Hari ini Arka kembali ke Jakarta. Dia tidak masuk ke kantor, tubuh dan pikirannya butuh istirahat.
Sebenarnya dia ingin masuk ke kantor namun ia merasa tubuhnya kurang sehat. Dia sudah merasakan sejak tadi malam.
Setelah sampai dirumah, dia langsung berbaring diranjang. Dia mengetik sebuah pesan singkat untuk seseorang.
'Zey, Belikan obat demam untuk saya dan antar kerumah'
Dia berharap Zeya membelikan obat untuknya.
Arka merasa tubuhnya lemah dan kepalanya terasa berat. Dia menutup tubuhnya dengan selimut. Tak lama setelah itu dia pun tertidur.
****
Sementara itu Ponsel Zeya berbunyi, ada sebuah pesan masuk.
Dari pak Arka
Dia menyuruhku untuk membelikan obat demam untuknya
Pantas aja pak Arka tidak ke kantor, dia sedang sakit
"Bu Ranti"
Zeya menghadap ke meja kerja bu Ranti, dia adalah orang kepercayaan Arka di kantor. Apabila Arka tidak bisa masuk kantor karena ada urusan lain, bu Ranti lah yang membackup semua kerjaannya.
"Kenapa Zeya?" jawab bu Ranti, umurnya sekitar empat puluh tahunan. Dia memakai kaca mata tebal.
"Pak Arka mengirim pesan kepada saya bu"
"Dia minta dibelikan obat demam, sepertinya dia sedang sakit"
"Oh ya tadi pagi pak Arka menghubungi saya, katanya mau istirahat dulu"
"Saya kira dia cuma kecapekan aja, ternyata demam"
"Iya bu, saya izin mau kesana"
"Iya nggak apa-apa Zey, bila perlu kamu jagain pak Arka hari ini. Kasian dia tidak ada yang merawatnya"
"Baik bu, terima kasih"
"Iya hati-hati ya, kamu suruh anter supir kantor aja"
"Nanti saya telponkan supirnya"
"Terima kasih bu"
"Iya Zey, ya udah sana gih berangkat" katanya lagi
"Zey, mau kemana?" tanya Erin tiba-tiba
"Mau belikan obat buat pak Arka" kata Zeya sambil membereskan meja kerjanya
"Pak Arka sakit?"
"Iya barusan ngirim pesan, suruh beliin obat demam"
"Udah ya rin, aku berangkat dulu. Dahhh" kata Zeya berjalan keluar ruangan
Zeya diantar oleh supir kantornya.
"Kita langsung kerumah pak Arka mbak?" tanya si supir
"Kita ke apotek dulu pak, beli obat"
"Baik mbak"
Setelah menemukan apotek terdekat Zeya masuk kedalam untuk membeli obat demam.
Zeya melirik kearah arloji ditangannya.
Pukul sepuluh lewat tiga puluh menit batinya.
Jalanan tampak lancar, berapa menit kemudian mobil pun sampai dirumah Arka.
Zeya turun dari mobil yang mengantarnya.
"Pak, langsung pulang ke kantor aja"
"Mbak Zeya nggak apa-apa ditinggal?"
"Nggak apa-apa pak"
"Baik mbak kalau gitu, saya pamit dulu ya"
"Iya pak"
Zeya langsung menuju pintu rumah Arka. Diketuknya pitru itu namun tak ada sahutan dari dalam.
"Pak Arka, pakkkkkk"
Masih tak ada sahutan juga. Akhirnya Zeya memberanikan membuka pintu rumahnya.
Nggak dikunci!
Aku langsung masuk aja
"Permisi, pakkkk, pak Arka"
"Ini saya pak, Zeya"
Tetap tak ada sahutan.
Zeya jadi panik dan segera masuk ke kamar Arka. Dia melihat sosok yang dicarinya. Dia sedang terbaring lemah diranjang tidurnya.
Zeya mendekat kearah Arka. Dia nampak sedang bergumam tak jelas. Zeya meletakan punggung tangannya kejidat Arka.
Panas sekali
Mata Arka masih terpejam, Bibirnya nampak pucat.
"Pak, Pak Arka. Bangun pak ini Zeya"
Matanya pun sedikit terbuka. Dia melihat wajah Zeya. Dia menantap wajah Zeya yang terlihat panik.
"Ehmmmm " dia berusaha bangun dari tidurnya
"Udah bapak tidur aja, bapak sudah makan?"
Dia menggeleng lemah.
"Sebelum minum obat harus makan, saya buatkan bubur dulu ya"
"Bapak tunggu, saya kedapur dulu sebentar"
Meskipun Zeya bisa dibilang tidak begitu ahli di dapur namun setelah insiden tongkol balado yang asin itu, dia sedikit-sedikit mau belajar memasak.
Sampai-sampai dia beli kompor dan perlengkapan memasak lainnya.
Dia mengambil beras secukupnya dan kemudian membuat bubur ayam dengan bahan makanan seadanya yang tersedia di kulkas Arka.
Tak butuh waktu yang lama akhirnya bubur pun matang. Zeya membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Dia membawanya masuk ke kamar Arka.
"Pak Arka" Panggilnya sambil sedikit mengoyang-goyangkan tubuh Arka
"Hmmmm" suara Arka serak
"Bangun dulu pak, makan bubur" kata Zeya sambil membantu Arka untuk bangun dan duduk bersandar pada ranjang
Arka hanya diam tubuhnya begitu lemah. Zeya meniup-niup bubur yang disendoknya.
"Aaaaaaa" katanya menyuruh Arka membuka mulut
Arka pun membuka mulutnya, dan Zeya menyuapinya dengan penuh kesabaran.
"Udah Zey, aku tak berselera mulutku benar-benar pahit"
Zeya tersenyum penuh rayu.
"Kan baru lima suapan pak, sekali lagi ya" bujuknya
"Sekaliiii aja"
Arka kembali membuka mulutnya lagi. Sampai akhirnya ada sepuluh suap yang sudah berhasil masuk ke perut Arka.
"Udah Zey, saya udah kenyang"
"Itu tadi kamu bilang sekali taunya berkali-kali" kata Arka dengan suara lemahnya
"Hehe" Zeya tersenyum
Setelah selesai makan, Zeya mengambil obat untuk Arka.
"Minum dulu pak" katanya sambil menyerahkan sebutir pil dan air putih
Arka pun meminumnya.
"Sekarang bapak istirahat lagi"
"Bisakah kamu mengambilkan kaos untuk ku?"
Memang Arka belum sempat ganti pakaian dari datang tadi pagi.
"Saya ambilkan dulu"
Zeya mengambil kaos sedapatnya ditumpukan lemari itu.
"Ini pak"
"Tolong kamu lepaskan kancing kemeja saya"
GLEKKKK
Zeya bengong mendengarnya.
Aduhhh
Nglepasin kancing kemeja pak Arka? batinnya
Gimana ini?
Bisa dibilang sakit membawa rezeki nggak sih?
Haha
"Zey kenapa kamu bengong" suara Arka membuyarkan pikirannya
"Ayo"
" Eh iya pak"
Zeya duduk dipinggir ranjang. Dia mulai membuka kancing baju Arka.
"Bisa cepat nggak sih Zey" kata Arka ketus
Zeya cemberut sambil membuka kancing kemejanya satu persatu.
Lagi sakit aja masih super nyebelin gitu!
Aku grogi tau pak 🙈
Setelah itu Arka kembali berbaring diranjangnya.
"Kamu jangan pulang" katanya ketika Zeya hendak meninggalkan kamarnya
Zeya menoleh dan menatap wajah Arka yang terpejam.
"Nggak kok pak, Zeya cuma mau duduk di sofa depan"
"Bapak istirahat aja, kalau butuh apa-apa tinggal panggil saya"
Tak ada sahutan dari Arka. Zeya mengangkat kedua bahunya. Dia sudah mulai paham dengan sifat atasannya itu.
Zeya pun meninggalkan kamar Arka. Dia duduk di sofa sambil menonton televisi. Entah kenapa rasa kantuk menyerangnya. Akhirnya dia pun tertidur dengan masih memegang remote tv ditangannya.
Dia terbangun sekitar satu jam kemudian.
Ya ampun kenapa aku bisa ketiduran juga sih
Cepat-cepat dia masuk ke kamar untuk melihat keadaan Arka. Arka masih terbaring diranjang. Dipegangnya jidatnya.
Kenapa masih panas gini batinnya
Tak mau berpikir panjang lagi akhirnya Zeya membangunkan Arka dan mengajaknya kerumah sakit.
"Pak, kita kerumah sakit aja ya, tubuh bapak masih panas aja"
"Nggak usah Zey, nanti juga sembuh sendiri"
"Nggak boleh nolak, panas bapak nggak turun-turun"
Arka hanya terdiam dan menuruti kemauannya.
"Ponsel bapak mana?"
"Saya akan menelpon supir bapak, untuk mengantar kita kerumah sakit sekarang"
"Itu" Arka menunjuk ponselnya yang tergeletak diatas ranjang
Zeya menghubungi supirnya untuk membawa Arka kerumah sakit bersamanya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments