Singkat cerita Luna memohon pada rekan kerjanya untuk membantunya dalam pekerjaan sehari ini. Luna begitu senang, akhirnya dia kembali merasakan apa yang selama ini diperjuangkannya mati-matian. “Setidaknya, aku tetap hidup!”
Luna bangkit bergegas membersihkan dirinya, dia ingin memperbaiki diri, memperbaiki hidupnya agar tidak mengalami hal yang sama seperti delapan tahun yang sudah dilewatinya.
Luna menyalakan shower, dia membiarkan air menjatuhi tubuhnya dengan deras. Kedua netranya menutup sempurna. Dia memutar kembali kejadian semalam, bagaimana dia bisa kembali saat ini, dia sendiri tidak yakin mengapa semua bisa semustahil ini.
Flashback semalam…
Kediaman Renald Kedua, 2021, 07.00 PM, Ibu Kota.
Hari ini adalah puncak dimana Luna benar-benar membuat suaminya Adira Renald sangat marah. Sebelumnya, Luna bersikukuh untuk diizinkan kembali bekerja, dia teramat sangat bosan dengan hidupnya. Memiliki dua buah hati membuat Luna memiliki beban pikiran tersendiri. Lelah menjadi seorang ibu rumah tangga menjadi alasan Luna ingin kembali bekerja. Tidak hanya itu, hidup Luna terasa tidak bahagia, entah dimana salahnya.
“Persetan denganmu, Luna!!” maki Adira keras di ambang pintu menunjuk wajah Luna dengan raut wajahnya yang berang. “Suamimu baru pulang bekerja, bukannya menyambutku, kamu malah menyulutkan emosiku!!”
Plaaak!
Untuk pertama kalinya Luna menerima kekerasan fisik dari suaminya. Selama delapan tahun mereka membina rumah tangga, Dira selalu memperlakukannya dengan baik. Meski demikian, pria itu memang terkadang tidak peka dengan apa yang sebenarnya Luna inginkan sejauh ini.
“Jika kamu bersikeras ingin tetap bekerja, pergi sana! Keluar dari rumahku, dan jangan harap bisa membawa Aluna dan Adniaka!!” Dira memasuki rumah dengan perasaan dongkol, dia juga bahkan tidak peduli dengan kekerasan yang barusan dilakukan terhadap istri yang dicintainya selama ini. Luna benar-benar sudah melanggar batas kesabarannya sebagai pemimpin rumah tangga.
“Huhuhu…” Luna menangis tergugu menutupi wajah dengan kedua tangannya. Selain hatinya yang hancur, fisiknya juga terasa perih terkena tamparan yang cukup keras dari tangan besar suaminya.
Luna menoleh dan menatap punggung bidang suaminya yang mulai menjauhinya.
Praaang!
Adira bahkan dengan arogan menjatuhkan beberapa dekorasi dan juga vas bunga di tengah ruangan. Adira benar-benar sudah di ambang batas emosi yang selama ini selalu di tahannya.
Dengan menekan dadanya kuat, Luna semakin yakin dia ingin mengakhiri pernikahannya dengan Adira Renald yang dulu membuatnya menyerahkan segalanya walau sebelum waktunya. “Aku sungguh menyesal, Mas!”
Luna menyeka air matanya cepat, dia tidak ingin lagi menangisi hidupnya. Wanita itu lantas membersihkan kekacauan yang terjadi disebabkan suaminya yang mengamuk tanpa alasan jelas. Walaupun jelas-jelas salah satu alasan terbesarnya karena Luna selalu ngotot untuk kembali bekerja.
Samar terdengar percakapan pilu dari dalam kamar anak-anak yang menangis membujuk ayahnya untuk berbaikan dengan ibu mereka. Luna luruh seketika, dia tidak bisa membayangkan jika suaminya tidak mengizinkan dirinya melihat dua buah hatinya. “Kamu sungguh jahat, Mas! Huhu…”
Luna telah siap merapikan kembali keadaan dalam rumahnya, dia bergegas memasuki kamar dan mengemasi barang-barangnya, keputusannya sudah bulat. Dia akan mengurus perceraian mereka, toh barusan suaminya sudah mengusirnya. Itu artinya, Dira sudah menjatuhkan talak padanya.
Di sela merapikan barang miliknya, kepala Luna terasa seperti ditusuk ribuan jarum di waktu yang bersamaan. Dia memekik tertahan menahan rasa sakit yang mendera kepalanya. Di waktu yang sama, hatinya berdenyut perih seolah tengah tergores oleh benda tajam yang membuatnya berdarah tanpa terlihat.
“Sudah selama ini, dia bahkan tidak mencariku dan meminta maaf padaku!” lirih Luna mencoba bertahan dengan keadaannya. “Heh– kamu sungguh pria yang baik hati, Adira Renald! Luka ini akan aku ingat selamanya, aku berharap aku tidak dipertemukan denganmu saat itu… Mungkin aku tidak akan mengalami hal ini! Semua kesialan ini—”
Bruuuk!
Luna terjatuh dan mulai kehilangan kesadarannya, kepalanya sungguh seperti berputar tidak karuan. Wanita itu juga merasa kesulitan saat menghirup oksigennya. “Apa aku akan mati saat ini? Jika saja Tuhan memberikanku kesempatan kedua dan dihidupkan kembali di masa lalu— aku ingin memperbaiki semuanya, Ya Tuhan!”
—
“Aaarrghh… Aaarrghh!” Luna melenguh merasakan pergerakan di pusat tubuhnya. “Maas?!” sontak Luna terkejut saat dia melihat suaminya tersenyum dengan peluh yang bercucuran.
‘What the fu-ck!!’ rutuk Luna dalam batinnya. “Aarrghh, Maaas— bukankah kamu bilang ingin pisah?” tanya Luna lirih terbata mulai menikmati permainan kekasihnya.
“Aku tidak mau!” sahut Adira mantap terus menghentak. “Selamanya kamu hanya boleh jadi milikku, Naluna Maharanni!!”
Luna tidak sadar, saat terbangun sesungguhnya dia sudah tidak lagi berada di tahun yang sama. Dia resmi telah tersedot kembali ke portal masa lalu. Luna kembali tertidur pulas setelah pergumulan yang panas dengan yang dipikirnya adalah suaminya.
“Aku pulang ya, Sayang… Besok pagi, aku menjemputmu lagi!” Dira menyelimuti tubuh polos kekasihnya yang sudah tertidur pulas. “I love you so much!” bisik Dira di cuping telinga Luna dan mengecupnya perlahan sebelum benar-benar meninggalkan kamar kekasihnya seperti biasa.
Flashback off…
* * *
Luna telah selesai dengan mandi pagi yang terasa menyegarkan jiwa raganya. Hari ini merupakan momentum yang baik untuk mengubah takdirnya. Dia tidak boleh melewatinya begitu saja, seperti janjinya. Dia ingin mengubah semuanya jauh lebih baik, dia juga akan menghilangkan kehadiran kekasihnya Adira Renald.
Tok— Tok—
Luna menajamkan pendengarannya, dia menghentikan mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil dan terdiam kembali mencerna.
Tok— Tok—
Benar saja, pintunya diketuk seseorang, Luna semakin gelisah, dia tidak tahu harus seperti apa. “Siapa itu?!!”
“Oh goodness!! Sumpah ya ini– harusnya gue dihidupkan lagi tuh lengkap dengan sistem ala-ala kayak di komik manhua! Kalau begini ceritanya, rugi dong! Eh, kurang ajar nih mulut!!” Luna kembali tersadar dengan kalimatnya yang tidak pernah bisa bersyukur.
Dengan ragu Luna terpaksa melangkah, dia lupa bahwasanya dia hanya mengenakan handuk menutupi bagian sensitifnya saja. Gadis itu membuka perlahan pintu kamar sewaannya, dan menutupi tubuhnya di balik pintu. “Mas Dira?!!”
Wajah Luna pucat seketika, tidak hanya itu, pria itu terlihat begitu menggoda seperti biasanya. ‘Aaarghh, tolong… Otak nistaku ini emang sialan banget dah!’
“Kok kamu lihat aku kayak lihat hantu gitu sih?” rutuk Dira kesal membuat Luna semakin salah tingkah.
“Kok Mas kesini? Kesiangan dong?” celoteh Luna mengabaikan pertanyaan sebelumnya.
“Iya, gara-gara kamu!”
“Hah?”
Adira terkekeh melihat ekspresi kekasihnya yang selalu membuatnya gemas semakin hari. “Kamu bener-bener aneh deh hari ini! Bukannya nyuruh aku masuk malah kek patung di situ!” Adira kembali merutuk menyadarkan Luna.
“Aih, itu—” Dengan terpaksa dan entah bagaimana Luna begitu patuh membuka pintu mempersilahkan pria yang saat ini hanya berstatuskan pacarnya memasuki kamar pribadinya.
Adira masuk dan menaruh bungkusan yang dibawanya. Dia menoleh ke arah Luna dengan mengerutkan kening. “Kamu ini kenapa sih?”
“Hah?” Luna masih berdiri dibalik pintu, dia bahkan belum menutupnya. Luna masih asik menyembunyikan diri disana.
“Bukannya nutup pintu malah bengong!”
Entah mengapa, Luna baru menyadarinya atau memang pura-pura tidak menyadarinya. Ternyata, pria yang jadi kekasihnya itu memiliki mulut yang pedas. Selain yang Luna ingat hanya sikap dingin Adira di muka umum, ternyata sisi lain pria yang Luna pilih menjadi suaminya itu memiliki kata yang menusuk dalam relung jiwanya.
Adira mendekat dan menarik paksa pintu kamar, dia menutup serta menguncinya. Luna semakin terbelalak dan menelan ludahnya berat. ‘Si Mesum ini, aku harus waspada!!’
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
reva
masih bingung alur.a ..
tp penasaran..
2023-05-26
1
zahra
mohon dukungannya juga ya kak. semangat
2021-12-29
1