Bab 16. Rupanya dia karyawanku
.
.
.
...🍁🍁🍁...
"Bersyukur adalah tanda cukup, karena diatas langit masih ada langit".
Setelah makan siang, semua anggota Devisi di manufacturing, terutama di Departemen Akuntansi Biaya akan mengikuti briefing terbatas.
Kasak kusuk yang beredar akan ada acara pengenalan kepala Departemen yang baru.
Bastian selama ini belum pernah bertemu dengan wajah para petinggi, karena dulu saat dia berada di Departemen Produksi, ia nyaris tak pernah mengikuti acara acara intern seperti saat ini.
Bisa di katakan, ini adalah kali pertamanya dia akan mengikuti briefing penting macam ini.
"Ku dengar, yang bakal jadi pimpinan kita itu seorang janda muda" Bang Togar berbicara bak dialah informan paling ulung saat ini.
"Biang gosip" Satrio meledek rekannya itu.
"Tak percaya pula kau, sering seringlah bersafari bibir, biar kau tahu info update di perusahaan" ucap bang Togar tak mau kalah.
Satrio hanya memutar bola matanya malas.
Bang Togar itu selalu saja bak menjadi member laskar ibu ibu sen kiri belok kanan, yang suka menggosipkan info info terupdate.
Sementara Bastian hanya sibuk membaca dan membolak-balikan buku tentang resume petinggi perusahaan.
"Abimanyu Aryasatya" gumamnya sambil melihat foto orang nomer satu di Delta Group itu.
"Sepertinya, tidak asing" gumam Bastian, masih menatap foto Direktur utamanya itu.
Ia merasa pernah melihat wajah yang terpampang di foto resume lengkap sang Direktur.
"Sepertinya kita beruntung hari ini, akan bertemu langsung dengan petinggi perusahaan" tukas Satrio mengembalikan resume yang telah ia baca, ke meja kerjanya.
"Ba, rupanya semua di suruh kumpul ke ruang briefing sekarang" ucap Bang Togar yang baru saja membaca pesan di group perusahaan mereka.
.
.
Bastian
Beberapa orang inti dan orang-orang yang berhubungan langsung dengan bagian dari Departemen Akuntansi Biaya ,sudah terlihat duduk di kursi yang sudah di sediakan.
Ia masih belum bisa memecahkan teka-teki terkait dimana ia pernah bertemu sang Direktur tersebut.
Wajah yang pernah ia temui sebelumnya.
Tapi dimana.
Lamunannya seketika menguap bersamaan datangnya beberapa orang penting yang terlihat memasuki ruangan luas itu, dan wajah pertama yang ia tatap adalah wajah yang tercetak di foto resume Direktur perusahaan Delta Group tadi.
Menyusul seorang pria yang pernah ia temui, yakni assisten Devan dan seorang wanita cantik berusia cukup muda yang mengenakan pakaian formal, juga dua orang assisten pembantu Devan.
"Baik, saya ucapkan terimakasih atas atensi yang telah di berikan" ucap Pria yang menduduki kursi direktur.
Ia terlihat mengidentifikasi satu persatu wajah yang hadir di sana.
Ia merasa Direktur tersebut, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
...Abimanyu Aryasatya...
...Direktur Utama...
Begitulah tulisan yang terdapat di meja yang beradu di depan pria itu, ia sempat melihat membacanya dengan jelas
Terlihat sang Direktur berbasa-basi singkat, serta berintermezo memperkenalkan diri bagi beberapa pegawai yang mungkin belum pernah mendapatkan kesempatan untuk bersua denga dirinya.
"Ibu Rania Qirani akan bertindak sebagai atasan kalian per hari ini"
Wanita yang di sebut namanya itu mengangguk ramah ke arah semua peserta briefing.
"Semua laporan dan hasil pertanggungjawaban pekerjaan kalian semua menuju ke meja Bu Rania"
Ucap Abimanyu menerangkan inti dari pertemuan.
"Atasannya cantik begitu, kalah si Butet cantiknya" ucap Bang Togar memuji kecantikan Rania.
"Sssstttt, bisa gak sih diam" ucap Satrio yang malu dengan tindakan bar bar rekannya itu.
"Apa ada pertanyaan?" ucap Direktur itu kepada semua yang hadir disana.
.
.
Abimanyu
Ia sebenarnya cukup terperanjat saat melihat orang yang ia ketahui adalah suami dari Andhira, duduk di kursi pada baris kedua.
Mengapa ia tak mengetahui bila lelaki itu adalah salah satu karyawannya.
Namun ia masih bisa menutupi keterkejutannya itu.
Sampai ia harus memulai acara briefing dan pengenalan kepala Departemen Akuntansi Biaya dan keuangan yang baru.
Yakni adiknya sendiri.
Rania sengaja ia bebani tanggung jawab itu karena ia menilai adiknya itu cukup tangkas di bidang tersebut.
Selain itu, Rania juga masih memiliki tanggung jawab di sektor lain dari semua usaha yang dimiliki keluarga besar Aryasatya.
"Apa ada pertanyaan lain?" ia sengaja melontarkan pertanyaan tersebut kepada para karyawan disana.
Guna mengistirahatkan rasa aneh yang timbul dari hatinya, saat menatap lelaki yang ia ketahui adalah ayah dari Raka itu.
Rasa yang sama, yang timbul saat dia bertemu dengan Andhira di mall dan di Patrick Star Caffe.
Namun semua diam, pertanda penjelasan yang ia berikan sudah jelas tersampaikan.
"Baik kita akhiri sampai disini, dan selamat bekerja" ucapnya kemudian mendudukkan dirinya kembali ke kursi kebesarannya.
Acara tersebut dilanjutkan dengan pemaparan beberapa mekanisme baru oleh asisten Devan.
.
.
"Itu pak Devan, kau bisa tanyakan sekarang" ucap Bang Togar yang melihat Devan berjalan di barisan paling akhir petinggi perusahaan itu.
Tepat saat melintas di hadapan mereka bertiga.
Devan yang merasa namanya di sebut kemudian menoleh," ada apa?" tanyanya datar.
Satrio dan Bastian menelan salivanya dengan susah, astaga Bang Togar itu benar benar.
"A begini pak, sebetulnya kami mau bertanya kepada Bapak"
"Tapi nampaknya baru kal...." ucapan Bang Togar terjeda.
"Katakan singkat saja" jawab Devan dengan wajah datar.
Tak mau mendengar basa basi.
Bang Togar akhirnya menjadi ikut susah menelan salivanya, membuat Bastian dan Satrio saling menatap.
Abimanyu yang mendengar Devan berbicara dengan tiga orang karyawan tadi, turut menghentikan langkahnya.
"Apa masih ada pekerjaan di sini pak?"
"Untuk siapa?" tanya Devan cepat.
"Untuk anunya dia pak" jawab Bang Togar sembari menunjuk ke arah Bastian.
"Laki, perempuan?"
"Perempuan" jawab Bang Togar.
"Perusahaan tidak mengijinkan suami istri untuk bekerja dalam satu tempat" sahut Abimanyu yang rupanya menguping pembicaraan mereka.
Membuat semua yang disana terkejut, terutama Bastian dan Devan.
Mereka tak menyangka jika Direktur Utama Delta Group itu masih berdiri disana.
"Maaf, itu sudah peraturan perusahaan" ucapnya lalu melenggang pergi dari kumpulan orang yang tengah terbengong-bengong itu.
Devan akhirnya tak memberikan penjelasan lagi, jika Direktur sudah bertitah. Maka itulah yang terjadi.
Meski ia sendiri belum tahu siapa yang akan di carikan pekerjaan oleh pria tadi.
"Istri?" tanya Satrio yang bingung.
Bastian hanya mengendikkan bahunya, seolah mewakili " mana ku tahu".
.
.
Bastian nampak masih melamun meski ia sudah berada di meja kerjanya.
Niat Bang Togar yang mencarikan informasi tentang open recruitment justru menjadi pemantik kekesalan sang Direktur.
Ia bisa menyimpulkan hal itu lantaran raut wajah yang terpampang jelas ketika Direkturnya melontarkan penjelasan tadi.
"Padahal aku belum menyelesaikan ucapanku"
"Memangnya siapa yang mau mencarikan pekerjaan untuk istri?" Bang Togar menggerutu demi menanggapi ucapan Abimanyu.
"Lagian kau sih bang, bilang anu anu" ucap Satrio sambil menyalakan komputer di mejanya.
Berniat memulai pekerjaannya.
"Sebenarnya aku sudah tidak berniat mencarikan pekerjaan untuk kak Dhira"
"Apa??" Satrio dan Bang Togar berteriak disana.
Membuat beberapa karyawan lain turut menoleh.
Bastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia sadar menjadi sebab musabab kegaduhan di meja kerja siang itu.
"Tahu begitu tak perlu pula aku bersusah-susah menanyakan hal itu kepada Pak Devan tadi"
"CK kau ini, bilang lah kalau ada revisi" Bang Togar makin kesal kepada Bastian.
"Revisi apaan?" tanya Satrio.
"Revisi terbaru jika kakak dia sudah tak mencari kerja"
"Kau ini benar benar, setengah mati aku menahan malu" Bang Togar akhirnya pergi dari sana.
"Mau kemana Bang" tanya Bastian.
"Mau ngopi dulu aku, pusing rupanya aku ini kau buat"
Bastian hanya tersenyum, terkikis geli.
Kedua rekannya itu memang ter best, selalu ikut andil dalam membantunya. Kesalahannya juga tak memberitahu kedua rekannya itu, jika Andhira sudah akan ia buatkan toko.
.
.
Abimanyu makin kesal begitu mendengar laki laki itu hendak mencarikan pekerjaan untuk Andhira, tidak bisa.
Entah mengapa ia bisa menjadi se egois ini.
Ada yang salah dengan dirinya, ini tidak benar.
Bisa mesra-mesraan terus dia disini, tidak bisa.
Ia yang kembali ke lantai atas, tempat dimana ruangannya itu berada, Namun saat asik melamun ia di kejutkan dengan ponselnya yang menggelepar. Tanda sebuah panggilan masuk.
Menginterupsi lamunannya.
"Oma?" ucapnya saat melihat nama yang terpampang di layar.
"Halo Oma"
"Kau ini, sedari tadi aku kirimi pesan tak juga kau balas"
"Maaf Oma, tadi aku baru briefing"
"Aku kena jambret"
.
.
Abimanyu melesat secepat kilat, segera pulang menemui neneknya itu.
Ia langsung mematikan sambungan teleponnya, begitu mendengar kalimat yang membuatnya khawatir bukan main.
Cemas dan juga gugup. Tak bisa memaafkan dirinya sendiri bila sesuatu terjadi kepada neneknya itu
Dengan tergesa-gesa ia membuka pintu rumahnya.
Ia bahkan lupa memberi tahu Rania.
"Oma Oma" ucapnya panik, seraya berteriak.
"Ada apa" jawab nyonya Regina yang terlihat tenang dan baik baik saja.
"Oma tidak apa apa?, dan bagaimana bisa terjadi" Abimanyu memberondong neneknya dengan pertanyaan dengan wajah cemas.
"CK, duduklah. Oma tidak apa-apa"
"Tapi wanita yang menolongku tadi .." ucap Nyonya Regina menerawang.
Abimanyu mengernyit.
"Tadi aku memberikan kartu namamu kepada wanita itu"
"Wanita luar biasa, dia menolak saat ku beri uang sebagai ucapan terimakasih" ucap nyonya Regina mengingat kejadian tadi.
"Jika ada orang yang datang membawa kartu itu, kau bisa membantunya. Dia wanita yang berbeda"
"Syukurlah Oma tidak apa apa"
Abimanyu menggenggam erat tangan keriput neneknya.
"Lain kali jangan keluar sendiri, Bagus dimana. Akan ku beri pelajaran dia" Abimanyu masih emosi.
"CK ,kau ini bagus memang ku larang turun"
Nyonya Regina lantas menjelaskan kronologi penjambretan, yang menimpa dirinya.
Murni akibat aksi nekat penjambret itu.
"Dia terluka Bim, namun menolak untuk aku obati"
"Aku bahkan tak sempat bertanya siapa namanya"
"Aku harap bisa bertemu dengannya kembali"
Nyonya regina tersenyum senang, demi mengingat sosok yang menolongnya tadi.
Membuat Abimanyu penasaran dengan wanita yang menjadi penyelamat neneknya.
Apresiasi setinggi-tingginya harus di berikan untuknya, begitu pikir Abimanyu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Suyatno Galih
kau ini bang Togar ngomong anu anu apaan,
2024-01-07
0
Lia Kiftia Usman
baca ulang thor.... karyamu tetap indah
2023-02-21
0
Rizka Yulistiana
auto ngakak sama bang togar🤣😂
2022-08-31
0