Bab 12. Direktur Utama Delta Group
.
.
.
...🍁🍁🍁...
"Kebohongan adalah ketenangan sesaat. Apabila tidak segera di selesaikan, akan menjadi kegelisahan seumur hidup".
Jodhi tengah tertidur di mobil sewaktu mereka on the way menuju rumah besar.
Abimanyu menatap sebuah kotak yang berisi lapis legit pemberian neneknya Raka tadi.
Ingatannya kembali melayang kepada wanita yang menjadi mamanya Raka itu, ia selalu tak bisa menepis sekelebat raut wajah yang seolah enggan pergi dari pikirannya itu.
What's wrong with me?
"Sepertinya dia sangat lelah" ucap Abimanyu menatap keponakannya yang terlelap di dala mobil itu.
"Van bisa lebih cepat, kasihan Jodhi" titah Abimanyu kepada Devan yang tengah berada di depan kemudi.
"Baik Tuan"
.
.
Sesampainya dirumah besar itu, ia membangunkan keponakannya itu dengan pelan.
"Boy, bangun. Udah sampai"
"Euggghhhh" Jodhi melenguh, sambil merentangkan tangannya, meregangkan otot-ototnya yang kaku.
"Lanjut istirahat di kamar gih"
"Udah sampai ya" ucap Jodhi dengan suara parau, khas orang baru bangun tidur.
"Iya, ayok kamu mandi sana dulu terus istirahat" ucap Abimanyu dengan suara penuh kasih sayang.
Mereka lantas turun dari mobil.
"Saya langsung pulang Tuan" ucap Devan yang mengangguk hormat kepada Abimanyu.
"Baiklah, istirahatlah. Terimakasih untuk hari ini"
Abimanyu langsung melenggang memasuki rumah besarnya.
Sementara Devan, masih berdiri disana. Menunggu Bosnya itu menghilang dari balik pintu.
"Kalian baru pulang" nyonya Regina menyambut kedatangan cucu dan cicitnya.
Jodhi langsung melesat menuju kamarnya, sudah pasti lelah karena seharian ini dia mengerjakan soal bersama Raka.
"Ada titipan" Abimanyu menyerahkan sebuah kotak.
"Apa ini Bim" nyonya Regina mencoba membuka kotak itu.
"Lapis legit?" mata nyonya Regina berbinar saat mengetahui isi kotak putih tersebut.
"Dari mana kamu dapat"
"Itu titipan neneknya Raka, teman Jodhi"
"Katanya, beliau biasa dapat orderan kue begitu"
"Tadi kebetulan mereka lagi bikin"
Nyonya Regina langsung mengambil sepotong kue itu.
"Emmmmmmm"
"Emmmmmmm"
"Kenapa Oma?" Abimanyu menatap neneknya itu heran, sebab am em am em.
"Ini enak banget Bim, lapis terenak yang pernah Oma makan"
"Arisan besok, ini kue musti dan harus ada disini"
Karena penasaran ,Abimanyu mencomot satu potong kue itu.
"Emmmm, woow benar. Ini enak banget Oma"
"Sini aku mint..." tangan Abimanyu di tepis oleh nyonya Regina.
"Tidak bisa, ini untuk Oma. Kamu disana pasti sudah makan kan"
Nyonya Regina langsung membawa sekotak kue itu pergi dari sana, benar benar mengkudeta makanan itu.
Abimanyu hanya menggelengkan kepalanya, tentu saja dia kalah.
Padahal, disana dia hanya duduk sebentar. Bahkan bekas dudukannya pun belum juga hangat, Jodhi sudah mengajak pulang.
Ia malah kembali ingat dengan si pembuat kue itu.
"Astaga, kenapa aku ini" ucapnya sambil bangkit dari sofa empuk itu.
...🍁🍁🍁...
Indra
"Kamu yakin?" ucapnya kepada wanita yang menjadi biang permasalahan alias penyebabnya perceraian dirinya dengan Andhira.
"Iya mas, harusnya udah minggu yang lalu aku datang bulan" Renata merengek seolah meminta solusi.
"Kamu tunggu dulu, lagian aku kan selalu pakai c*nd*m kalau lagi sama kamu Ren"
"Ya mana aku tahu mas" Renata seolah tak mau kalah.
Mereka sama sama diliputi kegundahan, harusnya mereka bisa mengantisipasi hal ini.
.
.
Andhira
"Kakak yakin mau cari kerja?" tanya Bastian yang menyantap makan malam di meja makan itu.
"Kalau ada Bas, kamu tahu sendiri umur kakak"
Bastian menghentikan suapannya, menatap kakak perempuan satu-satunya itu.
"Kak, kalau masalah biaya sekolah Raka, aku bisa bantu"
"Kita hadapi bersama-sama"
"Kakak kan pandai buat kue, masak dan orderan juga lagi ramai. Kenapa gak mikir buat usaha aja"
"Raka tanggung jawabku Bas, kamu udah bantuin aku selama ini"ucap Dhira tersenyum getir, mengingat adiknya itu sudah membantunya cukup banyak.
"Kamu perlu nabung, siapa tahu beberapa waktu kedepan kamu ketemu sama jodohmu" ucap Dhira tak kalah seriusnya.
"Dan kalau buka usaha, jujur aku belum PD"
Bastian segera menyelesaikan makan malamnya, sejurus kemudian ia meneguk air putih di gelas itu hingga tandas.
"Nih ya kak, memerdekakan diri itulah yang baik" ucapnya kini lebih serius.
"Berdiri di kaki sendiri itu sangat lebih baik dan menyenangkan kak"
"Kalau masalah modal, kakak bisa pakai tabunganku dulu"
"Ya gak seberapa sih, tapi insyaallah cukup"
"Kita cari lokasi dulu, kalau bisa yang dekat jalan"
"Biar orang gampang nemuinnya"
"Terus kita bangun tempat kecil dulu disana"
Dhira tampak mempertimbangkan saran adiknya itu, tak bisa di pungkiri menjadi seorang orang tua tunggal mengharuskan Andhira untuk berfikir lebih keras.
Ia tahu, ibu dan adiknya selalu membantunya. Tapi bagaimanapun juga Raka adalah tanggungjawabnya.
"Kakak pertimbangkan dulu Bas, jujur kakak gak punya bakat di dagang sebenarnya"
"Kak, witing tresno jalaran soko kulino"
"Lagipula aku gak rela kalau kakak kerja ikut orang"
"Kenapa?" Dhira bertanya.
"Kakak itu cantik, banyak kucing garong diluaran" ucapnya sambil berdiri, seraya menggunakan tangannya untuk menambah bahasa tubuhnya.
"Wraaaauuuuwww" ucapnya menirukan gaya kucing.
"Dasar kamu" Andhira melempar lap meja makan itu, ke arah Bastian.
Membuat Bastian segera mengelak, menghindar serta berlari kecil untuk kabur
Membuat mereka kini saling tertawa ,meski sudah berada di tempat yang tidak dekat.
"Dah ah, aku mau ke kamar Raka dulu" ia meninggalkan kakak perempuannya disana.
Andhira masih bergeming di meja makan seorang diri, masih termenung.
mengulas ucapan adiknya barusan, tak mungkin baginya untuk sekedar dekat dengan laki laki.
Luka yang di torehkan Indra benar-benar dalam, ia merasa masih trauma untuk sekedar dekat dengan laki laki.
Ia mencintai Indra, bahkan pria yang menjadi mantan suaminya itu adalah cinta pertamanya.
Tapi tabiat asli Indra seolah muncul di tahun tahun pernikahannya, yang memasuki tahun ke 10.
Andhira merasa bahwa cinta nyatanya tidak cukup kuat untuk menjadi pondasi rumah tangganya.
Ia menjadi menangis kembali, tatkala mengingat rekam jejak hidupnya.
Perlakuan menyakitkan Indra, apalagi jelas jelas ia menangkap basah perzinahan suaminya dengan wanita ****** itu.
Tangisnya makin pecah mengingat keadaan dirinya saat ini, menyedihkan bukan?
Belum lagi sejumlah ibu ibu yang pagi tadi, menggosipkan dirinya.
Mampukah dia?
...🍁🍁🍁...
"Boy, kamu di antar mas Bagus ya hari ini"
"Memangnya kamu mau kemana Bim" nyonya Regina bertanya, sambil mengoleskan selai cokelat ke roti Jodhi.
"Aku ada acara sama Wisanggeni dan Dananjaya" ucap Abimanyu yang sudah siap dengan pakaian kantornya.
"Gos Bagos" teriak nyonya Regina.
"Saya Nyonya besar" Bagus datang dengan tergopoh-gopoh, memenuhi panggilan majikannya.
"Kamu siap siap, Jodhi sama kamu berangkatnya" ucap nyonya Regina kepada supirnya itu.
"Baik nyonya" Bagus lantas pergi untuk menyiapkan kendaraan.
"Mau ada acara apa?" Nyonya Regina menarik kursi, turut mengikuti sarapan dengan cucu dan cicitnya.
Sementara Jodhi lebih sibuk dengan kegiatan makannya, tak berminat untuk sekedar basa basi dengan dua orang di meja makan itu.
Obrolan yang membosankan, menurutnya.
"Mau sidak ke Bank yang ada di bilangan Seroja" ucapnya sambil mengoles selai ke roti tawar.
"Wisang sama Danan berkompeten untuk hal itu, punya dua sahabat cerdas sayang kalau gak di manfaatkan" ucap Abimanyu tersenyum.
"Kamu ini"
"Mereka juga belum ada yang menikah?" Kini nyonya Regina ganti bertanya, sambil memasukkan potongan roti ke dalam mulutnya.
"Menikah belum, tapi kawin udah" ucapnya tapa tedeng aling-aling"
"Bim" ucap nyonya Regina menatap tajam Abimanyu, memperingati cucunya bahwa di meja tersebut masih ada bocah ingusan.
Abimanyu menutup mulutnya, menyadari ada yang salah dengan yang barusaja dia ucapkan.
"Aku sudah selesai, mas Bagos yok berangkat" uhcapan Jodhi seolah tak mendengar yang dibicarakan ayah Abinya itu.
.
.
.
Wisanggeni dan Dananjaya adalah dua orang sahabat Abimanyu, berusia sama dengan dirinya.
Hanya saja mereka tergolong orang yang menggunakan gaya hidup free for life, uang yang banyak serta memiliki tahta tak membuat mereka kebingungan.
Bisa di katakan mereka adalah Casanova kelas kakap.
"Siapkan dirimu untuk lebih tegas, kalau bisa babat habis pegawai yang malas" ucap Wisang, seorang pria berwajah oriental itu nampak tak pernah berbasa-basi dalam tindakannya.
"Tikus kantor memang gak akan pernah jera, makin banyak trik dan alasannya" kali ini Danan yang berbicara.
Danan adalah sahabat Abimanyu yang memiliki kepribadian jenaka, sekaligus playboy ulung.
Wajahnya yang tampan, kantong yang tebal. Jelas membuat wanita wanita disana tak akan menolak.
"Setialah dengan uangku, tidak ada hati disini" bisa jadi itu slogan hidup Danan untuk wanita wanita pemuas kesenangannya.
...BANK CENTRAL SEROJA...
Adalah nama salah satu Bank , yang dimiliki oleh keluarga Aryasatya.
Keluarga Aryasatya memiliki beberapa anak cabang yang tersebar di seluruh kota. Termasuk kota J sebagai kantor pusatnya.
"Baiklah, sebaiknya kita mulai" ucap Abimanyu memberikan perintah.
...🍁🍁🍁...
Indra
Indra dengan langkah gontai melangkahkan kakinya malas, pagi ini ia yang bertugas sebagai kepala bagian operasional musti bergerak sigap.
Lantaran tuntutan dari atasannya, yang menjadi kepala cabang di BANK CENTRAL SEROJA ( BCS), membuatnya beberapa hari ini repot.
Tak tanggung-tanggung, Indra bahkan disuruh untuk membuat laporan fiktif seputar laporan bulanan.
Penurunan devisit secara drastis jelas membuat Abimanyu harus menyelidiki apa penyebab persoalan di salah satu cabangnya.
Tugas utama dari jabatan yang diemban oleh Indra adalah Menyusun anggaran atau rencana kerja pada bidang operasional.
Ia makin panik tatkala semua rekan dan atasannya tengah berdiri rapi, berjejer dengan wajah pias.
"Ada apa?" tanya Indra bertanya kepada Dini, seorang rekannya.
"Gawat!!" bisiknya sambil memasang wajah takut.
"Kenapa?" tanya Indra tak sabar.
"Cabang kita lagi kena sidak, Tuan Abimanyu yang kesini langsung" bisiknya perlahan.
Siapa Abimanyu?, ia terlalu bodoh, tak pernah mau tahu tentang seluk beluk dari perusahaan yang menaungi pekerjaannya.
Terlalu sibuk dengan kekasih gelapnya, membuat dia tak memiliki knowledge yang cukup terkait petinggi kerajaan yang bisa saja membuatnya terancam sewaktu waktu.
Yang dia perlukan hanya masuk kerja, dan mendapat bayaran setiap bulannya.
Tentunya untuk kesenangan hidupnya, bahkan ia sampai membuat hidup Andhira bak di neraka.
Terlihat tiga orang penuh kharisma, yang keluar dari ruangan berpintu putih. Disusul dengan atasannya Pak Roger, selaku kepala cabang.
Ia mengidentifikasi satu persatu tiga wajah asing yang muncul dari balik pintu itu, satu orang tinggi tegap tampan berwajah oriental, kemudian satu orang mengenakan jas dan terlihat bersorot mata tajam, kemudian satu orang dengan wajah penuh kharisma, berwajah tampan khas pria Asia dan terlihat tak asing baginya.
Tapi dimana dia pernah bertemu?
Kemudian pandangan terakhir, ia layangkan kepada seorang yang dia kenal yaitu Pak Roger.
Pria berusia setengah abad itu nyaris tak memiliki rona diwajahnya, jelas menggambarkan bila dirinya dalam masalah.
Lebih buruknya, mereka juga tidak tahu bila hari ini akan ada kunjungan dari orang orang itu.
"Baiklah sepertinya semua sudah datang" ucap pria yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi.
Pria yang ia rasa pernah ia jumpai, wajah yang tak asing.
"Perkenalan saya Abimanyu Aryasatya, mungkin dari kalian sudah ada yang tahu"
"Mungkin ada yang belum" ucapnya sembari mengabsen setiap wajah wajah takut di kantor itu.
"Ya benar, saya adalah Direktur Utama Delta Group"
"Ini Wisanggeni" ucapnya memperkenalkan orang di samping kanannya yang berwajah oriental.
"Dan ini Dananjaya, kami akan melakukan audit mendadak hari ini"
Terangnya membuat semua yang di sana makin terkejut.
"Saya ingin kalian berikan laporan kalian per Minggu ini, semua transaksi dan semua laporan dari semua divisi"
"Saya tunggu" ucap seorang berwajah oriental itu.
"Astaga, pria itu adalah...." ia menatap seraya membatin.
Ia ingat dengan suara yang di dengarnya barusan.
Dan parahnya, ia pernah terlibat kejadian tak menyenangkan dengan pria itu.
Tak disangka, pria itu adalah orang yang mencekal tangannya, sewaktu dirinya hendak menampar wajah Dhira di sekolahan Raka.
Ia buru buru menundukkan wajahnya saat melewati barisan para petinggi itu, ini adalah hal buruk untuk dirinya.
Oh tidak, jika Abimanyu tahu Indra adalah karyawannya. Bisa jadi ini akan menjadi akhir dari riwayatnya di BCS.
.
.
.
.
.
Follow Author di
Fb : Fitria Ermila Yessi
Ig : Fitria Ermila Yessi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Tina Nine
g sempet makan lo oma,sempatnya pandang pandangan..😅
2022-09-04
0
Fathin Auliya
karma segera datang untuk indra
2022-08-10
0
Memyr 67
ahhh, indra pengecut. cowok pengecut gitu kok dicintamati ma dhira. cewek payah, dhira.
2022-08-08
0