Satu minggu sudah Zeya bekerja di kantor ini. Dengan cepat Zeya memahami arahan dari Erin. Memang Zeya gadis yang cerdas jadi dia bisa cepat memahami tentang kerjaannya dikantor itu.
Zeya masuk sepuluh menit sebelum jam kantor dimulai. Dia sungguh-sungguh dalam bekerja. Pagi-pagi dia sudah mengecek semua pekerjaan yang harus selesai hari ini.
Pintu ruangan terbuka, Zeya melirik siapa yang datang. Ternyata pak Arka sudah datang. Dia tampak kelihatan rapi, sepertinya kumis dan jenggotnya dicukur.
Hmmm ganteng banget sih pak! pikiran Zeya jadi kemana-kemana.
Aduhh Zeyaaaa, please deh otak kamu kenapa jadi rada eror gini. Zeya mengutuki dirinya sendiri.
"Zeya tolong buatkan saya kopi"
Zeya kaget mendengar suara Arka, ini kali pertama dia disuruh membuatkan kopi untuknya.
"Baik pak, bapak mau kopi apa"
"Saya biasa minum kopi mocha setiap pagi" katanya
"Saya akan buatkan kopi mocha buat bapak"
Zeya berjalan menuju pantry hendak membuatkan kopi mocha untuk Arka.
Ada mesin pembuat kopi otomatis. Zeya memencet tombol yang bertuliskan MOCHA. Kemudian takaran gula.
Pak Arka suka manis atau sedang ya pikirnya.
Udahlah kira-kira aja. Kalau gak cocok nanti bikin lagi.
Setelah jadi diaduknya kopi itu. Baru dia akan memutar badan.
TARRRRRRRR
Gelas beserta kopi itu pecah dilantai karena ditabrak seseorang.
"Kamu gak bisa hati-hati" bentak seseorang
Seorang wanita cantik sedang mengibas-ngibaskan bajunya yang sedikit kotor karena tumpahan kopi yang Zeya buat.
"Maaf mbak, saya nggak sengaja"
"Maaf maaf, kalau mau jalan lihat-lihat dulu" omelnya
Dia beranjak pergi meninggalkan ruang pantry. Zeya menghela nafas panjang.
Dia yang tergesa-gesa masuk pantry. Giliran ketumpahan kopi dia yang marah-marah! huh
Zeya menunduk membersihkan pecahan gelas yang jatuh.
"Ehhhh mbak, mbak, biar saya aja yang bersihin" kata bapak OB mengagetkanku
"Tidak apa-apa pak, biar saya aja"
"Jangan mbak"
"Tenang aja pak, saya biasa mengerjakan yang beginian" katanya sambil tersenyum
"Baru mbak loh, yang mau kotor-kotoran gini"
"Masa sih pak"
"Iya"
Setelah selesai membersihkan pecahan gelas, Zeya membuat kopi untuk Arka lagi. Lalu dia kembali keruangan kerjanya.
"Ini pak kopinya"
"Kamu buat kopi dimana, di Jonggol? lama banget" gerutu Arka
"Maaf pak, tadi kopinya sempat jatuh jadi saya buatkan lagi" jawab Zeya
"Yaudah kamu lanjut kerja aja"
"Baik pak"
Zeya kembali duduk dimeja kerjanya. Dia berkutak dengan pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
****
Tak terasa waktu menunjukan pukul lima sore. Zeya masih tetap menatap layar monitornya. Rambutnya dicepol asal-asalan.
"Zey, ayo pulang" kata Erin menghampiri mejanya
"Bentar lagi rin, kamu duluan aja"
"Emang masih banyak kerjaannya"
"Nggak juga sih, dikit lagi kok"
"Oh yaudah kalau gitu, aku duluan ya.. Bye"
"Bye"
"Zeya ayo pulang" tak lama bu Ranti rekan kerjanya juga mengajak pulang
"Iya bu duluan aja"
Satu persatu mereka pulang tinggal Zeya dan Arka yang masih diruangan itu.
Zeya melirik kearah Arka.
Pak Arka belum pulang.
Arka nampak sedang membaca dokumen-dokumen dimejanya. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Dia sedang fokus membaca satu-persatu.
"Pak, Zeya pulang dulu"
"Tunggu"
Tunggu? tunggu gimana maksudnya? Zeya bertanya-tanya
"Kamu bawakan ini"
Dia menunjukan tas kerjanya.
Ya ampunnn ternyata dia menyuruhku membawakan tasnya.
Oke baiklah pak. Anak buah teladan harus nurut!
Setelah setiap pagi aku diwajibkan membuatkan kopi mocha untuknya sekarang aku harus membawakan tasnya.
Kerjaku apa sih, oh iya iya aku tau, selain staff mungkin aku ini juga dianggap asisten rumah tangganya!
Zeya menggerutu dalam hatinya.
"Kamu nggak mau membawakan tasku" suara Arka membuyarkan pikiran Zeya.
Sambil tersenyum manis Zeya menjawab.
"Nggak kok pak, Zeya mau membawakan tas bapak"
"Nih" dia menyodorkan tasnya
Buru-buru Zeya mengambilnya.
Uhhhhh lumayan berat juga! tega banget sih pak Arka.
"Ayok"
Arka melangkahkan kakinya duluan. Sedangkan Zeya mengekor dibelakangnya.
Ruang kerja mereka berada dilantai lima belas. Tak lama mereka memasuki lift. Didalam lift hanya mereka berdua. Zeya sangat canggung dengan berdua saja dengan Arka.
TINGGG
Lift pun berhenti dilantai dua belas. Nampaknya ada seseorang yang hendak masuk kedalam lift juga. Dan ternyata wanita yang pernah memarahi Zeya di pantry saat itu.
"Arka, kamu baru mau pulang" sapanya
"Iya" jawab Arka singkat
Wanita itu melirik kearah Zeya, dan Zeya menyapa dengan senyum. Namun wanita itu memang angkuh. Dia hanya menatap Zeya dengan sinis.
"Itu siapa ka"
"Bukan urusanmu"
"Kenapa sih ka, kamu masih jutek aja ama aku" Dela sedikit marah
Siapa sih wanita ini pikir Zeya
Apa dia tidak mengenal pak Arka?
Pak Arka kan emang gitu orangnya
Dingin, kaku kayak es batu dikutub utara batin Zeya
"Itu perasaan kamu aja"
"Bukan perasaanku, emang kamu kayak gitu adanya"
"Terserah kamu mau ngomong apa"
"Apa kamu tidak bisa bersikap sedikit manis padaku, hah?"
"Aku tidak perduli"
"Arkaaaaa" teriaknya
Arka dan Dela terlibat cekcok mulut. Zeya yang melihatnya hanya menatap dengan wajah kebingungan.
Pintu lift pun terbuka.
TINGG
"Zeya, ayo kita keluar"
"Ehh ba-baik pak"
"Arkaaa, tunggu" Dela menarik tangan Arka
Arka menepis tangannya.
"Kita udah nggak ada urusan lagi"
Arka dan Zeya melangkah pergi meninggalkan Dela yang masih mematung didepan pintu lift. Dengan wajah kesal Dela memanggil Arka.
Sebenarnya siapa wanita itu? ada hubungan apa dengan pak Arka?
Terserahlah itu urusan mereka. Aku tidak perlu tahu dan nggak mau tahu.
Sesampainya didepan kantor, Zeya menyerahkan tas Arka.
"Ini pak tasnya"
Arka mengambil tasnya tanpa mengucapkan apa pun.
Ngomong makasih emang susah banget ya! bener-bener deh bosku ini. Asli nyebelin banget!
Arka sudah ditunggu oleh supir pribadinya.
"Kamu tidak mau ikut bersamaku?"
Itu tawaran atau apa..
Pak Arkaaa apa dulu bapak tidak pernah belajar susunan kata yang baik dan benar!
"Makasih pak, kosan saya dekat kok dari sini"
"Ya sudah kalau begitu"
Arka masuk kedalam mobil mewahnya. Tak lama kemudian mobilnya pun melaju meninggalkan Zeya yang masih berdiri sendiri.
Zeya pulang ke kosannya jalan kaki seperti biasa.
Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Kerjaan kantor menumpuk dan harus cepat diselesaikan. Kalau tidak cepat selesai pasti pak Arka akan meneriaki bawahannya.
Zeya berjalan menyusuri gang sempit menuju ke kosannya. Tak lupa dia mampir ke tukang nasi goreng langganannya.
Setelah sampai dia segera mengambil handuk dan mandi. Tubuh capeknya seketika segar kembali setelah diguyur air.
Sebelum tidur biasanya dia menelpon ibu dan adiknya dikampung. Sekedar menanyakan kabar dan melepas rindu. Ya meskipun cuma mendengar suara mereka. Itu sudah membuat Zeya lega dan bahagia.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
martina melati
hahaha...
2024-11-02
0