Bab 5. Status Baru
.
.
.
...🍁🍁🍁...
Dua bulan sudah hari berlalu setelah kejadian kelam itu, meski belum bisa move on sepenuhnya namun Dhira kini mulai bangkit dari keterpurukannya.
Ia kini tinggal di rumah ibunya, bersama Bastian dan juga Raka tentunya. Raka juga sudah mengerti alasan mengapa dirinya di boyong untuk tinggal di rumah Uti dari pihak ibu.
"Kak ada paket ini" ucap Bastian yang membawa sebuah benda pipih, berbentuk persegi dengan ukuran lumayan besar namun tipis.
"Coba sini" Dhira menghentikan kegiatannya yang tengah membuat kue pesanan, dan mengambil alih benda itu.
"Apa itu Dhir" Bu Kartika yang datang membawa loyang loyang untuk memanggang kue itu, turut bergabung dengan kedua anaknya.
Dhira membuka bungkusan dengan dominasi lakban itu, dengan hati hati.
...SURAT PERNYATAAN CERAI...
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa:
Nama : Indra Tanaya
Tempat/Tanggal Lahir :Jakarta , 28 Oktober 19xx
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama :Islam
Alamat :Jl..xxx
Selanjutnya disebut pihak I
Nama : Andhira Avanti
Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 11 Agustus 19xx
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. xx
Selanjutnya disebut pihak ke-II
Bahwa dengan ini kedua belah pihak, baik pihak I maupun pihak II telah sepakat untuk bercerai atau mengakhiri hubungan sebagai suami istri dan atau kedua belah pihak tidak lagi memiliki hubungan dalam bentuk apapun juga Sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat perceraian ini dibuat atas kerelaan hati kedua belah pihak tanpa paksaan dari siapapun juga untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang Membuat Pernyataan Cerai
Pihak I Pihak II
(Indra Tanaya) (Andhira Avanti)
Saksi Pihak I Saksi Pihak II
1……. 2.…….
©
Surat itu akhirnya datang juga, setelah melalui proses yang menyita waktu dan tenaga, akhirnya selembar kertas yang menunjukkan status barunya sebagai seorang Single Parents itu kini telah berada dalam genggamannya.
Sebuah sertifikasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Status yang ia sandang saat ini, jelas akan tak mudah untuk ia jalani.
Andhira memejamkan matanya seraya menghembuskan nafasnya, ia lega namun juga sedih. 13 Tahun pernikahannya dengan Indra, pria yang menjadi cinta pertamanya kini telah berakhir.
Paketan berisi Akta cerai dan juga surat pernyataan cerai itu, kini ia bawa ke dalam kamarnya. Ia simpan ke dalam lemari pakaiannya.
Ia menatap bayangan dirinya di cermin meja rias besar yang berada di samping lemarinya. " Hidup terus berjalan Dhira, apapun yang terjadi semua harus terlewati. Raka masih membutuhkan kamu" ia berkata kepada bayangan dirinya di cermin.
Selaksa peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, kini ia telan begitu saja. Baginya, hidup adalah tentang hari ini. Dan untuk Raka.
Wajah sembab karena hampir setiap hari menangis, rambutnya yang kusut, kulit kusam karena kurang mendapat perawatan serta baju yang tidak pernah baru.
Baginya sekarang ia harus mencari pekerjaan atau mengerjakan apapun demi sekolah Raka. Ia kini bukan menjadi tulang rusuk lagi, melainkan tulang punggung untuk dirinya sendiri dan juga Raka.
Bu Kartika yang melintas di depan kamar Dhira itu berhenti, kemudian memasuki kamar anaknya yang tidak terkunci itu.
"Yang lalu biarlah berlalu, hidup terus berjalan tak peduli apapun yang terjadi" ucap ibunda Andhira seraya mengusap punggung anaknya yang masih berdiri.
"Kamu harus tegar demi Raka!"
.
.
.
Raka menghampiri mamanya yang tengah berdiri menghadap ke arah luar, dengan jendela yang terbuka malam itu. Menatap nanar keluar jendela dibawah temaram cahaya pendar.
"Mama jangan sedih terus" ucap bocah itu tak bisa menahan perkataan.
Dhira menoleh ke arah Raka, mencoba tersenyum. "Raka, maafin mama belum bisa kasih kebahagiaan buat Raka"
"Tapi Raka harus tahu, mama sayang bahkan sayang sekali sama Raka"
"Ada atau tidak ada papa Raka harus jadi anak yang baik, mama akan terus berjuang buat kamu nak" Andhira memeluk anaknya itu, mencium puncak kepalanya.
Hati Raka nyeri tiap melihat mamanya menangis, ia teramat benci dengan papanya. Apalagi ia tahu, duduk persoalannya adalah wanita lain yang hadir dalam keluarga mereka.
Ia berjanji dalam hatinya akan selalu menjaga mamanya. Dengan tidak terlalu banyak meminta mungkin, bisa menjadi salah satu cara tidak merepotkan mamanya.
...🍁🍁🍁...
Senin pagi ini terlihat kesibukan dirumah Bu Kartika, rumah ukuran sedang dengan banyak tanaman hias di pekarangan rumah. Membuat suasana kian asri dan sejuk.
"Nanti mama yang jemput, sekarang berangkatnya sama om Bas ya" tukas Dhira di depan meja makan.
"Ok ma" ucap Raka di sela selanya menyantap nasi goreng favoritnya.
"Ini kunci motornya, gapapa second dulu. Yang penting bisa dipake" ucap Bastian memberikan kunci sebuah motor matic, mereka kredit di showroom motor bekas.
"Dhir, habis ini kamu buatin pesanan nastar Bu Camat ya" ucap Bu Kartika yang lewat sambil membawa keranjang cucian yang baru saja ia jemur.
"Iya Bu, ibu sudah siapin tepungnya?"
"Udah di sebelah kulkas" ucap Bu Tika dengan suara berteriak, karena saat ini beliau tengah berada di dapur.
"Berangkat dulu ma, Assalamualaikum"
"Walaikumsalam" Dhira mengantar anaknya kedepan.
.
.
"Besok ada yang pesan ayam geprek 50 kotak nak, alhamdulilah kalau begini terus Raka bisa beli sepatu buat tanding voli" ucap Bu Tika yang senang, setidaknya anaknya itu bisa memiliki kesibukan yang bisa membuatnya tak murung lagi.
"Siapa Bu" tanya Dhira sambil membereskan beberapa perkakas.
"Itu ketua yayasan, mau di bawa acara bakti sosial katanya"
"Alhamdulilah,, Bu aku gak enak sama Bastian kalau uang saku Raka terus terusan dia yang kasih"
"Bastian itu adik kamu, sepatutnya die menolong kamu yang memang lagi susah"
"Mumpung dia belum beristri" ucap Bu Kartika menepuk lengan Anaknya.
"Kalau dia udah ada istri, dia gak akan bisa bantu kamu sesering ini"
Bastian telah naik jabatan kurang lebih satu tahun terakhir, karena kinerjanya yang baik dan terbilang cekatan serta disiplin.
Dari semula dia berada di bagian divisi mixing atau pengolahan barang, kini dia dimutasikan ke bagian departemen akuntansi biaya.
Sangat relevan dengan jurusan yang ia ambil sewaktu kuliah, manajemen bisnis dan akuntansi.
Makanya dia berani buat kredit mobil.
Belum juga memiliki kekasih dan memiliki gaya hidup hemat, cermat dan bersahaja. Seperti salah satu poin di Dasa Darma Pramuka saja.
Membuat Bastian bisa menyisihkan uang tabungan, berguna juga untuk dirinya yang bisa membantu kakaknya sewaktu masih tinggal bersama Indra.
.
.
.
"Bas, laporan kamu kemaren suruh revisi kata pak Devan" ucap Satrio yang baru saja lewat sembari membawa secangkir kopi.
"Salah? bukannya udah di lihat pak Abimanyu?"
"Tau tu, dia bilang ke gua kemaren" sahut Satrio.
"Apa pula kau pagi pagi ribut begini" ucap Bang Togar dengan logat bataknya.
"Ini bang, laporan ku salah katanya" ucap Bastian.
"Coba kau crosschek lagi, pak Abimanyu itu teliti betul orangnya"
Setelah ia cek and recheck kembali, ternyata benar mutasi bulan lalu belum ia masukkan dari divisi pengiriman.
"Untung aja dia pas gak lagi badmood, kalau enggak. Kill" ucap Satrio memperagakan gaya memotong leher sembari menggigit lidahnya.
"Sialan Lo!! umpat Bastian pelan sambil tertawa.
"Kirim lewat email aja ke pak Devan, mereka lagi keluar kota. Gak masuk kantor hari ini" Satrio kembali menjelaskan info terupdate seputar keberadaan bos-nya itu.
"Lu ada info job gak" tanya Bastian kepada dua rekan akrabnya itu.
Andhira pernah meminta bastian untuk mencarikan dia pekerjaan, apa saja. Yang penting halal dan masih bisa pulang setiap hari.
"Untuk siapa pula? kau mau keluar apa gimana rupanya? Bang Togar kini menjawab dengan penuh selidik.
"Bukan bang, buat kak Dhira"
"Loh, kenapa kakakmu? bukannya dilarang kerja sama suaminya?" Satrio kini ganti bertanya.
Bastian akhirnya menceritakan kejadian yang menimpa kakaknya itu.
"Andai aku belum dapat si Liliana, mau aku dengan kakakmu itu" jawab bang Togar.
"Bodoh kali si Indra menyia-nyiakan Dhira, menyesal baru tau rasa dia nanti" bang Togar kembali kerkata.
"Tanya aja ke pak Devan, kali aja masih ada bagian yang kosong" Satrio memberi usulan
"Di divisi Produksi minuman biasanya banyak yang keluar masuk tu" Satrio kembali memberikan ide.
"Coba deh nanti aku tanya" jawab Bastian.
"Kau ini Satrio, keluar masuk keluar masuk sudah kayak apa aja" cibir bang Togar
"Kan bener bang, banyak karyawan baru dan banyak karyawan yang gak resign juga. Abang aja yang ngeres otaknya" jawab Satrio
Membuat Bastian tertawa, ia selalu saja tertawa saat bersama dua rekan konyolnya itu.
.
.
.
.
.
Keterangan : © dilansir dari google.
Hay readers terkasih, jangan lupa beri like and comment ya.
Biar author makin semangat berkarya🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Ilan Irliana
pst nnt jodoh ms dpn Dhira itu Abimanyu bos'y Abas...hihi...
2023-08-13
0
Prasetyani
ini novel yg selalu ku tunggu Up-nya... termasuk pling favoritku
2023-04-14
0
Novita
lelaki idaman banget sih Bas...
mau dong kenalan😉😉
2022-09-12
0