Sejauh mata memandang, Ciel melihat warna ungu. Warna ungu yang indah, tetapi juga tampak agak suram.
Rerumputan yang dia injak, pepohonan dengan batang kayu hitam dan dedaunan ungu. Di langit yang dihiasi oleh jutaan bintang berkilauan, terlihat dua bulan menggantung dengan indah di sana. Satu bulan besar berwarma ungu, dan sebuah bulan yang lebih kecil berwarna cyan menemaninya.
“Bukankah itu pemandangan yang begitu indah, Tuanku?”
Suara wanita yang lembut dan merdu membangunkan Ciel dari lamunannya. Melihat ke sumber suara, ekspresi pemuda itu melembut.
“Apakah transmisi itu dilakukan secara acak? Dua angka ganjil dan genap? Berarti … kita semua terpencar ke lima puluh tempat yang berbeda.”
Mendengar analisis Ciel, Camellia yang berjalan mendekat langsung mengangguk. Kelihatannya para pengurus sudah mengetahui itu dan memasangkan para pasangan di nomor yang berdampingan.
“Ya … para penguasa itu tidak terlalu buruk juga.” Melihat ke arah Camellia, Ciel tersenyum. “Aku tidak lagi harus mencarimu dan mengkhawatirkan dirimu.”
“Saya cukup kuat untuk menjaga diri, Tuanku.”
“Ya … lebih kuat daripada sebagian orang. Namun, jika harus berhadapan dengan sosok seperti Pangeran Arvind atau Putri Silvia, aku merasa kamu masih dalam bahaya.”
“...”
Mendengar bahwa Ciel mengkhawatirkannya tetapi juga meragukan kekuatannya sendiri, Camellia merasa senang sekaligus sedih. Diam-diam wanita itu berpikir untuk berlatih lebih keras agar tidak menjadi ‘beban’ bagi kekasihnya itu.
“Maafkan saya, Tuanku.”
“Kamu tidak salah. Kekuatanmu sudah cukup untuk bersaing dengan para Marquis dari Kekaisaran besar. Hanya saja, dunia ini masih begitu luas … masih banyak sososk yang lebih berbakat dan memiliki latar belakang lebih baik dari kita.
Bahkan … mereka juga pekerja keras.”
“Saya-”
“Tidak perlu dilanjutkan.” Ciel menggeleng ringan. “Keliahatannya cukup beruntung karena diteleportasi ke tempat yang terlihat aman. Namun kita harus tetap berhati-hati.”
“Saya mengerti, Tuan.”
Setelah percakapan singkat antara keduanya, Ciel segera mengajak Camellia untuk memeriksa area sekitar mereka. Usai memeriksa, dia bingung apakah harus merasa beruntung atau harus merasa kecewa.
Di area sekitar Ciel dan Camellia, selain hutan yang tidak terlalu rindang serta tidak memiliki banyak semak belukar, tempat itu bisa dibilang aman. Bahkan terlalu aman karena Ciel tidak melihat kehidupan lain kecuali tumbuhan-tumbuhan tersebut.
“Mari pergi dari tempat ini.”
“Baik, Tuan.” Camellia mengangguk.
“Ke mana kita harus pergi?”
Menghadapi pertanyaan Ciel, Camellia menjawab dengan senyum lembut.
“Saya akan menemani ke mana anda ingin pergi, Tuanku.”
Mendengar itu, Ciel sedikit terkejut. Namun masih mengangguk dengan ekspresi agak bosan di wajahnya.
“Karena aku merindukan rumah, mari kita pergi ke selatan.”
“Sesuai dengan perintah anda, Tuanku.”
Dengan begitu, Ciel dan Camellia berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Berjalan lurus ke selatan.
...***...
BLARRR!!!
Ledakan keras terdengar dari sebuah goa. Beberapa sat kemudian, sosok gadis pendek yang cantik serta imut keluar dari goa sambil sambil memegang tombak di tangan kanannya dan menyeret sebuah kepala kadal raksasa di tangan kirinya.
Dia melempar kepala kadal raksasa yang telah dipenggal itu lalu menatapnya.
“Di dalam agak gelap. Aku benar-benar tidak melihat dengan jelas wujud ‘benda ini’ sebelumnya.”
Makhluk yang dibunuh oleh gadis itu bernama Purpleflame Salamander. Makhluk seperti kadal dengan sisik licin berlendir dengan warna hitam dan pola-pola ungu yang unik di tubuhnya. Seperti namanya, makhluk itu bisa menyemburkan api ungu dan mengendalikan api dalam batas tertentu.
Purpleflame Salamander sendiri adalah Demonic Beast level 3 (akhir) yang sedikit lebih lemah daripada Abyssal Basilisk.
“Sepuluh poin setelah datang. Selain bau dan membuat pakaian kotor, itu tidak buruk sama sekali.”
Menurut penjelasan dari Jarvis, poin yang didapat dari membunuh Demonic Beast adalah sebagai berikut :
Demonic Beast level 3 (awal), 1 poin.
Demonic Beast level 3 (menengah), 3 poin.
Demonic Beast level 3 (akhir), 5 poin.
Demonic Beast level 4 (awal), 10 poin.
Demonic Beast level 4 (menengah), 30 poin.
Demonic Beast level 4 (akhir), 50 poin.
…
Begitulah seterusnya. Sedangkan Demonic Beast di bawah level 3, dalam turnamen kali ini … mereka bahkan tidak dihitung.
Setelah membunuh dua Purpleflame Salamander, gadis itu mengeluarkan sebuah peta kulit lalu mengira tempat dirinya berada. Dia berencana untuk segera melakukan perburuan besar untuk memenangkan tempat pertama sebelum pergi mencari sosok pemuda pemalas lalu memberinya pelajaran.
Dikarenakan Dimensi Saku sangat luas dan hanya terbuka selama tujuh hari, semua peserta memiliki tujuan yang jelas yaitu menuju ke pusat Dimensi Saku yang berada di tengah-tengah.
“Karena masih ada waktu … mari berburu terlebih dahulu.”
Dengan demikian, gadis itu pun akhirnya memulai perburuannya.
...***...
Tiga hari berlalu dalam sekejam mata.
Entah itu karena beruntung atau sial, dalam waktu ini Ciel sama sekali tidak bertemu dengan peserta turnamen lain. Selain itu, dia merasa sedikit tidak puas karena apa yang dia alami dalam tiga hari.
Dalam tiga hari, Ciel benar-benar menghadapi tiga gelombang Demonic Beast.
Keluar dari hutan, dia dikepung puluhan serigala dengan bulu ungu di level 2 dan level 3.
Di hari berikutnya, dia diserang gerombolan kelelawar aneh dengan level yang sama … yaitu 2 dan 3.
Setelah itu, mereka sampai di sebuah padang rumput yang luas dan bertemu gerombolan kelinci putih setinggi 2 meter yang tampak lucu. Namun karena mereka berusaha menggigit dan memukulnya seperti kanguru yang bisa melakukan tinju, Ciel yang marah akhirnya menghapus semua kelinci lucu itu dari padang rumput.
Dalam tiga hari, dengan rata-rata pendapatan 30 poin per hari. Sekarang Ciel memiliki lebih dari 90 poin. Lebih tepatnya … 93 poin.
Melihat gurun pasir berwarna hitam sejauh mata memandang, Ciel menghela napas panjang. Dia merasa agak lega sekarang.
“Menurut petunjuk dari Paman Verner, apa yang aku cari berada di tengah gurun hitam ini.”
Apa yang Ciel cari jelas sebuah monumen yang memberinya petunjuk untuk membuat domain miliknya sendiri. Pemuda itu sendiri muncul di bagian utara Dimensi Saku, jadi ketika menuju ke selatan … dia menuju ke bagian pusat dari Dimensi Saku.
“Akhirnya … setelah penantian panjang!”
Merasa bahagia, Ciel segera mengajak Camellia untuk pergi. Namun ketika baru beberapa jam berada di gurun pasir hitam, pemuda itu tampak sangat tidak puas. Merasakan pasir yang bergetar, dia tahu ada beberapa makhluk yang menggali di bawahnya.
“Sekarang apa lagi?”
Memikirkan itu, beberapa sosok muncul menembus pasir dan bergegas menelan Ciel dalam satu tegukan. Namun pemuda itu dengan cepat memegang Camellia dan melompat menghindari serangan makhluk-makhluk itu.
Melihat sosok yang menyerangnya, sudut bibir Ciel berkedut. Makhluk itu adalah cacing pasir dengan sisik berwarna ungu berbentuk seperti batu yang melapisi seluruh bagian tubuhnya. Makhluk itu juga memiliki mulut dengan gigi-gigi tajam yang tak terhitung jumlahnya.
Melihat lebih dari dua puluh makhluk semacam itu membuat kepala Ciel mati rasa. Yang paling pendek belasan meter, sementara yang paling panjang mungkin lebih dari empat puluh meter.
Melihat makhluk yang menyerangnya dengan gila seperti pria paruh baya berhidung belang yang melihat wanita tanpa busana, sudut bibir Ciel berkedut. Dia mengeluh dalam hati.
Apakah kalian menginginkan daging dan darahku? Kalian bukan siluman dalam Perjalan ke Barat! Juga …
Aku bukanlah Biksu Tang yang kalian inginkan!
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
John Singgih
ternyata penggemar sun Gouw Kong juga ya
2022-03-20
0
John Singgih
sun Gouw Kong bisa marah nih
2022-03-20
1
zuyoka
ciel, cuma beda arah, biksu ke barat, dikau ke selatan. sama aja 😂😂😂
2021-12-28
0