Bertelepati Teman Lama

Kediaman Aither - Kerajaan Armis

Mariana, apakah kamu mendengarkan aku?

Marni mencoba melakukan telepati dengan Mariana dan pengikut klan Arkhaya yang lain, tetapi ia tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Setenang-tenangnya Marni dalam menghadapi setiap masalah dalam hidupnya, baru kali ini ia mulai cemas akan yang dinamakan kehilangan. Dalam benak Marni hanya ada pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang yaitu apakah semua orang yang ia kenal ketika membuka mata pertama kali di dunia ini sudah mati?

Kegagalan demi kegagalan bertelepati membuat Marni berusaha keras berfikir. Marni akhirnya mengingat kemampuan darah Arkhaya yang lain, yaitu kontraktor. Ia mencoba pertama kalinya untuk menggunakan kemampuan darah Arkhaya untuk melacak pengikutnya.

"Ah..." Ia membuka mata seketika ia hampir menemukan letak koordinat nenek Mariana dan teman-teman neneknya. Sebab, tiba-tiba saja semua hal yang terhubung melalui pikirannya terputus begitu saja. Apa yang terjadi, itulah yang Marni pikirkan saat melihat langit-langit ranjang yang bergambarkan bulan dan bintang.

"Marilyn, tidak boleh berteman dengan yang lain. Cukup Willy aja yang jadi temen Marilyn, okay?" bisik William dengan kedua tangan kecilnya mengalihkan pandangan Marni untuk menatap mata William yang berkilat merah.

Kepala Marni mendadak pening melihat tingkah William. Ia berpikir keras hingga akhirnya sampai pada hipotesis bahwa semua kekuatannya yang tiba-tiba tidak berkerja akibat vampir kecil di hadapannya.

"Hah. Mari kita tidur, kita bicarakan yang lain besok."

Kalimat kekalahan Marni terlontar sambil menutup mata merah William. Sejak tiba di kediaman Aither bersama William, walaupun Marni tidak ingin menerima kenyataannya tetapi ia tahu dengan pasti bahwa semua kemampuan sihir maupun kultivasinya perlahan-lahan mulai tidak berfungsi. Bahkan sekarang ia mulai merasakan suhu udara yang panas akibat musim panas. Ia benar-benar frustasi.

Lelah dan tidak ingin berpikir sejenak itulah yang Marni rasakan. Kemudian seolah insting menuntunnya untuk membawa tanganya memeluk William ke dalam pelukannya dengan tujuan mengurangi rasa panas akibat suhu yang meningkat di musim panas. Pikiran Marni terakhir sebelum terlelap, ia berharap ketika ia bangun ia tidak akan terkena demam akibat memeluk ice bag.

"Selamat malam..." ucap Marni dibalas anggukan oleh William.

...☘️☘️☘️...

Sejak dahulu kala Kerajaan Armis terkenal akan kekuatan militernya. Di kerajaan ini, ada banyak sekali organisasi bisnis berbasis kekuatan dimulai dari ahli strategi, mata-mata, pembunuh bayaran, tentara bayaran, juga tersedia begitu banyak pusat pelatihan tentara dan agen keamanan bahkan pusat pabrik senjata di benua barat ada di Kerajaan Armis.

Sejarah angkatan perang tak terkalahkan ratusan tahun Kerajaan Armis tidak pernah sirna. Tetap berjaya hingga sekarang di zaman yang sudah memasuki era modern. Sayangnya, dibalik kejayaan itu juga terjadi banyak perang internal antar organisasi yang banyak di ketuai oleh bangsa werewolf dan disisi lain bangsa vampir mendominasi kekuasaan parlemen kerajaan.

Begitulah ringkasan beberapa informasi yang Marni dapat dari perpustakaan keluarga Aither tentang sejarah berdirinya Kerajaan Armis. Ia mencari juga tentang peristiwa genosida penyihir beberapa abad yang lalu di Kerajaan Afreda yang menyebabkan para penyihir yang tersisa menyembunyikan identitas mereka.

"Huh..." Marni menutup buku terakhirnya sambil memijat keningnya. Lagi-lagi nyeri di kepalanya melanda lagi. Tidak ada buku maupun penelitian yang menjelaskan satu pertanyaan tersisa dipikiran Marni. Pertanyaan tentang pengaruh keluarga Aither terhadap kinerja sihir klan Arkhaya. Ia merasa perlu bertanya langsung kepada saksi sejarah dan sumber informasi utama yang ia tahu.

"Willy, dimana ayahmu?" tanya Marni pada Willy yang sedang bermain catur di depannya.

Mata William berkilat merah dan bidak catur yang ia genggam hancur. Marni yang melihat reaksi William pun mengangkat sebelah alisnya, "apa kamu marah Willy?"

"Hump!" kedua lengan William terlipat di dadanya dan pipinya menggembung sambil menolehkan sedikit kepalanya untuk melirik Marni dengan tajam seolah Marni melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan ayah Willy, okay? Bisakah kamu membawaku ke ayahmu, Willy?" tanya Marni dengan sabar.

"Bicara saja dengan Willy. Willy udah besar, Willy tahu banyak hal. Jadi, Marni ngobrol aja sama Willy nanti Willy jawab," balas William dengan congkak.

Marni menaruh jari-jarinya di dagunya dan menatap William dengan seksama, "bagaimana kalau kamu boleh minum darahku nanti malam jika kamu membawaku menemui ayahmu?"

"Mmmm...dan memeluk Marilyn sampai pagi," tawar William.

"Setuju!" kata Marni sambil beranjak dari kursinya dan menggandeng tangan William untuk keluar dari ruang perpustakaan.

...☘️☘️☘️...

Terpopuler

Comments

DEBU KAKI

DEBU KAKI

pokoknya sip

2022-02-20

2

Aris Pujiono

Aris Pujiono

marni sudah dapat kekuatan supranatural

2022-02-07

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!