“Tidak bisakah kamu mengatakannya secara langsung?”
Melihat ke arah Silvia, Ciel tidak repot-repot berbicara sopan. Gadis itu sudah beberapa kali berusaha membunuhnya. Tidak normal untuk memperlakukannya dengan begitu baik dan tulus.
“Kamu …”
Silvia menggertakkan gigi. Dia benar-benar marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Menahan rasa jengkel, gadis itu mencoba tersenyum.
“Y-Yang Mulia Raja Arannis ingin … ingin bertemu … Anda.”
Tidak terbiasa berbicara lembut, Silvia yang memaksakan diri tampak canggung dan imut.
Hampir semua pemuda di sana terpesona, bahkan ingin tersenyum. Namun mengingat lagi siapa gadis pendek itu, mereka hanya bisa menahannya. Ciel sendiri memandang ke arah Silvia dengan ekspresi tertarik.
Menopang dagu dengan ekspresi bosan, Ciel memejamkan matanya.
“Aku tidak mendengarnya. Apa yang kamu bilang tadi, Putri Silvia?”
Mendengar ucapan Ciel, para pemuda itu langsung berkeringat dingin. Sementara Silvia malah tertegun. Melihat pemuda yang tampak bosan sambil memejamkan mata, dia menggertakkan gigi.
“Yang Mulia Raja Arannis ingin … bertemu denganm-” Silvia nyaris menggigit lidahnya. “Anda!”
Membuka matanya, Ciel mengangkat sudut bibirnya.
“Kenapa kamu tidak berbicara sedari tadi. Jika membuat beliau menunggu, bukankah aku akan merasa tidak enak?”
“...”
Melihat sosok Ciel yang berpura-pura merasa bersalah dan bangkit dari tempat duduknya, napas Silvia naik turun. Dia benar-benar ingin mengeluarkan tombak lalu menebas lelaki menyebalkan itu. Namun mengingat yang dikatakan oleh ayahnya, gadis itu hanya bisa menerima semua itu begitu saja.
“Apakah kamu tidak akan menunjukkan jalannya? Lagipula … aku tidak tahu di mana Yang Mulia Raja Arannis berada.”
Sudut bibir Silvia berkedut, ekspresinya benar-benar tidak terlihat baik. Namun akhirnya, dia masih berkata.
“Tolong … tolong ikuti saya.”
“Baik.”
Melihat sosok Ciel yang pergi bersama Silvia, yang lainnya menghela napas panjang. Pada saat itu, mereka langsung menatap ke arah Camellia.
“Apakah Pangeran Luciel selalu seperti itu, Nona Camellia?”
Mendengar pertanyaan dari Elvira, Camellia tersenyum.
“Memang seperti itu. Meski tampak malas dan ‘agak’ jahat, Pangeran Luciel sebenarnya adalah sosok penyayang.”
Melihat ke arah Camellia yang hanya memberi sedikit petunjuk, yang lain menjadi lebih penasaran. Namun melihat wanita itu tidak membicarakannya, mereka juga hanya bisa diam.
...***...
Sementara itu, di dalam kapal milik Kerajaan Blood Estera.
Ciel yang tiba bersama dengan Silvia langsung menjadi pusat perhatian. Mereka memandangnya dengan penuh kebencian, seolah ingin menelannya secara utuh di detik berikutnya.
Masuk ke bagian ruang santai pribadi, Ciel melihat sosok Raja Arannis yang duduk dengan ekspresi khidmat. Di depannya ada sebuah meja yang dipenuhi dengan anggur kelas atas, makanan, dan buah di atasnya.
“Saya bertemu dengan Yang Mulia Raja Arannis.”
Ciel memberi hormat dengan ekspresi cukup santai dan tidak berlebihan.
“Kamu boleh duduk di mana saja, Pangeran Luciel.”
“Baik.”
Setelah dipersilahkan, Ciel langsung duduk di sofa kulit dengan santai. Tidak berbicara, menunggu Raja Arannis dengan tenang.
“Silvia, kamu keluar terlebih dahulu.”
“...”
Tidak mengatakan apa-apa, Silvia langsung pergi dari sana.
Akan tetapi Ciel tahu, setelah pergi menjauh, gadis itu mengendap-endap kembali dan bersembunyi untuk mendengarkan pembicaraannya dengan Raja Arannis. Tentu saja Raja Arannis juga tahu, tetapi hanya diam. Sementara Ciel, dia secara diam-diam mengangkat sudut bibirnya.
“Apakah kamu tahu kenapa aku mengundangmu datang kemari, Pangeran Luciel?”
“Apakah itu masalah ‘last hit’ yang banyak dibicarakan?” gumam Ciel.
“Aku tidak peduli dengan itu. Langsung saja ...” Raja Arannis menatap ke arah Ciel. “Bagaimana pendapatmu tentang Silvia?”
“Saya tidak tahu maksud anda?”
Ciel memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung. Namun Raja Arannis tahu sebenarnya pemuda di depannya sudah paham dengan yang dia maksud.
“Katakan saja … bagaimana pendapatmu?”
Mendengar pertanyaan itu, Ciel mengelus dagu sambil berpikir. Setelah beberapa saat, pemuda itu menjawab.
“Putri Silvia adalah sosok gadis cantik, imut, dan memiliki bakat yang baik. Bahkan … terkadang dia bertingkah menggemaskan.”
“...”
Raja Arannis yang sudah bersiap menerima kritik dan menyiapkan solusi dan nilai positif putrinya langsung terdiam. Dia memandang ke arah Ciel dengan ekspresi bingung.
Mungkinkah pemuda ini sebenarnya menyukai Silvia? Benarkah!
Memikirkannya saja, Raja Arannis menjadi bersemangat. Berusaha tetap tenang, dia pura-pura ragu.
“Bertingkah imut? Gadis itu?”
“...”
Mendengar ayahnya sendiri mempertanyakan dirinya, Silvia yang bersembunyi menggertakkan gigi. Benar-benar marah!
Sementara itu, Ciel juga agak terkejut mendengar ucapan dari Raja Arannis. Pria itu tampaknya sedang menguji dirinya, tetapi juga memang agak ragu tentang dua kata ‘bertingkah imut’ seperti yang dia katakan tadi.
“Melihatnya marah seperti gadis kecil yang direbut permennya … saya merasa itu cukup menggemaskan.”
“Ah! Jadi begitu …” Raja Arannis mengangguk. Tidak mempedulikan bahwa putrinya bersembunyi, dia berkata, “Memang, terkadang gadis kecil itu tidak menggunakan logika dengan baik dan memutuskan semuanya sesuai perasaannya. Aku tidak menyangka kamu mengerti itu, Pangeran Luciel.”
Apakah anda berkata bahwa putri anda sendiri bodoh dan tidak bisa menggunakan otaknya dengan baik, Raja Arannis? Apakah anda benar-benar ayah biologis?
Sementara Ciel yang terdiam mempertanyakan itu dalam kepalanya, Silvia menatap ayahnya sendiri dengan tatapan berapi-api. Merasa ingin mengajaknya berduel sampai mati!
Pura-pura batuk, Raja Arannis melanjutkan.
“Karena kamu berpikir demikian. Mungkinkah kamu tertarik dengan Silvia, Pangeran Luciel?”
“Saya memang tertarik. Namun …” Ciel menggelengkan kepalanya. “Sudah terlambat.”
“Terlambat?”
“Benar.” Ciel mengangguk. “Saya sudah memiliki seorang tunangan dan empat selir, bahkan seorang putri. Bahkan juga putra angkat! Kami sudah cukup harmonis. Jika Putri Silvia yang sering ‘menggunakan perasaannya’ ikut bercampur … saya rasa kecemburuan mungkin akan membuat semuanya berantakan.”
“...”
Mendengar itu, entah kenapa Raja Arannis yang merasakan rasa sakit di hatinya.
Suami yang baik! Menantu lelaki yang baik! Ugh! Apakah ini benar-benar tidak mungkin?!
Menyakinkan diri sendiri, Raja Arannis menarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskan perlahan. Dengan senyum di wajahnya, pria itu berkata,
“Memang, untuk gadis di usia 20 tahun … dia agak terlalu kekanak-kanakan. Namun, aku rasa dia bisa menyesuaikan diri?
Jika kamu memang tertarik dengannya, bagaimana jika aku mengajarinya cara menjadi wanita yang sopan dan berpikiran terbuka? Itu pasti baik untuk kita berdua.”
Mendengar ucapan Raja Arannis, Silvia membayangkan apa yang akan dialaminya setelah pulang. Gadis itu tampak agak pucat. Dia marah, ingin buru-buru menjadi lebih kuat agar tidak perlu menuruti keinginan ayahnya itu!
Sementara itu, Ciel sendiri terdiam. Pemuda itu berkata dengan jelas … satu tunangan, empat selir, satu putri dan putra angkat! Dia melakukan itu untuk menakuti Raja Arannis dan membuatnya terkesan seperti lelaki yang tidak bisa mengendalikan diri dengan wanita. Namun malah berefek sebaliknya.
Ciel menatap Raja Arannis dengan ekspresi getir. Tidak bisa tidak mempertanyakan sesuatu dalam benaknya.
Kenapa anda mendorong Silvia kepada saya begitu keras, Raja Arannis? Apakah anda benar-benar ayah biologis gadis itu?
Menggeleng ringan, pemuda itu mengutuk dalam hati.
Omong kosong suci! Pria paruh baya ini tidak bermain sesuai dengan rutinitas!
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
F_Zaida_C
ketika rubah kecil bertemu rubah tua, pasti sesuai ekspetasi
2023-11-28
0
Angah Rantau
gilak juga
2022-07-03
0
John Singgih
ketika alasan Ciel tidak bisa diterima
2022-03-20
0