Zeya berjingkrak-jingkrak kegirangan. Ia masih belum percaya dengan apa yang dibacanya. Sebuah email masuk di ponselnya.
Ia membacanya berulang-ulang kali. Beberapa minggu yang lalu ia mengirim email lamaran kerja disalah satu perusahaan di Jakarta.
Tak disangka Zeya mendapat email balasan berupa panggilan kerja dari HRD perusahaan itu. Zeya lulusan sarjana terbaik di kota itu. Sehingga bisa melanjutkan kuliah karena mendapat beasiswa.
Maka tak heran bila ada perusahaan yang mau menerimanya karena melihat nilai-nilainya yang cukup bagus.
"Ibuuuuuuu" teriaknya
"Ada apa??? Kenapa kamu teriak-teriak begitu" ibunya kebingungan
Dipeluknya tubuh wanita paruh baya itu dengan erat.
"Ibu, Zeya dapat panggilan kerja di Jakarta"
Si ibu menatapnya dengan wajah kaget dan bingung.
"Ka-mu serius Zey"
"Iya, ini.." ia menunjukan sebuah email masuk
Ibu mengambil ponsel dari tanganya kemudian membacanya.
"Syukurlah, ibu senang kamu mendapat panggilan kerja"
"Iya, ini berkat doa ibu juga"
"Iya sayang ibu selalu mendoakanmu"
Ibu dan anak itu berpelukan, ada rasa bahagia bercampur sedih. Bahagia karena sebentra lagi ia akan punya penghasilan sendiri. Sedih karena mereka harus berpisah.
"Oh ya, kamu langsung diterima apa harus tes dulu???" tanya ibu sambil melepas pelukannnya
"Zeya langsung diterima, untuk bekerja menjadi staff disalah satu devisi perusahaan itu"
"Jadi kamu akan berangkat ke Jakarta dan langsung bekerja, trus kamu tinggal dimana nak?" ibu cemas
"Ibu tidak punya cukup uang untuk biaya kamu kesana"
Zeya memegang tangan ibunya dengan lembut.
"Ibu tenang aja, Zeya kan punya tabungan dari hasil bekerja beberapa bulan di toko baju kemarin"
"Nggak usah dipikirinkan, yang penting doain Zeya semoga betah disana dan bisa membantu mengubah hidup kita"
"Kamu disana jaga diri baik-baik"
"Pasti, ibu percaya aja"
Dari dulu Zeya memang anak yang mandiri. Ia sudah terbiasa dengan hidup yang menuntutnya harus dewasa dalam segala hal.
Sabtu pagi, ia sedang mempersiapkan segala keperluannya. Mulai dari berkas-berkas yang harus diserahkan kepada perusahaan serta mempersiapkan beberapa keperluan pribadinya sendiri. Ia tak banyak membawa baju. Hanya beberapa saja yang dirasa cukup pantas dikenakan sebagai staff di perusahaan itu.
Tibalah saatnya Zeya harus berangkat ke ibukota. Ia akan naik bus jurusan Jakarta. Waktu yang ditempuh untuk ke Jakarta sekitar delapan belas jam perjalanan.
Zeya akan berangkat pukul satu siang, hari minggu sekitar pukul tujuh pagi barulah sampai di ibukota. Ada waktu sehari untuknya cukup untuk beristirahat dan mencari kosan.
****
Zeya, ibu dan adiknya sudah di loket bus yang akan ditumpanginya.
"Jaga dirimu baik-baik Zey" ibunya memeluk sambil menahan tangis
Ini kali pertama sang ibu harus berpisah dengan putrinya yang terpisah pulau. Biasanya mereka selalu bersama-sama
Zeya mencium punggung tangan ibunya.
"Ibu dan Adit juga jaga diri baik-baik ya disini"
"Dit, jaga ibu ya"
Zeya memeluk adiknya.
"Iya kak" mata Adit pun berkaca-kaca
Air mata ibu tumpah tak bisa dibendung lagi.
Zeya menarik tangan ibu dan Adit kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Sehat selalu ya Bu, Adit"
"Iya sayang"
"Kakak juga jaga kesehatan, jangan lupa kabarin kami terus"
"Iya" katanya sedih
Bus yang akan ditumpanginya pun akhirnya datang. Sebuah bus lintas provinsi yang tak asing ditelinga para perantau.
Zeya masuk ke bus kemudian duduk dipinggir kaca jendela. Ia menatap ibu dan adiknya dari balik kaca itu.
Ia melambaikan tangannya. Ibunya tampak mengusap air mata sambil membalas lambaian tangan putrinya. Adit merangkul bahu ibunya berusaha menguatkan.
Rasanya sesak dada Zeya karena harus berpisah dengan mereka berdua. Sebenarnya berat harus jauh dari keluarganya. Tapi ini awal dari kehidupannya agar jadi lebih baik lagi.
Ya semoga saja batinnya.
Bus pun melaju dengan pelan menjauhi tempat dimana ibu dan adiknya berdiri melepas kepergiannya.
Selamat tinggal kota kecilku..
Aku pasti akan selalu merindukanmu..
Air matanya pun menetes, buru-buru dia menyeka dengan tangannya.
Bus terus melaju membelah jalanan menyusuri setiap hamparan perkebunan luas di daerah yang dilewati.
Beberapa jam kemudian kantuk pun menyerang dan Zeya akhirnya terlelap bersama kesedihannya.
Bus pun beberapa kali berhenti di rest area.
Sekitar tengah malam bus yang ditumpangi Zeya tiba di pelabuhan pulau sumatera.
Pemandangan malam dilaut sungguh luar biasa indah. Dari kejauhan bisa dilihat kerlap kerlip cahaya seperti bertaburan.
TOOOOOTTTTTTTTT
TOOOOOTTTTTTTTT
Bunyi klakson kapal dua kali menandakan bahwa kapal siap berlayar dilautan.
Setelah menempuh waktu kurang lebih tiga jam perjalanan kapal pun menyandar di dermaga pulau Jawa.
Bus kembali melaju membawa semua penumpang menuju tempat tujuan masing-masing.
*****
Matahari muncul membawa kehangatan dunia ini.
Zeya berdiri tepat di depan gedung tinggi, dimana esok pagi dia akan bekerja disitu. Ia termasuk gadis yang pemberani, baru pertama ke ibukota namun tidak kebingungan.
Dizaman yang serba canggih ini, ia bisa memanfaatkan ponsel androidnya untuk mencari alamat tujuannya.
Zeya tampak takjub melihat gedung yang begitu besar dan tinggi. Matanya membulat seperti bola.
Besok aku akan mulai bekerja disini.
Semoga keberuntungan berpihak padaku.
Zeya berjalan menuju belakang gedung perkantoran itu. Ia mencari-cari kosan yang dekat agar tak perlu lagi mengeluarkan ongkos lagi.
Ia harus masuk ke gang-gang sempit. Daerah permukiman Jakarta begitu padat. Zeya bertanya kepada orang yang dijumpainya. Kiranya ada kosan yang cocok untuknya.
Hingga akhirnya ia menemukan kamar kos dengan ukuran kecil, yang tentunya sesuai dengan uang yang dia miliki. Ia tidak punya banyak uang. Yang penting ada tempat untuk tidur pikirnya.
Semoga uangku cukup sampai aku dapat gaji bulan depan.
Didalam kamar kosan sudah disediakan kasur dan lemari pakaian dengan ukuran kecil.
Zeya mengunci pintu kamar kos kemudian tidur dengan lelap.
*****
Lanjut 🥰🥰
Zeya bangun pagi-pagi sekali. Ia segera mempersiapkan berkas-berkas yang harus dibawa untuk melengkapi data dirinya.
Hari ini ia memakai kemeja pendek berwarna mocca dan memakai celana panjang berwarna hitam. Rambut sebahu diurai menambah kesan wajahnya yang manis.
Sisi kiri poninya dipakaikan jepit kecil semakin membuatnya tampak anggun. meskipun dengan pakaian yang biasa tidak bisa dipungkiri kalau Zeya memiliki wajah yang cukup menarik.
Dia melangkahkan kakinya menuju kantor. Dimana hari ini adalah hari pertama dia bekerja. Sekitar lima belas menit ia berjalan sampailah di kantor itu.
Senyum tipis menghiasi bibirnya.
Zeya, semangat!💪 batinnya lirih
Gedung masih nampak sepi. Namun ia langsung menuju pos security hendak bertanya.
"Permisi pak"
Seorang security dengan wajah ramahnya menatap wajah Zeya.
"Iya, ada yang bisa saya bantu bu, ehh mbak" katanya sambil gugup
Mau manggil bu tapi kok masih muda, manggil mbak tapi gimana kali ya. Haha
"Pak, saya mendapat panggilan kerja hari ini"
"Atas nama siapa ya" katanya sambil mengambil buku dimejanya
"Atas nama ZEYA PUTRI" ucap Zeya dengan jelas
"Oh iya ini ada, mbak masuk aja kesitu" sambil menunjuk pintu masuk gedung tinggi itu
"Tunggu aja di lobby ya mbak, sekitar pukul setengah delapan jam kerja baru dimulai"
"Nanti akan ada team HRD yang akan menemui mbak" jelasnya
"Terima kasih"
"sama-sama mbak"
Setelah pamit Zeya pun bergegas menuju lobby sesuai arahan Security tadi.
Zeya melirik arloji yang dipakainya.
Masih dua puluh menit lagi pikirnya.
Ia duduk disofa yang ada di lobby itu. Sambil melihat-lihat sekelilingnya.
Tak berapa lama gedung mulai ramai karena karyawan sudah berdatangan. Zeya melihat penampilan orang-orang di kantor itu. Mereka tampak rapi dan terlihat berwibawa dengan pakaian yang mereka pakai.
Penampilannya sungguh tak sebanding dengan mereka.
Tak apa aku seperti ini yang penting aku akan bekerja sungguh-sungguh.
Zeya menyemangati dirinya sendiri agar tak ciut ketika bekerja bersama mereka.
****
Setelah menyelesaikan dokumen-dokumen data dirinya. Ia diantar oleh bu Rika selaku team HRD Keruangan kerja divisi yang menerimanya.
TOK TOK
Bu Rika membuka pintu ruangan besar itu. Ada beberapa orang diruangan itu.
"Permisi pak Arka"
Sosok pria bertubuh atletis tampak duduk dikursi meja kerjanya. Dia memakai stelan jas berwarna hitam. Wajahnya yang sangat maskulin membuat siapa saja yang melihatnya pasti tertarik.
Bisa dibilang wajahnya meresahkan!!!
"Silahkan masuk bu Rika"
Ia mengekor dibelakang bu Rika. Kami duduk dikursi depan meja kerjanya.
"Ini Zeya Putri pak, karyawan baru yang bapak acc menjadi team divisi disini"
"Oh iya"
Arka mengulurkan tangannya. Dengan cepat Zeya menyambut uluran tangan itu.
"Saya Zeya pak"
"Saya Arka, atasan kamu disini"
"Iya pak"
"Oya kalau begitu saya pamit dulu pak Arka, masih ada urusan lain yang harus saya kerjakan"
"Oh silahkan bu"
Bu Rika pun meninggalkan ruangan ini.
Kulihat ada sekitar tujuh orang yang menjadi bawahan pak Arka. Berarti delapan orang denganku saat ini.
"Zeya, kamu perkenalkan diri kamu dengan rekan-rekan kerjamu" kata Arka tanpa melihat wajah yang disuruhnya.
"Baik pak"
Zeya berjalan menghampiri mereka satu persatu untuk memperkenalkan diri.
Kuharap rekan-rekan kerjaku bisa bekerjasama dengan baik padaku.
"Erin kamu tunjukan meja kerja untuk Zeya"
"Baik pak"
"Zeya itu meja kerjamu"
Wanita muda yang bernama Erin itu menunjuk sebuah meja kerja yang berada diujung dekat jendela kaca.
"Terima kasih mbak"
"Panggil aja aku Erin, mungkin usia kita hanya terpaut selisih satu atau dua tahun" kata Erin sambil tersenyum
"Iya Erin" jawabku singkat
"Erin, kamu ajari Zeya kerjaan apa saja yang harus dia handle"
"Baik pak"
Rekan-rekan kerja lainnya sedang fokus dengan kerjaan masing-masing.
Zeya duduk dikursinya sementara Erin menjelaskan pekerjaan yang harus dia pahami. Arka menyuruh Erin untuk mengajarinya selama satu bulan kedepan.
***
Saat itu..
Arka menatap layar monitor didepannya. Ia membaca cv lamaran kerja yang diajukan oleh beberapa pengirim email.
Arka membaca satu persatu cv mereka. Mata Arka tertuju pada pasphoto sosok gadis berparas manis.
ZEYA PUTRI nama yang indah batinnya.
Arka membaca-baca secara detail semua cv lamaran kerja dari gadis itu. Gadis itu baru lulus kuliah dan termasuk lulusan terbaik dikampusnya.
Parasnya sungguh manis batinnya sambil tersenyum kecil.
Entah kenapa hati Arka terdorong untuk menerima Zeya menjadi anak buahnya.
"Erinnnn" suara Arka memanggil Erin
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu"
"Tolong kamu urus panggilan kerja atas nama Zeya Putri ke bagian HRD"
"Emmmm, maksudnya langsung kerja, tidak melalui tahap seleksi dulu pak???" tanya Erin ragu-ragu
"Kamu denger kan yang saya ucapkan barusan"
"Kamu segera urus agar senin depan dia bisa kerja disini"
"Ehh iya pak, saya akan urus" jawab Erin gugup
Dalam benak Erin bertanya-tanya kenapa bossnya bisa langsung menerima seseorang untuk bekerja disini. Biasanya ia paling selektif dalam mencari karyawan untuk dijadikan bawahannya.
Arka mengibaskan tangannya mengisyaratkan agar Erin segera kembali ke meja kerjanya.
Memang Arka tipe atasan yang bisa dibilang tegas dan berwibawa. Tak heran bila anak buahnya merasa takut kalau ia sudah mengencangkan suaranya.
Arka adalah seorang pria muda yang mapan. Diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun, dia sudah menjabat sebagai manager bagian marketing.
***
Senin pagi ketika Arka menuju ruang kerjanya ia melewati lobby. Matanya tak sengaja tertuju pada sosok gadis itu. Ya sosok gadis di pasphoto itu. Ia sedang menunduk melihat arloji ditangannya.
Penampilannya sederhana tapi wajahnya menarik.
Menarik perhatianku batin Arka
Ketika gadis itu mendongakan wajahnya buru-buru Arka mengalihkan pandangannya.
Bibirnya menyunggingkan senyum manis. Arka pun bergegas melangkahkan kakinya lagi menuju ruang kerjanya.
***
Didalam ruangan Arka mencuri-curi pandang ke arah Zeya. Wajah gadis itu tampak polos, ia terlihat tenang mendengarkan penjelasan dari Erin.
*Ada apa sebenarnya dengan Zeya???
Kenapa dia menarik dimataku
Apakah dia punya sumber magnet? batin*nya kemana-mana.
Padahal sebelumya ia sempat mempunyai hubungan dengan Dela, anak dari pemilik perusahaan ini. Orang yang sangat berjasa dihidupnya.
Pak Tama orang yang begitu baik telah menolong hidupnya. Dan pak Tama sudah menganggap Arka seperti keluarganya sendiri. Bahkan seperti anaknya.
Arka dan Dela menjalin hubungan hanya sekitar dua bulan. Dan itu pun Dela yang menyatakan cinta. Awalnya Arka ragu karena pada dasarnya ia tidak mempunyai perasaan pada Dela.
Namun karena Arka belum pernah merasakan jatuh cinta pada seorang gadis. Apa salahnya bila ia mencoba menjalin hubungan dengan Dela. Siapa tau ia bisa mencintainya.
Tapi ternyata hubungan itu tak bertahan lama karena Dela tipikal gadis yang suka dengan dunia malam.
Tak jarang dia pulang malam dan mabuk bersama teman-temannya. Itu salah satu hal yang membuat Arka tidak bisa mencintainya. Dela terbiasa hidup diluar negeri, punya gaya hidup bebas.
****
Satu minggu sudah Zeya bekerja di kantor ini. Dengan cepat Zeya memahami arahan dari Erin. Memang Zeya gadis yang cerdas jadi dia bisa cepat memahami tentang kerjaannya dikantor itu.
Zeya masuk sepuluh menit sebelum jam kantor dimulai. Dia sungguh-sungguh dalam bekerja. Pagi-pagi dia sudah mengecek semua pekerjaan yang harus selesai hari ini.
Pintu ruangan terbuka, Zeya melirik siapa yang datang. Ternyata pak Arka sudah datang. Dia tampak kelihatan rapi, sepertinya kumis dan jenggotnya dicukur.
Hmmm ganteng banget sih pak! pikiran Zeya jadi kemana-kemana.
Aduhh Zeyaaaa, please deh otak kamu kenapa jadi rada eror gini. Zeya mengutuki dirinya sendiri.
"Zeya tolong buatkan saya kopi"
Zeya kaget mendengar suara Arka, ini kali pertama dia disuruh membuatkan kopi untuknya.
"Baik pak, bapak mau kopi apa"
"Saya biasa minum kopi mocha setiap pagi" katanya
"Saya akan buatkan kopi mocha buat bapak"
Zeya berjalan menuju pantry hendak membuatkan kopi mocha untuk Arka.
Ada mesin pembuat kopi otomatis. Zeya memencet tombol yang bertuliskan MOCHA. Kemudian takaran gula.
Pak Arka suka manis atau sedang ya pikirnya.
Udahlah kira-kira aja. Kalau gak cocok nanti bikin lagi.
Setelah jadi diaduknya kopi itu. Baru dia akan memutar badan.
TARRRRRRRR
Gelas beserta kopi itu pecah dilantai karena ditabrak seseorang.
"Kamu gak bisa hati-hati" bentak seseorang
Seorang wanita cantik sedang mengibas-ngibaskan bajunya yang sedikit kotor karena tumpahan kopi yang Zeya buat.
"Maaf mbak, saya nggak sengaja"
"Maaf maaf, kalau mau jalan lihat-lihat dulu" omelnya
Dia beranjak pergi meninggalkan ruang pantry. Zeya menghela nafas panjang.
Dia yang tergesa-gesa masuk pantry. Giliran ketumpahan kopi dia yang marah-marah! huh
Zeya menunduk membersihkan pecahan gelas yang jatuh.
"Ehhhh mbak, mbak, biar saya aja yang bersihin" kata bapak OB mengagetkanku
"Tidak apa-apa pak, biar saya aja"
"Jangan mbak"
"Tenang aja pak, saya biasa mengerjakan yang beginian" katanya sambil tersenyum
"Baru mbak loh, yang mau kotor-kotoran gini"
"Masa sih pak"
"Iya"
Setelah selesai membersihkan pecahan gelas, Zeya membuat kopi untuk Arka lagi. Lalu dia kembali keruangan kerjanya.
"Ini pak kopinya"
"Kamu buat kopi dimana, di Jonggol? lama banget" gerutu Arka
"Maaf pak, tadi kopinya sempat jatuh jadi saya buatkan lagi" jawab Zeya
"Yaudah kamu lanjut kerja aja"
"Baik pak"
Zeya kembali duduk dimeja kerjanya. Dia berkutak dengan pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
****
Tak terasa waktu menunjukan pukul lima sore. Zeya masih tetap menatap layar monitornya. Rambutnya dicepol asal-asalan.
"Zey, ayo pulang" kata Erin menghampiri mejanya
"Bentar lagi rin, kamu duluan aja"
"Emang masih banyak kerjaannya"
"Nggak juga sih, dikit lagi kok"
"Oh yaudah kalau gitu, aku duluan ya.. Bye"
"Bye"
"Zeya ayo pulang" tak lama bu Ranti rekan kerjanya juga mengajak pulang
"Iya bu duluan aja"
Satu persatu mereka pulang tinggal Zeya dan Arka yang masih diruangan itu.
Zeya melirik kearah Arka.
Pak Arka belum pulang.
Arka nampak sedang membaca dokumen-dokumen dimejanya. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Dia sedang fokus membaca satu-persatu.
"Pak, Zeya pulang dulu"
"Tunggu"
Tunggu? tunggu gimana maksudnya? Zeya bertanya-tanya
"Kamu bawakan ini"
Dia menunjukan tas kerjanya.
Ya ampunnn ternyata dia menyuruhku membawakan tasnya.
Oke baiklah pak. Anak buah teladan harus nurut!
Setelah setiap pagi aku diwajibkan membuatkan kopi mocha untuknya sekarang aku harus membawakan tasnya.
Kerjaku apa sih, oh iya iya aku tau, selain staff mungkin aku ini juga dianggap asisten rumah tangganya!
Zeya menggerutu dalam hatinya.
"Kamu nggak mau membawakan tasku" suara Arka membuyarkan pikiran Zeya.
Sambil tersenyum manis Zeya menjawab.
"Nggak kok pak, Zeya mau membawakan tas bapak"
"Nih" dia menyodorkan tasnya
Buru-buru Zeya mengambilnya.
Uhhhhh lumayan berat juga! tega banget sih pak Arka.
"Ayok"
Arka melangkahkan kakinya duluan. Sedangkan Zeya mengekor dibelakangnya.
Ruang kerja mereka berada dilantai lima belas. Tak lama mereka memasuki lift. Didalam lift hanya mereka berdua. Zeya sangat canggung dengan berdua saja dengan Arka.
TINGGG
Lift pun berhenti dilantai dua belas. Nampaknya ada seseorang yang hendak masuk kedalam lift juga. Dan ternyata wanita yang pernah memarahi Zeya di pantry saat itu.
"Arka, kamu baru mau pulang" sapanya
"Iya" jawab Arka singkat
Wanita itu melirik kearah Zeya, dan Zeya menyapa dengan senyum. Namun wanita itu memang angkuh. Dia hanya menatap Zeya dengan sinis.
"Itu siapa ka"
"Bukan urusanmu"
"Kenapa sih ka, kamu masih jutek aja ama aku" Dela sedikit marah
Siapa sih wanita ini pikir Zeya
Apa dia tidak mengenal pak Arka?
Pak Arka kan emang gitu orangnya
Dingin, kaku kayak es batu dikutub utara batin Zeya
"Itu perasaan kamu aja"
"Bukan perasaanku, emang kamu kayak gitu adanya"
"Terserah kamu mau ngomong apa"
"Apa kamu tidak bisa bersikap sedikit manis padaku, hah?"
"Aku tidak perduli"
"Arkaaaaa" teriaknya
Arka dan Dela terlibat cekcok mulut. Zeya yang melihatnya hanya menatap dengan wajah kebingungan.
Pintu lift pun terbuka.
TINGG
"Zeya, ayo kita keluar"
"Ehh ba-baik pak"
"Arkaaa, tunggu" Dela menarik tangan Arka
Arka menepis tangannya.
"Kita udah nggak ada urusan lagi"
Arka dan Zeya melangkah pergi meninggalkan Dela yang masih mematung didepan pintu lift. Dengan wajah kesal Dela memanggil Arka.
Sebenarnya siapa wanita itu? ada hubungan apa dengan pak Arka?
Terserahlah itu urusan mereka. Aku tidak perlu tahu dan nggak mau tahu.
Sesampainya didepan kantor, Zeya menyerahkan tas Arka.
"Ini pak tasnya"
Arka mengambil tasnya tanpa mengucapkan apa pun.
Ngomong makasih emang susah banget ya! bener-bener deh bosku ini. Asli nyebelin banget!
Arka sudah ditunggu oleh supir pribadinya.
"Kamu tidak mau ikut bersamaku?"
Itu tawaran atau apa..
Pak Arkaaa apa dulu bapak tidak pernah belajar susunan kata yang baik dan benar!
"Makasih pak, kosan saya dekat kok dari sini"
"Ya sudah kalau begitu"
Arka masuk kedalam mobil mewahnya. Tak lama kemudian mobilnya pun melaju meninggalkan Zeya yang masih berdiri sendiri.
Zeya pulang ke kosannya jalan kaki seperti biasa.
Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Kerjaan kantor menumpuk dan harus cepat diselesaikan. Kalau tidak cepat selesai pasti pak Arka akan meneriaki bawahannya.
Zeya berjalan menyusuri gang sempit menuju ke kosannya. Tak lupa dia mampir ke tukang nasi goreng langganannya.
Setelah sampai dia segera mengambil handuk dan mandi. Tubuh capeknya seketika segar kembali setelah diguyur air.
Sebelum tidur biasanya dia menelpon ibu dan adiknya dikampung. Sekedar menanyakan kabar dan melepas rindu. Ya meskipun cuma mendengar suara mereka. Itu sudah membuat Zeya lega dan bahagia.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!