menyedihkan, batin Marni.
Mengingat mimpinya membuat Marni merasa nyeri yang bertubi-tubi di kepalanya. Marni yang ingin bangun dan mandi untuk menghilangkan pusingnya pun menyingkirkan tangan dan kaki William dari tubuhnya. Kemudian ia menyentuh dahi William dengan telapak tangannya, Marni kira dengan suhu badan William yang dingin maka dahinya pun dingin. Ternyata dahi William sangat panas.
Melihat tubuh dan dahi yang memiliki suhu berbeda. Marni pun menelpon melalui telepon kabel yang ada di kamar William. Memberitahukan kondisi William pada Alex kemudian membersihkan diri ke kamar mandi.
Klek.
Marni membuka pintu kamar mandi setelah mandi pagi. Alex memberi salam pada Marni kemudian keduanya menunggumu pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter.
"Bagaimana kondisi William?" tanya Marni sambil ke luar ruangan bersama Alex dan Damian.
"Tuan muda masih dalam masa perkembang pada otaknya. Kita belum bisa memastikan bagaimana keadaannya sekarang," kata Damien setelah sibuk memasang pengamat detak jantung dan pengamat kerja otak di tubuh William.
"Email data lebih detailnya padaku, Ian. Jangan lupa buat presentasi, jaga-jaga kalau Tuan meminta diskusi," sahut Alex.
"Okay. Ngomong-ngomong Nona akan lari pagi?" tanya Damian melihat baju traning berwarna oranye yang dipakai oleh Marni.
"Yap. Aku pergi dulu ya..." jawab Marni yang sedang menali tali sepatu larinya yang lepas lalu usai melakukan itu Marni melakukan pemanasan. Bersiap untuk melarikan diri dari mansion.
"Nona, tunggu..."
"Alex, kita bicara nanti ya? Bye!" Marni lari terbirit-birit tanpa mempedulikan panggilan Alex.
"Tenanglah Alex, kurasa Nona Marilyn butuh udara segar."
"Huft, semoga saja Nona pulang sebelum Tuan muda siuman. Ah Ian, jangan lupa sarapan dulu," sahut Alex melihat Damian yang menuju kamar tamu sambil menguap.
...☘️☘️☘️...
"Marni akhirnya kamu datang...." Mariana menjadi orang pertama yang menyadari kehadiran Marni di depan Mansion.
"Nonaaaaaa!!!!!! Aku merindukanmu hohoho. Bertahun-tahun aku hanya memandang wajahmu yang bertapa sekarang melihat matamu terbuka terasa sangat nostalgia hehehe...." sambut Lucas sambil memeluk Marni.
Mulai sekarang namaku Marilyn. Nama samaran ku. Mengerti?
Telepati Marni ke seluruh pengikut klan Arkhaya. Yang dijawab persetujuan dari mereka satu per satu.
"Apa kalian menunggu terus di dekat gerbang seperti ini?" tanya Marni setelah melihat penampilan Lucas dan Mark menggunakan jaket tebal dengan mata panda dan rambut yang sudah mirip sarang burung.
"Maafkan kami, apa kami menimbulkan masalah untuk Nona?" tanya Mark sambil membersihkan celananya dari debu akibat duduk di tanah tanpa alas apapun.
"Tidak, ayo cari sarapan sambil ngobrol," ujar Marni dengan santai.
"Nona, bagaimana kalau aku yang masak? Sudah lama terakhir kali Nona masak masakanku..." Mark melihat Marni dengan senyuman yang tulus.
"Ah, aku ingat masakan Mark waktu itu enak sekali. Apa masih seenak dulu?" Marni mengingat pesta di pondok hutan hujan sebelum ia pergi bertapa dalam waktu yang lama.
"Lebih enak, lho. Dia belajar memasak dengan giat setelah Nona memujinya waktu itu hehehe...." Lucas melapor dengan nada mengejek yang akhirnya ia dipiting oleh Mark.
Kemudian mereka kejar-kejaran sampai akhirnya Mark berhasil menangkap Lucas dan menyeret kerah baju Lucas menuju sebuah rumah pertanian yang tidak jauh dari mansion kediaman Aither. Rumah sederhana khas pedesaan dengan halaman yang luas. Di sekelilingnya itanami oleh bermacam-macam sayuran dan tanaman herbal.
"Nona Mariana dan Nona Marn-Marilyn maksudnya, silahkan masuk. Maaf jika rumahnya kecil. Ini hanya salah satu rumah jaga-jaga yang tersebar dibeberapa titik dekat tempat pertapaan Nona Marilyn. Tidak disangka berguna juga." ucap Mark sambil mempersilahkan Marni dan Mariana masuk terlebih dahulu kemudian menyeret Lucas ke dapur.
Marni memasuki ruang keluarga. Design arsitektur rumah dan dekorasi rumah ini mirip dengan pondok di hutan hujan. Sangat terasa sekali suasana rumah dan ketika berada di dalamnya Marni bisa merasakan hatinya menghangat.
"Nona, minum cokelat hangat ini dulu. Sementara saya dan Lucas membuat sarapan. Ohya apa ada sarapan khusus yang ingin Anda makan?" tanya Mark yang berjalan dari dapur dengan memakai apron hitam sambil membawa minuman coklat hangat.
"Nmmmmm....sup krim jamur?"
"Kebetulan ada jamur dan ayam di kulkas. Sarapan akan segera datang," Mark menaruh cangkir di meja lalu kembali sibuk di dapur.
"Oke, eh Nenek kenapa?" Marni melihat Mariana yang cekikikan sambil melihat Marni dengan penuh kasih.
Mariana berkata sambil tersenyum pada Marni, "kamu tidak berubah ya..."
"Hah?" Marni melongo melihat tatap Mariana yang menurutnya cukup menggelikan.
"Dari dulu suka sup krim. Aku ingat pertama kali aku membuatkanmu sup krim dan kamu mencicipinya sambil menangis saking enaknya hehehe..."
"Nenek!!!" keluh Marni yang malu dengan kelakuan masa kecilnya.
"Hohoho sini-sini Nenek peluk. Ah cucuku yang manis...." Mariana memeluk Marni di dadanya sambil memberantaki rambut Marni.
Brak!
Suara dobrakan pintu hingga akhirnya pintu utama rumah mereka lepas dari gawangnya. Mariana mengentikan pelukannya sambil melihat pria asing dengan rambut putih gondrong dan kuku panjang yang mengacung ke arahnya.
"Lepaskan Marilyn!" Teriakan William sambil menatap Mariana dengan bola mata merahnya.
"William?" ucap Marni sesaat setelah ia menyadari kalau sosok di depannya adalah William.
"Marilyn... kenapa kamu meninggalkanku?" Mata William yang tadinya menatap tajam Mariana, sekarang berlianang air mata.
Mark dan Lucas yang mendengar keributan datang dari dapur dengan sigap menyerang William. Mark menyerang dengan pengikut bayangan miliknya dan Lucas menyerang langsung dengan cakarannya. William yang merasakan ancaman yang tiba-tiba datang kearahnya berhasil ia tangkis balik lalu menyerang kedua musuhnya.
Setelahnya terjadi pertempuran sengit antara vampir hybrid dan dua manusia hybrid. Bisa ditembak bahwa dalam sekejap rumah hangat yang Marni kagumi tiba-tiba berubah menjadi reruntuhan. Melihat kejadian di depannya, Marni pun merasakan sakit kepalanya lagi seperti saat ia bangun pagi ini.
"Hentikan! Aku lapaaaaar...." jerit Marni yang akhirnya menghentikan pertarungan sengit di depannya.
"Haahahaaaa....." Mariana yang melihat kejadian lucu di depannya pun tertawa terpingkal-pingkal tetapi langsung terdiam ketika ditatap tajam oleh Marni.
...☘️☘️☘️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
DEBU KAKI
teruskan
2022-02-20
2
Aris Pujiono
kerajaannya bagus pasti
2022-02-09
5