Setelah kejadian pembantaian keluarga pengusaha sukses itu, berita kehancuran dari perusahaan itu pun juga menyebar luas. Sang pemilik perusahaan yang sudah tiada, membuat seluruh kontrak kerja sama terputus begitu saja. Sang tangan kanan perusahaan itu pun ternyata ikut andil dalam pembunuhan pemilik perusahaan. Bahkan mansion yang harusnya masih bisa ditempati oleh anak-anak dari pengusaha itu akhirnya disita oleh bank untuk membayar berbagai hutang perusahaan yang ditinggalkan.
Setelah mendapat pemberitahuan bahwa seluruh aset yang dimiliki oleh papa nya disita oleh bank, tak terkecuali perusahaan keluarganya akhirnya sang anak bungsu diberikan waktu 24 jam untuk membereskan baju atau perlengkapan lain. Sang anak yang masih berusia 5 tahun itu terlihat pasrah dengan kehidupannya dan untungnya dia mempunyai IQ yang tinggi sehingga di umurnya yang masih kecil ia sudah paham dengan apa yang terjadi.
Sandra dibantu para tetangga dan pihak kepolisian yang datang setelah kejadian itu, segera memakamkan para jenazah orang tua, maid, dan bodyguard keluarganya dengan layak di pemakaman umum setempat.
Kenapa tetangga/ pihak kepolisian tidak datang sewaktu kejadian? Jawabannya karena sewaktu mereka akan mendekati mansion itu sudah di hadang oleh ratusan orang berbaju hitam kawanan pembunuh itu sehingga mereka tak bisa apa-apa. Mau melawan pun mereka juga jelas kalah dalam segi jumlah. Setelah kawanan orang berbaju hitam itu semua pergi, mereka masuk ke area mansion yang sudah penuh dengan darah dan mayat, serta seorang anak kecil perempuan yang terus menangis di samping jenazah orangtuanya.
Keluarga Sandra di lingkungan sekitar dikenal dengan keluarga yang sangat baik dan dermawan. Mereka selalu membagi-bagikan sedikit rezekinya untuk membantu para tetangga yang kesusahan, makanya ketika ada sesuatu seperti ini banyak sekali dari mereka yang merasa kehilangan.
Di pemakaman, Sandra terus menangis sambil memeluk koper yang sudah ia bawa dari rumah itu untuk segera pergi. Banyak yang menatap iba terhadap anak itu, tapi ketika ditawarkan untuk tinggal sementara di rumah warga atau mau dititipkan ke panti asuhan sang anak tak mau karena ia akan mencari kedua kakaknya yang di bawa oleh kawanan orang itu.
"Ama, Apa adek anji akalan adi kuat bial bica indungin olang-olang yang ndak calah. Adek uga akalan adi olang cukces dan antu olang-olang cucah. Adek akalan cali akak Willy dan Sandlo" ucap lirih Sandra di samping makam kedua orangtuanya sambil menangis
"Sandla amit dulu ya ama, apa. Cuatu hali anti adek akan atang kecini agi cama akak Willy dan Sandlo" lanjut Sandra kemudian mencium papan nama kedua orangtuanya dan berdiri meninggalkan makam tersebut sambil menggeret kopernya yang besarnya melebihi tubuh gadis kecil itu
"Sandra, ini ada sedikit uang dan makanan dari kami. Kamu bisa memakan makanan ini selama di perjalanan ya dan uangnya bisa buat kamu jaga-jaga untuk cari tempat tinggal. Kamu hati-hati ya nak, kalau kamu butuh bantuan bisa langsung cari ibu" ucap salah satu tetangga yang selalu diberikan bantuan oleh kedua orangtua Sandra
"Telimakacih Bu. Cuatu caat alo Sandla cukses, Sandla kan embaliin uang ini" ucap Sandra sambil tersenyum manis kepada tetangga-tetangga mereka
"Sama-sama. Hati-hati di jalan ya, semoga cepat bertemu dengan kedua kakakmu" ucap ibu itu dan diangguki oleh Sandra
Polisi yang membantu Sandra mengurus jenazah orangtua beserta para pekerja mansionnya juga akan berusaha membantu mencari kedua kakak Sandra.
***
Sandra pun terus berjalan tanpa tahu arah tujuannya, sampai ia pun tak sadar bahwa hari sudah mulai sore. Ia berjalan sampai menemukan sebuah taman dan duduk di kursi taman tersebut.
"Ama, Apa aku halus cali akak temana?" Lirih Sandra sambil menengadahkan mata nya ke langit agar tak menangis
"Aku tak oleh angis, aku halus kuat cepelti ata Ama. Ebih aik aku cali empat istilahat, ntung aja aku awa uang dali tabunganku, uang cash yang Ama impan dan dali ibu tadi" ucap Sandra dengan senyum cerianya
Sandra pun bangkit mencari kontrakan yang akan ia tempati. Di tengah perjalanan ia melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang menjual bunga mawar dan menawarkan bunga-bunga itu ke orang-orang yang lewat. Padahal jelas hari sudah menjelang sore, orang yang lewat pun sudah sangat jarangm
"Akak au eli unga?" Tanya anak kecil yang usianya kira-kira 4 tahun
"Oleh deh, akak au catu ya" jawab Sandra dengan senyum cerianya
"Ni kak. Akak au temana?" Tanya anak laki-laki itu sambil memberikan bunga ke Sandra dan melihat ke arah koper besar yang dibawa oleh Sandra
"Akak au cali kontlakan, amu tau imana ada kontlakan?" Tanya Sandra sambil memberikan uang untuk membayar bunga itu
"Dicana ada kak atau akak au inggal ama aku. Glatis kok" ucap anak itu tersenyum sambil memperlihatkan gigi putihnya yang rapi
"Aku di lumah uga cendilian, adi alo akak au bica inggal di lumah aku" lanjut anak laki-laki itu
"Emang olangtuamu temana?" Tanya Sandra
"Olangtuaku dah sama Allah" ucap anak laki-laki itu sambil tersenyum sendu
"Oh... Cama dong. Emang aku oleh inggal di lumah amu?" Tanya Sandra mencoba mencairkan suasana
"Oleh kak oleh, ayo kak" ucap anak laki-laki itu berbinar karena selama satu bulan ini ia sudah tinggal sendiri maka dari itu ia sangat senang akhirnya bisa ada yang menemaninya
"Baiklah. Nama amu ciapa?" Tanya Sandra
"Yusuf Abigael, alo akak?" Tanya Yusuf
"Akak namanya Sandla" jawab Sandra
"Ote kak. Ayo kak alan, ita ulang ke lumah" ucap Yusuf dan menarik Sandra untuk pulang ke rumahnya sambil membawa keranjang bunganya
Sesampainya di rumah Yusuf, terlihat sebuah bangunan yang nyaman kiranya untuk ditempati. Rumah yang sederhana lantai satu, namun halamannya terlihat luas dan banyak sekali tanaman bunga mawar.
"Ayo kak udah ampai. Ini unga yang aku ual dali cini" ucap Yusuf dengan menunjuk ke arah taman bunga yang ada dihalaman rumah itu dan diangguki oleh Sandra
Mereka pun masuk, Sandra masuk ke kamar yang sudah ditunjukkan oleh Yusuf. Rumah itu rumah peninggalan orangtua Yusuf, sebelumnya orangtua Yusuf bekerja di sebuah pabrik namun meninggal karena kecelakaan sewaktu pulang kerja. Para saudaranya tidak ada yang mau mengurus Yusuf, sehingga Yusuf memilih untuk tetap tinggal di rumah itu karena rumah itu sudah atas nama Yusuf sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh RT setempat agar ke depannya tidak ada perselisihan di antara keluarga mereka. Para tetangga pun kadang memberikan beberapa makanan untuk Yusuf karena ia tak mau tinggal di panti asuhan sesuai anjuran dari tetangganya dan bisa menempati rumah itu ketika sudah dewasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Faradita
sebaik nya ucapan sandra g usah di buat cadel jadi enak buat di baca atw cdel di suku kata tertentu masa semua hurup pertama suku kata di buat cadel thor, biasa nya di hurup R, maaf cuma saran 🙏🙏😊😊
2024-01-20
0
angel
Thor yg masuk akal aj ..masa anak umur 5 th ...ngomongnya msh cadel trus hidup sendiri di jln,...sedikit pinter lah bikin novelnya
2023-06-28
0