“Ka– Kami tunduk kepada Anda, Tuan kami.” Ujar kepala suku Orc sambil berlutut kepada Laciel.
“Kami tunduk kepada Anda.” Orc yang lain juga ikut berlutut. Suasana ini membuat Laciel dan Hana kebingungan.
“E– Eh? Apa maksudmu?” tanya Laciel.
“Kami, para monster lemah, sudah seharusnya tunduk kepada Raja kami, Iblis Tingkat Tinggi. Mohon maafkan kesalahan bawahan hamba yang tidak dapat melihat sosok Anda sebenarnya.” Ucapnya.
“Be– Begitu, kah?” Situasi ini sangat membingungkan. Apa yang harus kulakukan sekarang?! Laciel menangis dalam hati. Tidak pernah terpikirkan di dalam dirinya akan dihadapkan dengan situasi seperti ini. Berpindah tempat ke antah berantah. Dan sekarang, berurusan dengan makhluk aneh yang menjadi bawahan. Aku merasa ingin menghilang saja.
“Yah, mau bagaimana lagi. Sudah menjadi takdirku untuk menjadi Raja Iblis. Kuterima kesetiaanmu dan sukumu.” Ujar Laciel dengan raut muka serius. Fiuh, untunglah aku dapat mengatakannya dengan lancar.
“Kalau begitu, apa yang bisa kami lakukan untuk Anda sekarang, Yang Mulia?” tanya kepala suku masih dalam keadaan berlutut.
“Sebelum itu, aku ingin memastikan. Apakah kamu benar-benar memberikan kesetiannmu kepadaku?” Laciel bertanya. Aura yang dikeluarkannya terasa mengisi udara sekitar. Astaga! Aku mengeluarkan aura itu lagi. Aku masih belum terbiasa untuk mengaturnya.
“I– Itu ... Anda bisa memberikan kami nama. Nama itu akan melekat di dalam jiwa kami dan akan menjadi jaminan kesetiaan mutlak kami. Selain itu, itu juga akan membuat kami yang diberikan nama mendapatkan kekuatan yang besar. Itu adalah hukum yang diciptakan oleh Dewa Sistem bagi kami.” Jawab kepala suku.
“Benarkah begitu, Hana?” Laciel bertanya sambil melihat ke samping.
“Eh ... Ah ... Yah ... Be– Begitulah.” Jawab Hana terbata-bata. Aura yang dikeluarkan Laciel membuatnya gemetar.
“Ada apa? Kelihatannya kamu gemetar?”
“Ti– Ti– Ti– Tidak.”
“Kalau begitu, aku akan menamaimu sekarang. Namamu adalah Garnamtiar, yang memiliki arti Yang Tak Terkalahkan.”
Setelah perkataan Laciel selesai, sebuah cahaya keemasan keluar entah dari mana dan menyelimuti tubuh Garnamtiar, si kepala suku Orc. Tubuhnya lalu terangkat beberapa puluh senti dari tanah. Lalu, setelah beberapa saat, cahaya emas itu memudar. Dan sesosok Orc berkulit merah, lebih gelap dibanding yang lain, tampak di hadapan Laciel.
Ada banyak yang terlihat berubah. Kulitnya yang berubah lebih gelap. Wajah yang tampak seperti manusia. Otot-otot kekar yang kian menonjol. Dan perawakan yang lebih besar dan tinggi dibandingkan sebelumnya.
Ah, iya. Aku bisa mencoba untuk melihat statusnya lewat Appraisal.
“Appraisal,” gumam Laciel.
Lalu, sebuah layar biru muncul di hadapannya.
[Nama : Garnamtiar | Ras : High Orc
Title : Bawahan Raja Iblis Laciel, Kepala Suku Orc Red Skull
Kekuatan Tempur : C]
“Hormat dan kesetiaanku untuk Raja Iblis.” Kata Garnamtiar berlutut. Suaranya terdengar lebih berat dan dalam dari sebelumnya.
Setelah ini, apa yang harus kulakukan? Yah, menjadi Raja Iblis tidak terlalu buruk juga. Yang lebih penting dari itu adalah menemukan alasan kehadiranku ke dunia ini. Jawabannya mungkin saja ada di dalam Kekaisaran Zaenia. Laciel sedang berpikir sehingga terlihat sedang tidak fokus dengan keadaan yang berada di depan matanya.
Memikirkan banyak hal, Laciel melirik dan melihat Hana di sebelahnya. Dia sudah tidak terlihat takut lagi. Lebih seperti ... dia menunggu sesuatu.
“Hana, sekarang, apa yang akan kau lakukan?”
“Ah, a– aku ... aku akan mengikutimu.” Jawab Hana dengan wajah memerah.
“Walaupun tahu kalau aku adalah iblis?” Laciel bertanya lagi.
“Itu tidak penting.” Jawab Hana segera.
“Walaupun kita baru bertemu?” Laciel semakin menyudutkannya.
“Sebenarnya, sejak pertama aku melihatmu, aku sudah tertarik denganmu.” Ucap Hana malu-malu.
Laciel terdiam mendengar jawabannya. A– Apa yang dipikirkannya? Pikirannya bertanya-tanya. “Be –Begitukah? Yah, apa boleh buat. Kamu boleh mengikutiku.”
“Lalu, apakah aku harus memberikan informasi palsu tentang suku ini kepada Serikat Petualang atau bagaimana?” tanya Hana yang sudah mulai sedikit tenang.
Laciel berpikir sebentar. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang biasanya dilakukan seorang karakter utama ketika dihadapkan dengan masalah ini. Jika seorang Raja Iblis yang menjadi petualang, seharusnya ada.
Tapi lama memikirkan, dia tidak memiliki ingatan ada situasi seperti ini.
*Karena aku tidak ingat, lebih baik aku mengambil tindakan yang diperlukan terlebih dahulu.*Laciel lalu memantapkan hatinya.
“Garnamtiar,” Laciel memanggil.
“Siap, Yang Mulia.” Jawab Garnamtiar segera.
“Gali ke bawah tanah untuk menyembunyikan jumlah kalian. Lakukan dengan cepat. Jangan sampai ada manusia yang mengetahui kalau kalian berjumlah banyak.” Laciel memberi perintah.
“Baik, Yang Mulia.”
“Hana, laporkan kalau jumlah Orc hanya setengah dari yang sekarang. Seharusnya itu tidak terlalu menarik perhatian, bukan?” Tatapan Laciel beralih ke Hana di sampingnya.
“Benar, tidak apa-apa. Itu tidak akan terlalu mencolok.” Ucap Hana.
“Bagus. Kalau begitu, kita akan berburu lagi.” Karena aku belum punya uang untuk saat ini. Batinnya.
“Lu– Lucifer,” Hana memanggil.
“Panggil saja aku Laciel. Itu namaku sebagai petualang.” Koreksi Laciel.
“La – Laciel, kita bisa memotong telinga kanan Orc yang mati untuk dibawa ke Serikat Petualang. Telinga itu akan menjadi bukti penaklukan dan akan dibayar setiap telinganya.”
“Hmm. Begitukah? Baiklah.”
“Yang Mulia,” ucap Garnamtiar dengan nada rendah dan masih berlutut.
“Ada apa?”
“Bagaimana bila ada manusia yang menyerang kami? Apa yang harus kami lakukan?”
“Tangkap saja dulu. Jika tidak bisa dan dia melawan, maka bunuh saja.” Ujar Laciel dengan nada dingin.
“Baik, Yang Mulia.”
“Kalau begitu, kami pergi dulu.”
...*****...
Langit sudah gelap. Tanda malam telah datang. Rembulan tampak bundar sepenuhnya, menandakan kalau saat ini adalah pertengahan bulan.
Laciel dan Hana terlihat sedang duduk berdua di salah satu sudut Gedung Serikat Petualang, di tempat para petualang biasanya menghabiskan waktu untuk beristirahat dan makan minum, atau hanya sekedar melepas penat dan bercengkerama. Mereka berdua sudah selesai menghabiskan makan malam mereka beberapa saat yang lalu. Kini, mereka berdua sedang duduk dalam diam.
Laciel, yang masih mengenakan jubah coklatnya, sedang menghitung uang yang didapatkannya setelah berburu beberapa serigala di sisi lain Hutan Redwood. Ada beberapa keping koin perunggu, dan sedikit koin perak.
Menurut perkataan Hana dan perkiraanku, 1 koin perunggu setara dengan Rp2.500,00, 1 koin perak setara 25 koin perunggu atau Rp.62.500,00, dan koin emas setara dengan 50 koin perak atau sekitar Rp3.125.000,00. Dengan kurs ini, harga makanan sekali adalah sekitar ¼ koin perak. Dan harga satu penginapan satu kamar semalam sekitar 1½ koin perak.
Laciel tenggelam di dalam pikirannya. Matanya di dunia nyata terlihat sedang kosong dan tidak fokus.
Ternyata, di mana pun itu, uang adalah roda peradaban.
“Aku akan tidur duluan.” Ujar Laciel sambil berdiri.
“Ka– Kalau begitu, aku juga akan tidur.” Hana ikut berdiri. “Apakah kamu yakin tidak mau tidur bersama?” tanyanya sambil memajukan dadanya hingga menyentuh Laciel.
“Kuh! Ti– Tidak perlu.” Jawab Laciel lalu berlalu ke lantai dua, di mana penginapan milik Gedung Serikat Petualang berada.
Menutup pintu kamar penginapannya, dia memperhatikan isi ruangan tersebut. Ada sebuah kasur satu orang berhadapan dengan pintu. Di sebelahnya ada sebuah nakas–sebuah meja dan atau lemari kecil yang berada tepat di samping tempat tidur–dengan sebuah lentera yang menyala di atasnya. Hanya itu saja yang berada di sana. Dan luas ruangannya pun tidak terlalu luas maupun tidak terlalu sempit.
Laciel berjalan ke depan lalu membuka jendela. Tidak ada pemandangan indah di baliknya. Hanya ada sebuah bangunan lain yang terpisah oleh sebuah gang yang cukup untuk dilalui oleh satu kereta kuda. Kemudian, dia melihat ke atas. Cahaya bulan menerangi tembok bangunan itu yang terbuat dari bata merah. Dia sedang berada di lantai dua, dan ada dua lantai lagi di atasnya.
Menggunakan sihir terbang dan tidak terlihat, Laciel bergerak ke atas. Entah kenapa dia melakukan ini, dia hanya ingin saja melakukannya. Seingatnya, biasanya seorang karakter utama sebuah cerita sering berdiam diri di atas sebuah bangunan saat malam.
Laciel berada di atas atap. Tiduran. Menatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Pemandangan di hadapannya kini sangat luar biasa indah. Tidak ada polusi udara atau semacamnya.
“Apakah ... aku bisa kembali?” gumamnya. “Tidak. Mungkin lebih tepatnya, apakah aku ingin kembali?”
Pertanyaan yang belum bisa dijawabnya itu tertelan dibawa oleh gelapnya malam.
...*****...
...Jangan lupa like, komen, dan klik favorit, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
anhar005
perjaka sialan knp sih author suka bgt ngecewain klo soal kepribadian mc?
emang gk bisa buat mc gk naif sama gk punya nafsu kek gini? nih mc kyk nya kontolnya kecil makanya gk pede
2024-02-09
0
dsnbl
maaf promosi Thor, karya saya"sang pencipta alam semesta"
2023-01-28
0
dsnbl
awalnya ngira ceritanya bakal mirip seperti overlord, ternyata lebih ke tensura, bedanya udh jadi raja iblis duluan
2023-01-28
2