"Apa maksud dari ucapanmu, Xildas?"
Mendengar suara dingin Kaisar Verner, Xildas sama sekali tidak merubah ekspresinya. Dia masih berlutut dengan hormat. Sama sekali tidak terpengaruh dengan suasana mengancam di sekitarnya.
"Seperti yang saya katakan, Ayahanda. Pangeran Luciel sama sekali tidak pantas mendapatkan kesempatan ini."
"Kenapa kamu berpikir demikian, Xildas?"
"Menurut berita yang saya kumpulkan, Pangeran Luciel sama sekali tidak sebaik penampilannya.
Di Kekaisaran Black Sun, dia terkenal dengan tingkah gila dan kejamnya. Pangeran Luciel pernah membakar kota, melakukan pembantaian massal, dan banyak hal lainnya.
Terlebih lagi, dia adalah sosok yang mudah tergoda oleh perempuan. Di usianya yang masih muda, Pangeran Luciel sudah memiliki seorang putri yang cukup besar. Itu berarti dia telah melakukan hubungan semacam itu sejak muda.
Jika saja—"
"Sudah cukup, Xildas."
"Tapi, Ayahanda—"
"Cukup."
...
Xildas memandang ayahnya dalam diam. Pada saat itu, suara Kaisar Verner yang tenang terdengar dari telinganya.
"Apakah kamu melihatnya sendiri?"
"..."
Mendengar itu, Xildas terdiam sejenak sebelum menjawab, "Tidak, Ayahanda."
"Lalu bagaimana kamu bisa sangat yakin Pangeran Luciel adalah orang yang seperti itu?"
"Orang-orang yang sangat setia kepada Kekaisaran Silver Sky sendiri yang telah mengumpulkan bukti, jadi—"
"Jadi kamu langsung mempercayai mereka? Tidak takut mereka ditipu dan semacamnya?"
"..."
Melihat Xildas yang terdiam, Kaisar Verner menghela napas panjang. Pria itu kemudian menjelaskan.
"Apakah orang bilang bahwa tokoh A itu suka sangat jahat dan buruk, antisosial, atau banyak hal lainnya. Jika kamu belum melihatnya sendiri ... jangan mempercayai mereka 100%.
Jika orang lain menganggap orang itu buruk, bukan berarti orang itu memang buruk. Terkadang ... Mereka hanya orang yang benci dan ingin menjatuhkan orang itu. Menghasut yang lainnya untuk percaya dengan apa yang dirinya katakan."
"Lalu kenapa Pangeran Luciel tidak menjelaskan bahwa dirinya benar?"
Xildas bertanya dengan ekspresi tidak mengerti.
"Karena Pangeran Luciel tidak peduli ... Ya, dia tidak peduli bagaimana cara orang lain memandang dirinya."
"Tapi—"
"Berhenti mengelak, Xildas. Aku akan mengatakan sesuatu yang cukup penting. Ini juga yang kakekmu ajarkan kepadaku."
Melihat Xildas yang diam dan mendengarkan, Kaisar Verner mengangguk.
"Jika orang lain menyukaimu ... Seperti apa dirimu baik di sisi baik atau burukmu, mereka akan tetap menyukaimu dan menerima apa adanya.
Jika orang lain membencimu ... Bahkan jika kamu bersikap baik bahkan membuat dirimu sempurna, mereka akan tetap membenci dan semakin benci sampai-sampai ingin menjatuhkan kamu.
Jadi ... Apapun yang terjadi, tetaplah menjadi dirimu sendiri."
"..."
Mendengar itu Xildas yang awalnya agak ragu mengendurkan ekspresinya. Pemuda itu menghela napas panjang sebelum menunduk dengan hormat.
"Terima kasih atas pelajaran yang anda berikan, Ayahanda."
...***...
Keesokan harinya.
Jangan menilai dari apa yang dikatakan orang lain, kah?
Xildas yang bangun dari tidurnya menghela napas panjang. Dia tidak menyangka bahwa dirinya masih memiliki terlalu banyak kekurangan.
Sebagai Pangeran ke-6 dari Kekaisaran Silver Sky, pemuda yang sedari kecil dianggap sebagai jenius itu selalu melakukan yang terbaik dan berusaha menjadi yang terbaik untuk Kekaisaran Silver Sky yang dia sayangi dan hormati.
Untuk alasan itu juga Xildas menentang keras jika Kekaisaran Silver Sky sampai harus membawa orang luar hanya untuk memenangkan pertandingan. Meski masih kerabat, dia tetap saja enggan. Pemuda itu ingin memenangkan semuanya dengan tangannya sendiri.
Level 6 (awal), dua tingkat di atasku ...
Xildas mengerutkan keningnya. Sebagai iblis level 5 (menengah) di usia 20 tahun sekaligus sosok jenius di Kekaisaran Silver Sky, dia enggan mengakui kekalahan. Berdasarkan bakatnya saja, pemuda itu merasa bahwa dirinya hanya sama dengan Camellia, selir Pangeran Luciel.
Bukankah bagian Selatan Benua itu agak terpencil dan terlalu damai? Bagaimana mungkin beberapa bakat mengerikan seperti itu muncul di sana?
Dari informasi yang dia dapatkan. Selain Luciel, masih ada dua sosok yang berada di level 6. Itu adalah Putri Silvia dan Pangeran Arvind.
Di antara perwakilan ketiga Kekaisaran, Xildas merasa dirinya adalah yang terburuk. Meski sebenarnya selain Pangeran Arvind, sosok Pangeran dari Kekaisaran lainnya juga berada di level 5 (menengah), pemuda itu merasa selain tempat pertama, yang lain tidak dihitung.
"Pangeran Luciel ... Aku ingin tahu rahasia kenapa kamu bisa mencapai level itu di usia yang begitu muda."
Xildas bergumam dengan ekspresi serius di wajahnya. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mengawasi keseharian Ciel pada saat berada di Istana Kekaisaran.
Tanpa terasa, tiga hari berlalu begitu saja.
Duduk di kamarnya, Xildas tampak agak pucat. Dia bahkan sedikit emosional. Padahal, pemuda itu biasanya adalah yang paling sabar di antara para saudaranya.
"Apakah itu sengaja?" gumam Xildas dengan ekspresi agak tertekan.
Selama tiga hari, Xildas mengikuti Ciel. Karena setiap kamar memiliki privasi, dia terus mengikuti sosok Pangeran dari Kekaisaran Black Sun itu setiap keluar dari kamar.
Pergi makan, pergi jalan-jalan di sekitar Istana, dan terkadang pergi ke Kota Aelford untuk mengganti suasana.
Xildas tidak pernah sekali pun melihat sosok Ciel menarik pedang yang bergantung pada pinggangnya. Bahkan dia tidak pernah melihat sosok Pangeran dari Kekaisaran Black Sun itu melakukan peregangan, apalagi olahraga!
"Dia pasti sengaja, kan? Apakah dia tidak nyaman karena selalu aku awasi?"
Xildas mengelus dagunya, tampak berpikir keras. Setelah memikirkannya baik-baik, pemuda itu menghela napas panjang.
Pasti karena aku mengawasinya secara diam-diam dan tidak sopan, jadi dia sengaja untuk tidak berlatih.
Haruskah aku bertanya secara langsung?
Pada akhirnya, kalah dengan kebanggaannya sendiri, Xildas hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Hanya saja, Xildas terlalu banyak berpikir dan tidak pernah tahu bahwa itu memang keseharian Ciel yang biasa.
Jika Ciel tahu apa yang dipikirkan oleh Xildas, pemuda itu pasti menggelengkan kepala karena merasa bahwa Pangeran pirang yang mengawasinya itu terlalu banyak berpikir.
...***...
Sementara itu, di kamar Ciel.
"Aku benar-benar merasa kalau yang dipanggil Pangeran Xildas itu tidak normal."
Ciel tiba-tiba berkata dengan ekspresi tidak senang. Dalam tiga hari terakhir, ada beberapa Pangeran yang mencoba bertemu dan menyapa dirinya. Sebagai formalitas, dia merasa hal seperti itu normal.
Sebaliknya, Ciel melihat sosok Xildas yang terus mengawasi dirinya. Setiap kali dirinya keluar dari kamar, orang itu akan mengikuti dirinya.
Jalan-jalan di sekitar Istana Kekaisaran, bahkan ketika jalan-jalan di Kota Aelford.
"Mungkin saja dia ingin berkenalan dengan anda, Tuanku."
Camellia berusaha menenangkan Ciel. Sementara itu, bahkan Elena juga agak ragu. Dibandingkan dengan sosok maskulin, Pangeran ke-8 dari Kekaisaran Black Sun itu memang tampak lebih lembut dan elegan.
Sosok Ciel memang lebih mewarisi penampilan ibunya daripada ayahnya. Mungkin hanya warna rambut dan sikap ekspresi mereka yang cukup mirip.
"Mungkin dia menganggap anda terlalu tampan, Tuanku." Elena berkata apa adanya.
Mendengar itu, sudut bibir Ciel berkedut. Menghela napas panjang, pemuda itu berkata.
"Tidak apa-apa selama itu perempuan. Sedangkan laki-laki ... Menatap dengan cara seperti itu? Dia jelas tidak normal!"
Pada saat Ciel mengeluh, Xildas yang berada dalam kamarnya tiba-tiba bersin. Tampak bingung apakah dirinya sedang kurang sehat atau bagaimana.
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
F_Zaida_C
kenapa dimanapun ciel berada pasti selalu terkena tekanan batin
2023-11-26
0
Carisa Putri
hehehe
2022-09-08
0
John Singgih
saking penasarannya sampai membuat Ciel tidak nyaman
2022-03-19
1