Bukan Wanita Kedua
Zeya berjingkrak-jingkrak kegirangan. Ia masih belum percaya dengan apa yang dibacanya. Sebuah email masuk di ponselnya.
Ia membacanya berulang-ulang kali. Beberapa minggu yang lalu ia mengirim email lamaran kerja disalah satu perusahaan di Jakarta.
Tak disangka Zeya mendapat email balasan berupa panggilan kerja dari HRD perusahaan itu. Zeya lulusan sarjana terbaik di kota itu. Sehingga bisa melanjutkan kuliah karena mendapat beasiswa.
Maka tak heran bila ada perusahaan yang mau menerimanya karena melihat nilai-nilainya yang cukup bagus.
"Ibuuuuuuu" teriaknya
"Ada apa??? Kenapa kamu teriak-teriak begitu" ibunya kebingungan
Dipeluknya tubuh wanita paruh baya itu dengan erat.
"Ibu, Zeya dapat panggilan kerja di Jakarta"
Si ibu menatapnya dengan wajah kaget dan bingung.
"Ka-mu serius Zey"
"Iya, ini.." ia menunjukan sebuah email masuk
Ibu mengambil ponsel dari tanganya kemudian membacanya.
"Syukurlah, ibu senang kamu mendapat panggilan kerja"
"Iya, ini berkat doa ibu juga"
"Iya sayang ibu selalu mendoakanmu"
Ibu dan anak itu berpelukan, ada rasa bahagia bercampur sedih. Bahagia karena sebentra lagi ia akan punya penghasilan sendiri. Sedih karena mereka harus berpisah.
"Oh ya, kamu langsung diterima apa harus tes dulu???" tanya ibu sambil melepas pelukannnya
"Zeya langsung diterima, untuk bekerja menjadi staff disalah satu devisi perusahaan itu"
"Jadi kamu akan berangkat ke Jakarta dan langsung bekerja, trus kamu tinggal dimana nak?" ibu cemas
"Ibu tidak punya cukup uang untuk biaya kamu kesana"
Zeya memegang tangan ibunya dengan lembut.
"Ibu tenang aja, Zeya kan punya tabungan dari hasil bekerja beberapa bulan di toko baju kemarin"
"Nggak usah dipikirinkan, yang penting doain Zeya semoga betah disana dan bisa membantu mengubah hidup kita"
"Kamu disana jaga diri baik-baik"
"Pasti, ibu percaya aja"
Dari dulu Zeya memang anak yang mandiri. Ia sudah terbiasa dengan hidup yang menuntutnya harus dewasa dalam segala hal.
Sabtu pagi, ia sedang mempersiapkan segala keperluannya. Mulai dari berkas-berkas yang harus diserahkan kepada perusahaan serta mempersiapkan beberapa keperluan pribadinya sendiri. Ia tak banyak membawa baju. Hanya beberapa saja yang dirasa cukup pantas dikenakan sebagai staff di perusahaan itu.
Tibalah saatnya Zeya harus berangkat ke ibukota. Ia akan naik bus jurusan Jakarta. Waktu yang ditempuh untuk ke Jakarta sekitar delapan belas jam perjalanan.
Zeya akan berangkat pukul satu siang, hari minggu sekitar pukul tujuh pagi barulah sampai di ibukota. Ada waktu sehari untuknya cukup untuk beristirahat dan mencari kosan.
****
Zeya, ibu dan adiknya sudah di loket bus yang akan ditumpanginya.
"Jaga dirimu baik-baik Zey" ibunya memeluk sambil menahan tangis
Ini kali pertama sang ibu harus berpisah dengan putrinya yang terpisah pulau. Biasanya mereka selalu bersama-sama
Zeya mencium punggung tangan ibunya.
"Ibu dan Adit juga jaga diri baik-baik ya disini"
"Dit, jaga ibu ya"
Zeya memeluk adiknya.
"Iya kak" mata Adit pun berkaca-kaca
Air mata ibu tumpah tak bisa dibendung lagi.
Zeya menarik tangan ibu dan Adit kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Sehat selalu ya Bu, Adit"
"Iya sayang"
"Kakak juga jaga kesehatan, jangan lupa kabarin kami terus"
"Iya" katanya sedih
Bus yang akan ditumpanginya pun akhirnya datang. Sebuah bus lintas provinsi yang tak asing ditelinga para perantau.
Zeya masuk ke bus kemudian duduk dipinggir kaca jendela. Ia menatap ibu dan adiknya dari balik kaca itu.
Ia melambaikan tangannya. Ibunya tampak mengusap air mata sambil membalas lambaian tangan putrinya. Adit merangkul bahu ibunya berusaha menguatkan.
Rasanya sesak dada Zeya karena harus berpisah dengan mereka berdua. Sebenarnya berat harus jauh dari keluarganya. Tapi ini awal dari kehidupannya agar jadi lebih baik lagi.
Ya semoga saja batinnya.
Bus pun melaju dengan pelan menjauhi tempat dimana ibu dan adiknya berdiri melepas kepergiannya.
Selamat tinggal kota kecilku..
Aku pasti akan selalu merindukanmu..
Air matanya pun menetes, buru-buru dia menyeka dengan tangannya.
Bus terus melaju membelah jalanan menyusuri setiap hamparan perkebunan luas di daerah yang dilewati.
Beberapa jam kemudian kantuk pun menyerang dan Zeya akhirnya terlelap bersama kesedihannya.
Bus pun beberapa kali berhenti di rest area.
Sekitar tengah malam bus yang ditumpangi Zeya tiba di pelabuhan pulau sumatera.
Pemandangan malam dilaut sungguh luar biasa indah. Dari kejauhan bisa dilihat kerlap kerlip cahaya seperti bertaburan.
TOOOOOTTTTTTTTT
TOOOOOTTTTTTTTT
Bunyi klakson kapal dua kali menandakan bahwa kapal siap berlayar dilautan.
Setelah menempuh waktu kurang lebih tiga jam perjalanan kapal pun menyandar di dermaga pulau Jawa.
Bus kembali melaju membawa semua penumpang menuju tempat tujuan masing-masing.
*****
Matahari muncul membawa kehangatan dunia ini.
Zeya berdiri tepat di depan gedung tinggi, dimana esok pagi dia akan bekerja disitu. Ia termasuk gadis yang pemberani, baru pertama ke ibukota namun tidak kebingungan.
Dizaman yang serba canggih ini, ia bisa memanfaatkan ponsel androidnya untuk mencari alamat tujuannya.
Zeya tampak takjub melihat gedung yang begitu besar dan tinggi. Matanya membulat seperti bola.
Besok aku akan mulai bekerja disini.
Semoga keberuntungan berpihak padaku.
Zeya berjalan menuju belakang gedung perkantoran itu. Ia mencari-cari kosan yang dekat agar tak perlu lagi mengeluarkan ongkos lagi.
Ia harus masuk ke gang-gang sempit. Daerah permukiman Jakarta begitu padat. Zeya bertanya kepada orang yang dijumpainya. Kiranya ada kosan yang cocok untuknya.
Hingga akhirnya ia menemukan kamar kos dengan ukuran kecil, yang tentunya sesuai dengan uang yang dia miliki. Ia tidak punya banyak uang. Yang penting ada tempat untuk tidur pikirnya.
Semoga uangku cukup sampai aku dapat gaji bulan depan.
Didalam kamar kosan sudah disediakan kasur dan lemari pakaian dengan ukuran kecil.
Zeya mengunci pintu kamar kos kemudian tidur dengan lelap.
*****
Lanjut 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments