Bab. 2 Mencium Aroma Penghianatan
.
.
.
...🍁🍁🍁...
" Tak banyak inginku, jangan kau ulangi! menyakiti aku sesuka kelakuanmu!"
( Diambil dari lirik lagu Geisha ~ Jika Cinta Dia)
.
.
Dhira sudah menguap beberapa kali dengan mata terkantuk kantuk, menunggu suaminya pulang.
Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 23.17, terlalu malam untuk orang yang bekerja di kantor.
Di menit ke 32, terdengar deru mesin mobil. Jelas itu mobil suaminya.
Ceklek
Bunyi pintu yang di buka oleh Indra.
"Dari mana saja mas, kenapa bisa sampai selarut ini" Dhira tentu saja khawatir, mengingat ini sudah larut malam, bahkan menjelang dini hari.
"Aku kan sudah bilang ada rapat evaluasi" ucapnya kesal.
"Rapat apa jam segini mas, aku tahu aku tidak bekerja. Tapi aku masih tahu jika se lembur - lemburnya rapat tidak akan sampai jam segini"
Dhira mulai meluapkan kekesalannya, ia berhak tahu bukan. Dia istrinya.
"Jadi kamu menuduhku, hah!!" Indra mencengkeram pipi Dhira, membuat bibirnya mengerucut.
Sejurus kemudian ia melepaskan cengkramannya.
"Aku ini capek, pulang kerja selalu saja begini. Minggir!!" Indra menyenggol tubuh Dhira kasar, membuat tubuh wanita itu terhuyung kebelakang.
Dhira lagi lagi mengucurkan air matanya, selama ini tidak ada tempat mengadu untuknya.
Ia pendam semuanya sendirian, ia pergi ke kamar mandi yang berada di belakang.Mencuci kaki dan tangannya, serta membasuh wajahnya.
Menangis disana, untuk mengurangi sesak di dadanya.
Hatinya dipenuhi kesedihan, lagi lagi kejadian malam ini terekam jelas di memori Raka yang mengintip dari balik pintu kamarnya.
Raka beringsut ke lantai, ia menangis. Menyaksikan kedua orang tua yang selalu bertengkar, apalagi saat melihat mamanya menangis, ingin rasanya ia memeluk tubuh mamanya.
Namun selama ini, mamanya selalu bersikap seolah tidak terjadi sesuatu di keluarganya, bahkan masih bersikap baik kepada papanya.
.
.
Andhira membuka pintu kamarnya, menampilkan Indra yang belum tidur dan tengah sibuk dengan ponselnya.Tersenyum senyum sendiri, sambil jarinya asik mengetik huruf demi huruf.
"Belum tidur mas, malam malam begini masih balas email?" tanya Dhira yang tentu saja ingin tahu, siapakah malam malam begini yang menghubungi suaminya.
"Si Reno, anak baru. Minta ijin besok libur" jawabnya singkat kemudian menaruh ponselnya di nakas samping ranjang tempat tidurnya.
"Udah aku capek mau tidur" ia menarik selimut dan berbaring miring membelakangi Dhira.
Hati Dhira begitu sakit, sudah satu bulan ini suaminya tidak menyentuhnya sama sekali. Dia adalah wanita normal yang membutuhkan sentuhan dari suaminya, ia mencoba memejamkan matanya.
Berharap semua ini akan berakhir.
...🍁🍁🍁...
"Sarapan dulu mas" ucap Dhira yang menuangkan segelas susu kepada Indra.
"Aku gak sarapan, udah di tunggu pimpinan" jawab Indra seraya membenarkan letak dasinya.
"Dan aku nanti bakal lembur lagi, yang kemaren belum selesai. Laporannya udah di tungguin"
"Terus aku sama siapa pa?" Raka tentu saja bertanya, karena setiap hari dia selalu bersama papanya jika berangkat sekolah.
"Kamu naik ojol aja dulu, atau nebeng temen kamu bisa kan" Indra berucap dengan santainya.
Andhira sudah sangat tak bisa mengerti jalan pikiran suaminya, pekerjaan macam apa yang membuat waktunya habis.
Saat dia masih bekerja dulu, tidak se sibuk ini. Dimana mana pasti ada time frame untuk bekerja, bukan tanpa aturan seperti ini.
"Kamu bareng om ya, buat mama telepon dulu"
Sebenarnya ada motor di garasi, sebuah motor matic.Namun Dhira tak mengijinkan putranya untuk berkendara sendiri, namun kunci motor juga disimpan oleh Indra.
Membuatnya tak bisa berbuat banyak.
Pukul 06.30 Bastian sampai dirumah Dhira.
"Maaf merepotkanmu lagi" ucap Dhira saat membuka pintu rumahnya.
"Sudah kubilang Raka ini anakku juga kan kak" Bastian tersenyum.
"Yuk Ka kita berangkat" ajak Bastian kepada keponakannya itu.
Setelah mencium tangan bundanya takzim, ia berangkat ke sekolah bersama Om Bastian.
Entah apa jadinya bila tidak ada Om Bastian, sudah tak terhitung berapa kali ia dibantu oleh Om nya itu.
.
.
Saat hendak membereskan kamar tidur, Dhira menemukan sebuah benda di bawah kolong.
Ia mengambilnya," Benda apa ini" ia berbicara sambil membolak-balikkan benda berwarna hitam itu.
Ia terkejut saat membaca merk benda tersebut.
"Tissue Magic Black Parade"
Lebih terkejut lagi saat membaca deskripsi yang tertera di balik kemasan benda itu.
antiseptik yang digunakan untuk membantu meningkatkan stamina pria, membersihkan kulit di sekitar area Mr. P agar tetap higenis ketika berhubungan, serta mengurangi terjadinya disfungsi ******l.
Kali ini Dhira yakin, jika benda ini adalah milik suaminya.Tapi untuk apa dia membeli benda ini, mengingat jika dia jarang berhubungan suami istri dengan Indra.
Pikiran yang tidak tidak makin menumpuk di kepala Dhira, ia menyimpan benda itu di lemarinya.Berniat akan menanyakannya nanti ketika suaminya pulang.
Ia menuju dapur, membuka lemari es ukuran sedang.
Terlihat banyak yang sudah habis, sudah tiga bulan ini dia begitu hemat. Bahkan ia tak sempat membeli make up dan keperluan pribadinya, lantaran Indra memberinya uang yang tidak sama seperti saat dulu dulu.
"Gajiku kepotong"
"Kamu hemat dulu, aku perlu uangnya buat perbaikan mobil"
"Aturan baru telat absen gaji kepotong"
Alasan alasan itu yang terus di kemukakan tiap Indra memberikan dirinya uang belanja.Bahkan kadang dia meminjam uang ke Bastian, lantaran dia memang tak bekerja. Hanya mengandalkan pemberian suami.
Indra pun tak memberi ijin Dhira untuk bekerja, dengan alasan Raka yang lebih penting. Sebagai Istri yang baik ia tentu harus menurut dan taat bukan. Namun agaknya semua itu tak sejalan dengan segala pengorbanannya.
.
.
.
Malam harinya badan Raka panas, ia demam semenjak pulang sekolah tadi. Rupanya dia terkena spike bola voli yang keras dari temannya, yang latihan tadi pagi sewaktu pelajaran olahraga.
Namun Andhira makin panik karena tubuh Raka yang makin menggigil, dan panasnya begitu tinggi. Ia berkali-kali menghubungi suaminya, berniat mengabari dan bisa segera membawa Raka ke Dokter.
Namun nihil, ponsel suaminya malah tak dapat di hubungi.
Ia kembali mengambil air untuk mengompres kening Raka, menyeka ketiaknya, membuka bajunya. Berharap demamnya segera turun.
...🍁🍁🍁...
Apartemen Grand City
Dinginnya AC tak berpengaruh pada dunia manusia yang terlibat gelora panas itu. Ya, dia adalah Indra Tanaya. Suami Andhira.
Tengah bermain api dengan rekan kerjanya yang baru, wanita muda bernama Renata. Wanita yang telah menjadi orang ketiga di biduk rumah tangganya bersama Dhira.
"Ahhhhhh" ucap Indra yang baru saja mencapai ******* dari kegiatannya itu. Mereka saling berpelukan, melepas buncahan gelora bersama.
Menikmati rasa paling memabukkan yang pernah ada, tak peduli itu suami orang atau bukan. Sikat saja!!!
"Mas, aku perlu uang buat suntik collagen. Kamu seneng kan kalau aku cantik" Renata mengusap dada polos Indra.
"Kan kemaren sudah aku kasih 5 juta buat perawatan" Indra membelai rambut gundiknya itu.
"Iya tapi kan kemaren buat rambut sama kuku aja, nanti badanku gimana" Renata memanyunkan bibirnya.
"Kan buat kamu juga mas" ia menempelkan kepalanya di dada Indra.
"Iya besok aku kasih ya, sekarang aku pulang dulu. Udah malam, kemaren Dhira udah curiga sama aku" Indra mencium bibir Renata sekilas.
"Ya udah deh, besok kesini lagi ya mas. Besok kamu libur kan"
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dhira tertidur di kasur anaknya, memeluk anaknya penuh cinta.
Ia terbangun karena mendengar langkah kaki, semenjak menjadi seorang ibu, pendengarannya menjadi sensitif.
"Dari mana saja kamu mas, aku telpon gak bisa. Kamu ini kerja atau kemana sih heh?" ia berhak tahu bukan.
"Kamu ini kenapa sih, tiap aku pulang kerja selalu aja ngomel ngomel. Kamu gak percaya kalau aku kerja?" Indra memarahi Dhira seolah wanita itu yang salah.
"Raka sakit mas, dia demam. Aku gak ada kendaraan dirumah, uangku habis. Kamu belum kasih aku uang belanja, gimana aku gak bingung mas"
Indra hanya diam, uang belanja yang harus dia berikan kepada Dhira sudah lenyap ia berikan kepada Renata. Kekasih gelapnya.
Ia hanya diam, kali ini Dhira benar.
"Gimana Raka sekarang" kali ini ia menurunkan tensi suaranya.
"Kamu lihat sendiri sana" Dhira masih mengatur nafas yang naik turun karena kesal. Ia benar-benar tak bisa menahan emosinya jika sudah menyangkut soal Raka.
Indra membuka kamar Raka, terlihat putranya itu tengah tidur. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Raka.
Masih panas, dan wajah anaknya pucat.
"Dia kena spike keras tadi pas di sekolah" Dhira berdiri di ambang pintu.
"Saking kerasnya dia jadi demam" ucap Dhira yang menyusul Indra ke kamar Raka.
"Besok kita bawa dia periksa, aku capek banget mau istirahat dulu" Indra berlalu dari hadapan Dhira
Dhira hanya bisa memejamkan matanya sambil menarik nafasnya dalam, ia ingin marah. Cairan bening itu lolos begitu saja tanpa seijin darinya.
Bagaimana bisa, suaminya tidak khawatir sama sekali kepada anaknya.
"Kamu istirahat ya nak, besok kita ke Dokter" Dhira mencium kening panas putranya, kemudian menutup pintu kamarnya.
Raka menitikan air matanya, ia mendengar semua percakapan papa mamanya, ia tak bisa tidur karena sekujur badannya nyeri.
Namun ia tak mau terlalu mengeluh, ia kasihan kepada mamanya.
.
.
Dikamar
Indra terlihat mencari cari sesuatu di bawah ranjangnya, ia sudah terlihat segar karena sudah mandi.
"Kami cari ini mas?" Dhira menunjukkan sebuah kotak hitam, alias tissue magic yang ia temukan tadi pagi.
Indra membelalakkan matanya," Kamu yang menemukannya?"
"Untuk apa kamu menyimpan barang itu mas" Dhira menatap tajam Indra.
"Aku ..aku" ia menjadi belingsatan.
"Jawab" kali ini Dhira menaikkan oktaf suaranya.
"Ya untuk kita lah" Indra menjawab spontan.
"Untuk kita?, aku bahkan lupa kapan terakhir kamu menyentuhku mas!" kali ini ia berderai air mata.
Bendungan jebol, membuat air matanya menganak sungai.
"Kami ngaku sekarang, ngaku mas!!! untuk apa kamu beli itu!!!" Dhira sudah sampai pada titik kesabarannya malam itu.
Dhira memukul badan suaminya, meluapkan emosi. Indra seketika memeluk tubuh istrinya yang di kuasai emosi, berharap bisa menenangkan istrinya.
Mengingat ini hampir pagi, tak enak bila para tetangga mendengar keributan mereka. Indra sangat ceroboh, bagaimana bisa barang tersebut tidak dia simpan dengan baik.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Suyatno Galih
gundik,.......wkwkwkwkkw, kt itu lm gak dengar kalimat ini gundik cemceman, bukan gundik ratunya rayap yathor
2024-01-06
0
Tina Nine
ini lah laki laki...kalau di berikan istri akan lebih bermanfaat,mau istri cantik tu perlakukan seprti pelakor biar istri bisa dandan tapi halal g takut dosa.
2022-09-04
1
Andrean Brima
kenapa gk mintak kunci motor nya biar enak antar jemput anak sekolah Raka, biarpun blum d perbolehkan membawa kendaraan ke sekolah memang anak SMP blum d perbolehkan setidaknya Dhira bisa memakai kepentingan bersama anaknya & keperluan lainnya...
2022-09-02
2