Meja yang biasanya ada peralatan kerja dan beberapa hiasan meja sudah tak ada lagi. Meja itu masih kosong, karena bu Ranti belum pindah ke meja kerjanya yang baru.
Zeya menatap meja kerja itud engan tatapan hampa. Arka sudah tak berada diruangan ini.
"Hei, nglamun aja" suara Erin mengagetkan
"Siapa yang nglamun, ngantuk doang" Jawabnya berbohong
"Jangan bilang nitip minta bikinin kopi"
"Hahaa, kok tahu sih"
"Huhh udah hafal" Erin melangkah pergi menuju pantry
"Bikinin ya rin, inget jangan manis-manis"
"Berisik lu"
Ponsel Zeya tiba-tiba berbunyi, ada pesan singkat dari Arka
Meskipun saya sudah pindah, kamu tetap harus buatkan kopi setiap pagi!
Hah??
Mata Zeya membulat, dia menggosok-gosok kedua matanya
Apa aku nggak salah baca? pikirnya
Pak Arka menyuruhku untuk tetap membuatkan kopi untuknya?
Senyum kecil menghiasi bibirnya. Dia pun beranjak dari tempat duduknya menuju pantry.
"Zey, mau kemana lu, ini kopinya"
"Taro aja dimeja ku rin" katanya masih dengan senyum dibibirnya
Zeya membuatkan kopi untuk Arka, kemudian dia masuk kedalam lift. Dipencetnya tombol lift menuju lantai dua puluh dimana sekarang Arka menempati ruangan CEO.
Sesampainya dilantai dua puluh, dia menuju sebuah ruangan yang sangat besar. Didepan ruangan itu nampak seorang wanita yang cukup cantik. Dia sekretaris Arka, mungkin umurnya sekitar tiga puluh lima tahunan.
"Permisi mbak" kata Zeya
"Iya, ada perlu apa?" tanyanya sambil menatap wajah Zeya dengan tatapan menyelidik
Wanita itu heran karena biasanya yang masuk kelantai dua puluh ini hanya orang-orang tertentu saja. Bukan staff office biasa seperti Zeya.
"Saya Zeya mbak, pak Arka menyuruh saya membawakan kopi untuknya" jelasnya
Wanita itu menatap tak percaya dengan ucapan Zeya barusan.
Dia menekan tombol telpon dan berbicara dengan seseorang ditelpon.
"Pak, ada seorang wanita bernama Zeya"
"Oh baik pak" katanya
Dia masih menatap Zeya dengan wajah bingung.
"Mbak Zeya, silahkan masuk" katanya
"Terima kasih mbak"
Zeya pun masuk ke ruangan kerja Arka yang berukuran sangat besar. Arka sedang menatap layar laptopnya. Matanya menatap kearah Zeya yang sedang membawa kopi untuknya.
"Bawa sini" perintahnya
"Iya pak"
Zeya meletakan kopi dimeja kerjanya.
"Saya pamit dulu pak" katanya pelan
"Hmmmm"
Zeya pun membalikan badannya hendak keluar ruangan itu.
"Nanti sore pulang bareng saya"
Suara Arka membuat Zeya berhenti melangkah. Zeya memutar badannya dan menatap Arka yang masih fokus dengan laptopnya.
"Maksud bapak?"
"Perlu ku ulangi lagi?"
Huh
Nggak ada bedanya,
Masih tetap pak Arka yang nyebelin!
Zeya pun pergi meninggalkan ruangan. Sekretaris itu masih nampak heran dengan keberadaan Zeya disini.
"Makasih mbak" ucap Zeya sambil berlalu
Wanita itu hanya mengamati Zeya tanpa menjawab sepatah kata apa pun. Sebuah papan nama tertulis, Risya di meja sekretaris itu.
Zeya kembali keruang kerjanya. Dia segera mengerjakan pekerjaan kantor seperti biasa.
****
Jam istirahat pun tiba, Zeya sengaja tidak pergi ke kantin. Erin mengajaknya untuk makan namun dia tetap tak mau. Dia hanya makan roti untuk mengganjal perutnya. Semua orang sudah keluar ruangan. Tinggal Zeya seorang diri didalam ruangan.
Terdengar suara pintu dibuka. Namun Zeya tetap fokus dengan layar monitor didepannya. Dia tidak peduli siapa yang masuk.
"Kenapa tidak makan?" tanya sesorang
Zeya menoleh kearah suara itu, dan ternyata Arka sudah berdiri dibelakangnya.
"Ayo ikut saya" katanya sambil menarik tangan Zeya
"Eh pak" kata Zeya dengan mulut masih penuh dengan roti
Tanpa menghiraukan Arka menarik tangannya menuju pintu lift. Dia akan membawa Zeya ke ruang kerjanya.
Didalam lift Zeya masih mengunyah roti yang belum sepenuhnya tertelan.
"Hmmm, kita mau kemana pak?" tanyanya sambil menelan roti dimulutnya
"Keruangan saya"
"Temani saya makan siang"
"Oh"
Setibanya dilantai dua puluh Zeya mengikuti Arka dari belakang. Sekretaris yang bernama Risya sudah tak ada ditempat, mungkin karena jam makan siang.
Mereka berdua masuk kedalam keruangan. Tampak disebuah meja dalam ruangan itu terdapat beberapa box makanan cepat saji.
****
Sementara itu,
Arka menatap layar cctv. Dia sengaja mengamati layar itu hanya untuk melihat gadis yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaan. Padahal sudah waktunya jam makan siang.
Ya siapa lagi kalau bukan Zeya!
Dia menelpon Risya dan menyuruhnya untuk memesankan makanan cepat saji.
"Risya, pesankan makanan cepat saji untuk saya, dua porsi serta minumannya juga"
"Baik pak" jawaban Zeya dari ujung telpon
"Cepat ya"
"Iya pak"
Arka masih melihat layar cctv itu.
Zeya
Kenapa aku ingin selalu melihatmu
Juga ingin bersamamu
Arka melangkah meninggalkan ruangannya dan menuju ke lantai lima belas.
Dia masuk keruangan yang dituju. Terlihat sosok gadis yang sedang sibuk memasukan roti kemulutnya. Tangan kanannya memegang mouse. Matanya menatap layar monitor.
Dia tak menoleh meskipun tahu kalau ada seseorang yang masuk keruangan itu.
Arka menarik tangan Zeya dan mengajak makan siang bersama dengannya.
Arka ingin tertawa melihat betapa lucu wajah Zeya dengan mulut penuh dengan roti. Mereka berdua menuju lantai dua puluh.
"Kenapa bengong, ayo kita makan"
"Iya pak"
Mereka langsung memakan makanan yang telah tersedia diatas meja. Zeya duduk berhadapan dengannya. Tak jarang dia menatap wajah Zeya secara diam-diam.
Dia senang bisa sering bersama Zeya, Si gadis polos.
"Kenyang pak" katanya
"Baguslah, kerja memang harus dengan perut kenyang"
"Biar bisa berpikir dengan baik"
Zeya mengernyitkan hidung dan bibirnya. Dia sudah terbiasa dengan kata-kata Arka yang kurang enak didengar.
Setelah selesai makan Zeya pamit kemudian keluar ruangan. Dia disambut dengan tatapan curiga oleh sekretaris Arka. Zeya hanya membalas dengan senyuman.
Sebenarnya ada hubungan apa antara wanita ini dengan bosnya? pikirnya
Gadis biasa-biasa aja,
Tapi diperlakukan spesial oleh seorang CEO
****
Arka sudah berada didalam mobil. Dia sengaja membawa mobilnya sendiri tanpa supir.
Kenapa lama sekali???
Sudah tiga puluh menit dia menunggu Zeya dibasement kantor.
Dilirik lagi arloji ditangannya. Dia menempelkan ponsel ke telinganya. Sebelum sambungan telpon terhubung sosok yang ditunggu tengah berjalan kearahnya.
Arka tersenyum melihat Zeya. Dia pun mematikan telponnya.
Arka membuka kaca mobilnya.
"Ayo duduk depan"
"Iya pak"
"Kamu ngapain aja didalam, lama sekali"
"Saya udah nunggu kamu tiga puluh menit" kata Arka
"Kerjaan saya lumayan banyak pak"
"Maaf ya pakkkkk" kata Zeya sambil memaksakan senyumnya
"Kita berangkat aja"
Arka melajukan mobilnya keluar dari basement kantor menuju jalan raya.
Zeya hanya diam menurut kemana saja Arka membawanya.
Mereka berdua tak banyak bicara selama dalam perjalanan. Sekali-kali Arka mencuri-curi pandang ke wajah Zeya.
"Sebenarnya kita mau kemana pak?"
"Sudah, ikut saja denganku"
Zeya mendengus meskipun sebenarnya dia senang bisa bersama Arka.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments