Hutan Hujan - Perbatasan Wilayah Afreda
Marni terbangun dari mimpi yang terasa nyata baginya. Ia menyandarkan punggungnya ke ranjang dan melihat tetesan hujan di luar.
"Kau sudah bangun?" sapa Mariana dengan senyuman jahilnya. Seketika itu jantung Marni berdegub kencang karena kaget melihat sosok transparan dihadapan dirinya. Andai dia masih remaja mungkin ia akan berteriak kencang.
..."Perlindungan Suara..."...
Mariana menatap Marni tak percaya ketika Marni menggunakan kekuatan mana dengan mudah.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Marni pada roh Mariana yang sedang melayang-layang di atas dirinya.
"Emm... Kau ingat pengikut klan Arkhaya yang tersisa? Aron, Sebastian, Lucas, Mark, Yu Gi, dan Yu Qin?" ujar Mariana sambil menunjukan enam jarinya kepada Marni.
"Aku hanya tahu Aron dan Sebastian. Lagipula apa hubungannya mereka denganku?"
"Tsk. Nenekmu ini membesarkan dirimu bukan untuk menjadi apatis seperti ini. Astaga! Kenapa Kamu jadi nakal sih setelah kemari..."
"Huh? Aku salah?" tatapan polos nan dingin tak bersalah Marni membuat Mariana berpikir ulang apakah ingatannya tentang Marni yang baik hati hanyalah mimpi belaka?
"Aduh, aduh kepala tambah sakit. Ah sudahlah. Aku akan terangkan sedikit. Klan Arkhaya mempunyai kemampuan untuk melakukan kontrak spesial dengan darah mereka. Mereka bisa melakukan kontrak dengan semua jenis makhluk tanpa ada batasan jumlah dan yang paling ditakutkan kerajaan sekaligus alasan kenapa klan Arkhaya dimusnahkan adalah pengikut klan Arkhaya hanya bisa mati dengan dua cara. Pertama, tuannya yang membunuhnya atau yang kedua, tuannya terbunuh. Pengikut Arkhaya juga berbagi kehidupan dengan tuannya dengan kata lain mereka akan terus hidup selama tuannya hidup. Kelebihan lainnya adalah tidak akan ada satu orang pun yang bisa mengingat sosok mereka kecuali tuannya dan pengikut klan Arkhaya."
"Seluruh keluargaku, keturunan darah Arkhaya sebenarnya tidak mudah mati. Mereka berkultivasi imortal dan energi mana sihir mereka tak terbatas bahkan orang paling bodoh di keluarga Arkhaya memiliki anugerah itu. Kebanyakan dari tetua Arkhaya meninggalkan dunia ini dengan cara melepaskan seluruh energi mereka ke alam. Tapi, entah alat apa yang ditemukan oleh para ilmuwan sihir kerajaan sehingga bisa membuat keluarga klan Arkhaya menjadi debu seketika."
"Ya sudah ayo kita mati bersama menjadi debu sepertinya tidak akan sakit dengan mati seperti itu. Lagipula aku sudah pernah mati, tidak masalah mati untuk yang kedua kalinya," sahut Marni.
"Astaga! Aduh, aduh kepalaku. Dengar! Kamu harus hidup. Kalau kamu mati, pengikut klan Arkhaya akan mati juga. Mereka menukar kesetian mereka dengan nyawa mereka. Bagaimana bisa kamu menyerah begitu saja dengan kehidupan?"
"Itu kan urusanmu, bukan urusanku," lagi-lagi Marni menimpali perkataan Mariana dengan ringan tanpa tertarik sedikitpun.
"Setidaknya kamu harus membalas budi karena aku sudah membesarkanmu! Cucu durhaka!"
"Tsk. Kalau begitu apa maumu?"
"Bagaimana kalau kita melarikan diri terlebih dahulu sambil memikirkan solusinya? Yu Gi dan Yu Qin sudah menghancurkan alat penelitian mereka tapi sayangnya mereka belum tahu siapa yang membuat alat itu. Masih ada waktu untuk melarikan diri sampai alat itu dibuat lagi."
"Mau hidup jadi buronan terus menerus? Itu melelahkan, aku tidak suka dengan permainan escape game. Aku mau melepaskan energi ini ke alam dan mati saja."
"Astaga. Anak ini. Kenapa tidak ada semangat untuk hidup. Dikit-dikit mati, dikit mati. Rasakan jitakanku."
"Aww....aww... Nenek berhenti. Berhenti. Oke, aku akan tetap hidup. Tidak akan mencoba bunuh diri kecuali malaikat kematian yang menghampiriku," kata Marni yang kualahan dengan tingkah Mariana.
"Syukurlah kalau kamu sudah sadar akan indahnya kehidupan."
"Tapi, aku tidak mau lari terus."
"Ah. Aku ada ide. Bagaimana kalau kita melompat ke masa depan atau ke era yang lain dengan raga itu?"
"Kau yang bilang sendiri itu tidak bisa?"
"Hei, hei, sebagai seorang peneliti kita harus selalu bergerak menatap masa depan dan membuat terobosan baru untuk kehidupan."
"Tsk. Begini jadi intinya, kau hanya ingin pengikut yang tersisa selamat kan?"
"Emm... ya seperti itu."
"Apa kamu ingin membalas dendam kepada mereka yang melenyapkan keluargamu?"
"Hei... Hei... itu terlalu ekstrim."
Marni mencoba bangun dan menggerakkan tubuhnya. Awal dia mencobanya, semua terasa sangat sakit dan kaku. Namun, dengan bantuan aliran mana yang ia sengaja alirkan ke persediaannya membuat ia menjadi lebih ringan dalam bergerak.
Mariana yang melihat Marni berjalan dari pojok kanan ruangan ke pojok keri ruangan kemudian tiba-tiba berhenti di tengah ruangan membuat ia bingung, "sedang apa?"
Pertanyaan Mariana belum juga dijawab oleh Marni tetapi Marni langsung meloncat keluar melalui jendela. Selepas Mariana terkejut melihat tindakan aneh Marni, ia langsung tersadar kalau ia ditinggalkan sendirian.
...☘️☘️☘️...
Mariana mencoba mencari Marni yang hilang bak ditelan bumi. Ia tidak bisa lagi mendeteksi Marni baik dari hawa keberadaannya maupun melalui hubungan kontrak tuan-pelayan yang mereka miliki.
Tubuhnya yang melayang di udara mencoba mencari sosok itu di antara rimbunan pepohonan. Kabut setelah hujan yang terlalu tebal membuat upaya pencarian Mariana tidak mudah. Tetapi kemudian ia melihat sosok mencurigakan dengan jubah hitam berdiri di antara jurang yang menatapnya yang sedang melayang-layang di udara.
"Hei, akhirnya aku menemukanmu. Kenapa kamu menggunakan sihir untuk menyamarkan lokasi dan baumu. Oh, omong-omong kau sedang apa? Eh dari mana kamu mendapatkan jubah hitam dan sepatu?"
"Space Ring?" ujar Marni enteng. Setelahnya ia mengubah penampilannya menggunakan sihir. Ia mengevaluasinya dengan seksama, merasa puas dengan penampilannya sebagai pria perkasa.
Marni mengeluarkan alat berburu dari space ring. Penyamarannya sudah lengkap, ia pun segera berjalan menuju daerah dengan energi alam terbaik di wilayah terdekat.
"Hei...."
"Mariana, Bisakah kamu diam sejenak? Aku sedang berkonsentrasi mencari area dengan energi alam terbaik sehingga kekuatan dalam tubuh ini bisa segera pulih."
Marni terdiam sementara kemudian merapalkan mantra yang membuat ia dan Mariana berpindah tempat dalam sekejap. Mereka kemudian di sebuah gua yang berada di salah satu pengunungan. Melihat kondisi gua di mana mereka tiba membuat Marni pun merasa puas.
"Hei! Bisakah kau memberitahu sebenarnya apa yang kau lakukan? Setidaknya itu adalah tubuhku dan aku berhak tau apa yang kamu lakukan dengan tubuhku!" teriak Mariana penuh amarah karena pertanyaannya selalu diabaikan.
...☘️☘️☘️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
pensi
mampir 😌
2022-03-21
0
Leli Leli
semangat Thor,maaf nyicil dulu aku udah mendaratkan fav buat karya bagusmu🤗🤗🤗
2022-02-24
1
DEBU KAKI
tetap semangat
2022-02-10
5