Bab 10. Mengganggu pikiranku
.
.
.
.
...🍁🍁🍁...
"Hidup bersahaja adalah bagian dari jiwa pemenang!".
Tepat pukul 16.00 Abimanyu bersama Devan datang menjemput keponakannya itu, kebetulan tadi Jodhi sudah mengirimkan Whatsapp kepadanya, jika dirinya akan ikut kegiatan.
Tentu saja dia mengijinkan, ini prospek yang baik bukan. Dalam waktu kurang dari 24 jam, keponakannya itu berubah. Ia sendiri belum tahu pasti, apa penyebabnya.
Di jam yang sama, terlihat beberapa anak dengan pakaian olahraga dan tubuh yang mengkilap karena keringat itu, berbondong-bondong keluar.
Menandakan kegiatan mereka telah usai.
Abimanyu melihat seorang anak yang tengah ia nantikan, terlihat berjalan dengan seorang anak laki laki yang familiar baginya.
Ia mengulum senyum, ini adalah kali pertamanya melihat Jodhi yang seperti anak normal.
"Sudah pulang boy" Abimanyu menyambut keponakannya itu.
" Sudah!!" kali ini di iringi dengan senyum. Membuat hati Abimanyu sedikit lega.
"Aku pulang dulu ya Jo, sampa besok" pamit bocah berkaos olahraga itu kepada Jodhi.
"Om saya duluan" ucap Raka pamit kepada Abimanyu.
Abimanyu hanya tersenyum, kemudian menatap arah bocah itu berjalan. Entah mengapa dia berharap bisa bertemu kembali dengan wanita yang jelas adalah ibu dari anak itu.
Rupanya ia menuju sebuah mobil sejuta umat berwarna silver, namun harapannya menjadi menguap di udara, tatkala ia melihat kaca mobil yang terbuka, menampakkan seorang laki laki yang masih mengenakan seragam kantor menjemput anak itu.
Terlihat akrab, pria itu juga lebih muda darinya. Berwajah tampan.
Mereka membunyikan klakson, sebagai tanda sapaan sembari menampilkan Raka yang melambaikan tangan ke arah Jodhi, dan dibalas pula oleh keponakannya itu.
Entah mengapa, seketika Abimanyu merasa ada yang hilang dari dirinya, ada buncahan rasa penyesalan.
"Itu pasti suaminya" batinnya yang tanpa ia sadari, justru terucap saat ia berjalan di samping Jodhi.
"Maksudnya?" Jodhi malah menjadi bertanya, lantaran tak mengerti maksud dari ucapan ayah Abinya.
"Ha?, oh itu emmm" seketika Abimanyu menjadi belingsatan dan terlihat bo doh.
"Sudahlah, ayo pulang. Aku capek" Jodhi meninggalkan dirinya yang tengah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
...🍁🍁🍁...
Abimanyu
Hidup ini sangat melelahkan, jauh sudah aku berjalan. Tetap tidak seperti tampaknya. Bingung apa yang sedang aku tunggu dan apa yang sedang aku cari, kalaupun harta mustinya aku bahagia sedari dulu.
Ia tak bisa memejamkan matanya, padahal tubuh dan pikirannya kini tengah lelah oleh pekerjaan. Belum lagi Jodhi kini turut menjadi pusat pikirannya.
Namun ada yang salah dengan dirinya, bayangan wanita yang menangis serta berwajah pias karena perlakuan kasar seorang laki laki tempo hari, kini terus mengganggu pikirannya.
Wanita yang duduk pucat saat datang ke ruang BP, juga wanita yang ia lihat memeluk putranya sambil menangis pagi tadi bersamanya di dalam kantor dewan guru.
Semua bayangan itu terus saja menari nari dan memenuhi otaknya. Wanita dengan usia matang yang masih menampakkan kecantikannya walau tanpa alis palsu dan buku mata sambungan. Cantik natural.
"Tidak, dia sudah bersuami" ucapnya mengacak rambut frustasi.
Mengingat seorang pria yang menjemput teman sekolah Jodhi tadi. Ada apa dengan dirinya, bahkan selama ini dia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun.
Malah bayangan Gwen yang selalu saja hadir, tiap dia lekas dekat dengan seseorang.
Tok tok tok
Abimanyu kaget karena saat dia melamun, terdengar suara ketukan pintu.
"Ini Oma, apa kau sudah tidur?" ucap nyonya Regina yang tengah mengetuk pintu kamar Abimanyu, membuyarkan lamunannya.
Ceklek
Abimanyu membukakan pintu kamarnya.
"Oma, ada apa?"
"Maaf mengganggumu, tapi Oma mau bicara sebentar"
Mereka berdua akhirnya masuk, duduk di ranjang kamar Abimanyu.
"Oma tadi ngobrol sama Jodhi" ucap nyonya Regina memulai percakapan.
"Oma kaget pas dia pulang wajahnya kok pada biru biru begitu".
"Dia cerita kalau sebenarnya dia yang di bully sama teman sekelasnya tadi"
"Dia bilang, rekan sebangkunya ikut bela dia, tapi malah temannya tadi ada yang ngatain kalau teman sebangkunya itu gak ber bapak"
" Teman sebangkunya langsung emosi, langsung deh mereka berlima berkelahi"
Abimanyu mencerna ucapan neneknya itu, "Gak ber- bapak?"
"Dia juga cerita kalau tadi teman sebangkunya ngasih dia bekal"
"Jodhi ceritanya antusias banget"
"Oma senang, Jodhi sekarang lebih mau bicara banyak"
"Sepertinya anak itu membawa dampak positif buat Jodhi" Nyonya Regina sangat senang dengan perubahan yang di tampilkan oleh Jodhi.
Abimanyu masih menerka nerka, apakah yang di maksud Jodhi adalah anak dari wanita itu.
"Bim....Bim!!!" panggil nyonya Regina karena cucunya itu malah bengong.
"Ehh iya Oma" ucap Abimanyu yang baru saja sadar dari lamunannya.
"CK, kamu itu diajak ngobrol malah melamun" Nyonya Regina mendengus kesal.
"Iya Oma, aku juga seneng lihat Jodhi tadi udah mau senyum" ucapnya sambil tersenyum kepada nyonya Regina.
"Oma ingin bertemu anak itu, Jodhi bilang tadi bekalnya enak. Ayam apa gitu namanya"
"Jodhi sampai nyeritain hal itu di ulang ulang terus" Nyonya Regina terlihat senang, cicitnya itu kini sudah lebih baik.
"Ya udah, Oma mau nelpon Rania dulu. Harus di kasih tahu anak itu"
" Oma pergi dulu, dah kamu istirahat" Nyonya Regina meninggalkan Abimanyu yang tengah bergulat dengan pikirannya.
Abimanyu masih di posisinya, "Tidak ber- bapak?, lalu siapa yang tadi jemput, dan pria kasar tempo hari?"
"Arrrrggghhh, kenapa aku sibuk mengurusinya. Bahkan namanya saja aku tidak tahu" ia menggerutu sendiri.
Ia berusaha menepis hal aneh yang terjadi pada dirinya. Tapi makin dihindari, bayangan wajah wanita itu makin mengganggunya.
...🍁🍁🍁...
"Kamu belum tidur Dhir?" ucap Bu Kartika yang tanpa sengaja melihat Dhira tengah duduk termenung di meja makan.
23.12 , angka yang tertunjuk oleh jarum jam dinding bulat di rumahnya itu.
"Belum buk, gak bisa tidur" sahut Dhira.
Bu Kartika menarik kursi di sebelah Dhira, ia menggenggam tangan halus anaknya itu.
"Tadi ibuk sempat bicara sama Raka"
"Ibuk kaget waktu pulang wajahnya kok babak belur begitu"
Dhira memang tak menceritakan hal itu kepada ibunya, namun ia sudah mengatakan hal itu kepada Bastian.
Dhira masih terdiam, mendengar ibunya berbicara.
"Kamu tahu alasan dia kok gelut sama teman sekelasnya?"
Dhira menggeleng pelan.
Bu Kartika mengembuskan napasnya," karena ada yang bilang dia nggak ber bapak" Ucapan Bu Kartika barusan,membuat Dhira menatap ibunya.
Ia tak menyangka jika anaknya itu hanya membela dirinya dari bully teman sekelasnya.
"Dhir, masalah kamu sama Indra dampaknya ke Raka"
"Dan itu gak bisa kamu hindari, ibu juga gak bisa bantu apa apa" ucapnya menepuk tangan anaknya itu.
"Untung Raka itu tabiatnya bagus, ibuk cuma khawatir kalau dia sering dapat bully. Nanti dia berubah jadi anak yang keras"
"Sekolah disana juga mahal, apa sebaiknya gak kamu pindahkan saja?
"Buk" kali ini Dhira angkat bicara. Menyergah perkataan ibunya.
Ia hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, ia sudah merenda sketsa masa depan yang bagus untuk putranya itu.
Salah satunya adalah memasukkan Raka ke sekolah terbaik, agar nantinya mempermudah Raka untuk masuk ke universitas unggulan.
"Dhira bakal kerja keras buk, aku udah minta tolong Bastian buat cariin kerja"
"Apapun demi Raka buk" kali ini Dhira berbicara dengan suara bergetar. Tak mampu lagi menahan segala kesedihan yang ia rasakan.
Andai Indra tak mengkhianati dirinya, mungkin Raka tak akan menanggung hal ini. Tapi malang tak dapat di tolak, untung tak dapat di raih.
Takdir sudah menetapkan dirinya, untuk menjalani hidup yang seperti ini. Raka yang menguping pembicaraan nenek dan mamanya itu, lagi lagi menyusut air mata yang keluar.
Sejurus kemudian, ia kembali ke kamarnya. Memiringkan tubuhnya, sembari memejamkan matanya. Berharap semua ini segera berlalu.
Ia berjanji dalam hatinya, ia akan bersekolah dengan bersungguh-sungguh. Ia ingin melihat mamanya bahagia.
Harus bahagia.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Sofia Pontoh
Semangaat Dhira.. badai pasti berlalu..🥰🤗🙏
2022-11-06
0
momy ida
perselingkuhan dan KDRT adalah awal kehancuran dalam rumah tangga..... dan korban broken home tetaplah seorang anak
2022-09-18
1
Ardaa Almddn
😭
2022-09-14
0