Terperangkap Dalam Pelukan Vampir

Pegunungan Perbatasan Kerajaan Armis

Seorang dengan paras rupawan berdiri di antara jurang pegunungan. Angin membelai lembut surai putih yang memantulkan cahaya dari bulan purnama, membuat semua orang yang memandangnya akan tertegun melihat keindahan ciptaan Sang Pencipta.

"Tuan, maafkan kami karena kami kehilangan jejak tuan muda William," Alex meminta maaf kepada tuan yang mempekerjakan dirinya sebagai pengasuh sekaligus kepala pelayan di kediaman Aither.

"Waktunya kembali, kalian bereskan semua itu," kata Richard melihat jijik beberapa siluman serigala yang berdarah akibat kekalahan pertarungan dengan ksatria keluarga Aither.

"Baik, Tuan."Jawab serempak ksatria mengiring kepergian Richard.

...☘️☘️☘️...

Kediaman Keluarga Aither - Kerajaan Armis

"Willy, bisakah kau tidur sendiri? Aku bisa mati karena sesak nafas kalau kamu memeluk begini..." keluh Marni yang dipeluk oleh vampir kecil tepat di lehernya.

Walaupun kekuatan pelukan William berkurang tetapi vampir nakal itu masih tetap menempelkan wajahnya di area leher Marni. Leher hangat Marni seperti tersentuh oleh hawa dingin lemari es. Marni pikir jika ia masih manusia biasa sepertinya ia akan terkena demam besok pagi.

Klek.

Seseorang memasuki kamar William dan berjalan menuju ranjang yang mereka tempati. Menurut insting Marni, ia ingin segera melarikan diri. Namun, pelukan yang tiba-tiba penuh kekuatan milik William membuat ia tidak bisa bangun, bahkan kejadian aneh di mana energi mana atau energi qi tersegel di dalam tubuhnya terjadi lagi. Di depan vampir kecil ini, Marni merasa tak berdaya.

"Putraku mulai nakal ya? Ini zaman batu atau masa pra sejarah? Apa kamu tidur di peti mati selama berabad-abad hingga tidak up to date? Ini sudah memasuki era modern dimana ada alat yang bernamakan telpon genggam, apakah kamu tidak tahu cara menggunakannya, William?" cerca Ricard sambil berlenggang menuju sofa dan menuangkan wine kelas atas berbahan utama fermentasi darah manusia pilihan yang sangat harum bagi para vampir dalam gelasnya.

"Kita bicara besok, Ayah. Willy lelah..." jawab William sambil memberikan kecupan pada leher Marni. Marni yang sudah menyerah pun hanya diam dan berusaha berpura-pura mencuci otaknya sendiri bahwa ia hanyalah bantal bukan makhluk hidup, aku tidak ada disini, lupakan aku.

"Tsk. Jawaban macam apa itu. Kemari..."

Tidak ada pergerakan sama sekali dari ranjang. Tetapi, wajah Richard tidak menunjukkan emosi sama sekali. Ia masih tenang sambil memutar gelas winenya.

"William..."

Akhirnya, William turun dari ranjangnya menuju ke sofa tepat berhadapan dengan ayahnya.

"Nona Muda darah Arkhaya yang belum pernah aku lihat, apakah Anda tidak ingin berbincang-bincang denganku?" tanya Richard dengan senyum manis andalannya.

Marni mendengar pertanyaan yang ia tahu itu adalah perintah tanpa pilihan tentu saja. Siapa dia? Penyihir yang bahkan tidak bisa menggunakan kekuatan mananya. Marni menghembuskan nafasnya pelan dan mengatur ekspresi wajahnya.

"Ayah, jangan sakiti Marilyn," William yang duduk di sofa menghalangi jalan Marni menuju sofa.

Tak!

Richard memberikan ketukan pada kepala kecil William. Kemudian mempersilahkan Marni duduk dan tentu saja menyuruh William duduk dengan tenang di tepatnya.

"Perkenalkan nama saya Richard Aither, bolehkan saya tahu siapa nama, Nona?" tanya Richard dengan elegan.

"Marilyn," jawab Marni singkat tanpa ekspresi.

"Ayah, jangan galak sama Marilyn...."

"Dimana tampang galak yang ayah gunakan? Jangan sembarang menuduh dan kamu lain kali beri kabar mengerti?"

"Maafin Willy, lain kali Willy gak akan gitu lagi..."

"Ayah sih gak peduli, cuma kalau sampai mamamu yang lagi ke luar negeri itu pulang terus kamunya mati. Siapa yang disalahin? Ayah lagi kan?"

"Maaf..."

"Berdiri menghadap dinding di sana dan tidak boleh bicara selama satu jam. Ayah bakal awasi dari sini."

"Ugh...."

William menggembungkan pipinya lalu dengan malas menuju dinding eksekusi yang biasa ayahnya gunakan untuk menghukum dirinya. Sedangkan Richard mulai menganalisis Marni yang duduk di sofa.

"Pantas saja aku tidak bisa menemukan jejak Willliam ternyata darah Arkhaya menghapus jejak putraku ya. Ngomong-ngomong bagaimana keadaan pengikut klan Arkhaya yang tersisa?"

"Maafkan saya, tetapi saya tidak mengerti apa yang anda bicarakan," Marni masih mencoba menutup mulutnya tentang keluarga Arkhaya.

"Oho. Jangan terlalu kejam begitu, Nona Muda. Baiklah-baiklah, aku tidak akan membahas hal sensitif itu. Itu pasti sangat menyakitkan mengingat genosida klan Arkhaya beberapa abad yang lalu. Lagi pula ditambah dengan genosida kedua terhadap kaum penyihir di satu abad setelahnya pasti sangat memperburuk mentalmu sehingga membuatmu sangat waspada seperti sekarang...hohoho."

"App-pa?" tanya Marni memproses informasi yang baru ia dengar. Ia tahu bahwa sudah berabad-abad bertapa dan dunia fantasi yang ia tempati mulai berkembang kearah modern. Tetapi, ia tidak menyangka bahwa banyak hal besar terjadi yang berkaitan dengan dirinya.

"Wow... aktingmu bagus sekali. Apakah kamu juga mau berpura-pura bahwa kamu bukan penyihir? Oh ayolah, kalau itu benar-benar keterlaluan," goda Richard pada Marni.

"Ayah, jangan jahil dengan Marilyn!" William berlari untuk berhadapan dengan sang ayah.

"Heh, bocil! Kamu masih dalam hukuman, siapa suruh kamu kesini..."

"Aku mau telpon mama kalau ayah gangguin calon pacarku!"

Tak!

"Anak kecil, kamu tumbuh dulu baru ngomong pacar. Siapa yang tidak tumbuh tinggi selama dua abad? Apa kamu gak malu sama temen-temen sebaya kamu yang udah pada tinggi dalam beberapa minggu setelah dilahirkan?" Richard menggoda William yang kebakaran api amarah.

"Kata mama, Willy bakal tumbuh tinggi dalam satu malam setelah bisa mengontrol kekuatan Willy!"

"Oh... yayaya kata itu ketika kamu sudah tumbuh tinggi. Ayah lagi baik hati jadi hukumannya ayah sudahi. Sana kalian istirahat. Selamat Malam..."

Melihat ayahnya yang sudah meninggalkan kamar tidurnya, Willy menggandeng Marni yang setengah sadar ke ranjang dan memeluknya. Marni yang pikirannya ia fokuskan untuk melakukan telepati pun tidak peduli dengan kelakuan Willy. Selain itu pikiran Marni juga penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apakah neneknya Mariana atau apakah anak buah neneknya baik-baik saja?

...☘️☘️☘️...

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Kita mampir lagi kak..
jgn bosan yaa

2022-03-12

1

DEBU KAKI

DEBU KAKI

manteap

2022-02-20

2

Aris Pujiono

Aris Pujiono

wis serem

2022-02-06

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!