“Aaarrghh!”
Luna merentangkan tangannya ke atas, dia sungguh lelah setelah seharian otaknya disuruh bekerja keras saat ini.
“Nongkrong yuk!” ajak Sandra menghampiri Luna.
“Kemana?”
“Katanya tadi lu janji traktir gue buat bantuin lo!”
“Hish… Iya deh iya…”
Dddrrrt!
Luna memeriksa ponselnya yang bergetar, sebuah pesan singkat masuk dan itu dari kekasihnya.
[ Dira_R : Sayang… Kamu kok gak ngabarin aku? ]
Dddrrrt!
[ Dira_R : Sayang… Pulang jam berapa? ]
Luna tersenyum sinis, tidak biasanya kekasihnya mencari dirinya seperti itu. ‘Mungkin dia kualat! Eh, tapi– dia memang begini kalau udah cinta kayak waktu dah resmi jadi suami…’
“Kenapa lu?”
Sandra mendelik memperhatikan tingkah Luna. “Sms siapa? Dira?”
“Hm…” Luna mengangguk sekilas. “Gue ijin bentar ya!”
“Dih, bentar-bentar putus, bentar-bentar nyambung… Kek kabel casan lu ah!”
Luna terkekeh dengan omelan sahabatnya. Jarinya dengan lincah mengetikkan pesan di ponsel jadul dan kunonya. ‘Duh, biasa mainin boba sekarang aissh…’
[ Queen_Luna : Maaf, Yang! Aku udah beres, cuma Sandra ajak aku nongkrong bentar ya di Cafe S… boleh kan, Yang? ]
Dddrrrt!
[ Dira_R : Ok, pulang aku yang jemput! ]
Luna tidak lagi ingin membalas, dia merapikan seluruh barang miliknya dan lekas menyusul kepergian sahabatnya yang tumben minta pulang cepat.
Keduanya menggunakan taksi langganan menuju salah satu cafe yang berada di tengah kota. Luna dan Sandra telah memesan dan mereka mencari tempat duduk yang nyaman untuk berghibah lama.
“So– what happened?”
Sandra memulai sesi perbincangan mereka tanpa basa-basi. Luna menatap Sandra lekat sekilas kemudian memalingkan wajah ke sembarang arah.
“Kamu ingin tahu tentang apa?” tanya Luna balik bertanya atas pertanyaan temannya.
“Ya tingkah elu lah yang berubah!” Sandra merutuk kesal, temannya mendadak tidak asik sekarang.
“Gue berubah kek mana coba? Semalam gue kesiangan cuy, terus gue mendadak linglung aja…” Luna menanggapi dengan mencoba santai tidak terjadi apapun.
“Lu sebelumnya nangis-nangis bilang di putusin Si Dira, lah sekarang biasa aja! Plin-plan banget sih lu pada… Inget umur, kalian tuh pacaran emang buat kesenangan doang ya, kek abg nanggung!” Sandra merutuk tanpa jeda membuat Luna menatapnya nanar.
“Ya– siapa juga yang mau putus sama dia…” Entah kenapa Luna mendadak berkata demikian, padahal dia sendiri berniat putus dengan kekasihnya.
“Ck, lu tau gak gosip yang beredar di office sekarang?”
Hidangan telah datang, Luna tersenyum pada pramusaji dan mengucapkan terima kasihnya. Dia lantas menyeruput ice coffee kesukaannya. “Gosip apa?”
Sandra mendelik tidak percaya wanita polos di depan matanya. “Asli lu gak tau?”
Luna menggeleng dengan kembali menyeruput minumannya antusias, sungguh tenggorokannya terasa kering kerontang saat ini.
“Gue pikir lu cuti karena stress sama gosip yang beredar. Laki lu juga ikutan cuti, makin jadi lah kita punya asumsi!”
Deg!
Mendadak perasaan Luna tidak nyaman, dia sungguh takut– gossip yang akan dikatakan Sandra adalah mengenai kehamilannya. Bisa panjang urusan Luna sekarang, gadis itu menelan ludah serat.
“Buruan bilang, gosip apa emangnya?”
“Heh, Si Sherly anak akunting beberin kalau elu tuh pelakor antara hubungan dia dan cowok lu!”
Luna membuka mulutnya lebar, ternyata pikirannya terlalu jauh atau memang pada dasarnya dia amat takut skandal hasrat terlarangnya mencuat ke permukaan.
“Haisssh!” Luna mengusap dadanya lega, dia pikir gosip itu mengenai kehamilannya. Sekilas Luna menatap perutnya, dia kembali dilanda gundah-gulana.
“Lah? Lu malah biasa aja? Jadi, gosip itu bener?” Sandra mendadak kepo luar biasa. Dia pikir Sherly mengada-ngada. Pasalnya, yang menyukai pria tampan sejenis Adira memang sangat banyak.
“Gosip yang mana?”
Pletaaak!
“Aaarrrkk!!”
Luna menjerit kesakitan saat rekan kerja dua langkah itu memukul kepalanya dengan buku menu. “Sakit anjg!”
“Esmosi gue ama tingkah polos lu! Bangsaaaat!” Sandra memaki tak kalah menggebu pada kekonyolan Luna saat ini.
“Dah lah! Skip to good check, buang waktu anjg!” Sandra kembali mengontrol emosinya dan berusaha tenang. “Emang kalo udah jatuh cinta ta-i aja rasa coklat!”
“Ih anjir lu jorok!” protes Luna tidak suka dengan ungkapan Sandra.
Sekilas Luna mencoba mengingat sepertinya dulu kekasihnya pernah membahas tentang cewek yang disebut oleh Sandra barusan. “Sherly, ya?”
“Kayaknya dulu Mas Dira pernah bilang deh… Tapi, gue lupa! Hahahaha…”
“Si anjg!”
Sandra kembali geram dengan sahabatnya, meski demikian entah mengapa, gadis itu merasa ada yang salah dengan Luna. “Lun…”
“Hm?”
“Lu sakit ya?”
“Eh?”
Luna terlihat kebingungan dengan pertanyaan sendu mendadak dari sahabatnya. “Ko lu ngomong serius kek gitu? Gue mendadak horor–”
“Heh–” Sandra terkekeh sejenak, dia mengaduk minuman miliknya sebelum kembali melanjutkan perbincangan mereka. “Beberapa hari yang lalu, lu bilang gak enak badan… Lu juga sering banget bilang ngerasa demam sama mual!”
Deg!
‘Sumpah demi apapun juga, gue mana inget pernah ngomong kek gini!’ Luna mulai terlihat pucat dan keringat dingin yang mulai membanjiri dirinya. Dibanding dengan gosip tentang wanita lain di tengah hubungannya, hal mengenai kehamilannya memang menjadi momok yang menakutkan baginya!
“Itu kan yang bikin kerjaan lu ampe gak beres kayak sekarang?” Sandra mulai terasa serius membuat Luna semakin terasa menggigil saat ini.
“Ehm– iya, kemarin gue emang gak enak badan… Semalam Mas Dira dah beliin aku obat masuk angin sama maag gue juga kambuh lagi!” Luna harus mencocokkan penyakitnya, jangan sampai semua kebohongannya terbongkar, ini aib besar!
“Jadi, semalam kedokter?”
Luna refleks mengangguk cepat, walau jelas dia tengah berbohong.
“Ya syukurlah… Lu tuh ya, semenjak jadian ama Si Dira, perasaan gak kek single sebelumnya!”
“Ya– namanya juga punya pacar!” Luna menyela cepat, entah mengapa dia terus saja membela posisi kekasihnya.
“Inget Lun, lu tuh disini gak ada keluarga, bukan?”
Deg!
“Ya–”
“Si Dira juga, kan?”
“Ya…”
Sandra menjeda ucapannya, dia meminum sejenak coffee yang dipesan sama dengan milik Luna sebelum melanjutkan kalimat nasehatnya. “Jangan pikir gue gak tau kalian bisa sebebas apa dalam berhubungan!”
Deg!
Luna merasa tengah dilucuti habis-habisan oleh rekannya. Luna harus bersikap profesional seolah semua kebenaran yang Sandra ucapkan adalah kesalahan. “Maksud lu apa sih?”
Sandra menatap tajam Luna yang memang tengah menyela dan juga terlihat kegelisahan disana.
“Kita udah gede, kita sudah sama-sama paham… Inget ya, tiap kali kalian pacaran berdua– ketiganya pasti setan!”
“Hahaha!” Luna mendadak terbahak tidak pada waktu yang tepat. “Iya, elu berarti setannya! Hahaha…”
“Bangsaaat!”
Dddrrrt!
[ Dira_R : Sayang aku di depan Cafe! Buruaaaan… ]
Luna membaca pesan yang masuk di ponselnya, dia mengembangkan senyuman. Semenyebalkan itu kekasihnya menyela kesenangannya. “Cih, padahal gue pengen karokean!”
“Kenapa?” Sandra ikut kepo dengan bisikan Luna.
“Gue dah di jemput!”
“Tuh kan? Gak asik anjg!”
“Hehe…”
Luna hanya bisa terkekeh canggung, dia bangkit merapikan tampilan dan pamit pulang lebih dulu pada sahabatnya. Sandra terlihat kesal, tapi– dia bisa apa?
Setelah kepergian Luna, Sandra bergumam lirih. “Luna, semoga kamu tidak melakukan hal bodoh dengan Si Dira!”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments