Bab 9. Berteman
.
.
.
...🍁🍁🍁...
Jelang siang mereka baru selesai membahas kejadian pagi itu. Setelah wali murid dari Chiko and the geng keluar, menyisakan Andhira, Abimanyu serta pak Jajat dan Bu Retno di ruangan itu.
"Kami mohon maaf pak, kami sangat menyesal" Bu Retno tentu takut dan merasa tak enak hati kepada Abimanyu. Terang saja, ia tahu siapa Abimanyu.
Ia tengah berhadapan dengan orang penting dan membawa pengaruh besar bagi sekolahnya itu.
"Saya tidak mau hal ini terulang lagi, dengar baik baik!!" ucap Abimanyu penuh penekanan.
Membuat Andhira menatap interaksi meraka dengan bertanya-tanya.
Siapa sebenarnya orang itu Dhira membatin seraya menatap Bu Retno yang berbicara dengan pria itu.
Ia bak kambing congek disana, merasa kecil dan tak memiliki nilai penting selain sebagai wali murid, dari siswa yang membuat masalah pagi ini.
Abimanyu adalah donatur tetap di sekolah itu, dan Jodhi adalah cucu dari keluarga Aryasatya.
Bu Retno dan pak Jajat bisa menarik kesimpulan dari interogasi kelima siswa tadi, jika Chiko lah yang sengaja membuat keonaran pagi ini.
Dhira memberanikan dirinya untuk berucap, setelah pria tampan nan kaya itu selesai berbicara dengan Bu Retno.
"Maaf Bu, saya mau bertemu dengan Raka sebentar. Bisa?" Andhira sengaja tak pulang dulu karena ingin meminta waktu sebentar, untuk bertemu anaknya.
"Bisa Bu, mari" ucap Bu Retno berjalan keluar bersama pak Jajat.
"Tunggu dulu" ucap Abimanyu kepada Dhira, berhasil menghentikan langkahnya yang sudah bersiap untuk keluar dari ruangan itu.
"Iya" ucapnya bingung.
"Kita ketemu lagi" Abimanyu tersenyum ke arah Dhira, bermaksud menyapa wanita itu.
Dhira tertegun, aroma pria itu benar-benar mahal. Ia menjadi minder seketika.
"Iya tuan, tapi maaf saya harus segera menemui anak saya" ucapnya sungkan.
Ia merasa tak nyaman dan tentu saja minder.
"Baiklah ayo kita kesana bersama, aku juga ingin menemui Jodhi"
"Jodhi?" apa itu anaknya tadi" batin Dhira bermonolog.
.
.
.
Berhentilah mencari teman, bila sudah tidak sanggup saling menghormati.
Kata kata itu sangat cocok untuk Chiko and the geng, ia tidak tahu tengah berhadapan dengan siapa.
"Panggilan di tujukan kepada Raka Chandrakanta dan Jodhistira Mavendra siswa kelas 7A, harap ke kantor. Terimakasih" suara sound di dalam kelasnya itu membuat dua bocah itu melangkahkan kakinya, menuju kantor.
Rupanya disana sudah ada orang tua dari Raka juga Jodhi.
"Silahkan Bu, kami tinggal dulu" ucap Bu Winda selaku wali kelas mereka berdua.
Dhira mengajak anaknya untuk duduk di kursi sebelah timur, sedikit menjauh dari keberadaan Abimanyu.
"Kamu ini kenapa bisa begini" Dhira memegang bahu Raka.
"Mama kecewa sama kamu Raka" mata Dhira memanas, ia tak pernah berharap anaknya melakukan hal seperti itu.
Ia melupakan emosi yang ada di hatinya saat ini. Ia sudah susah, mengapa Raka malah berbuat seperti ini. Ia takut kalau kejadian ini, akan mempengaruhi sekolah anaknya itu.
"Maaf ma" ucap Raka menunduk, andai mamanya itu tahu alasan dibalik dirinya menyerang bocah gendut itu.
Abimanyu menatap percakapan lirih keduanya, yang masih bisa di dengar oleh telinganya. Sejumput rasa iba kembali memasuki relung hati Abimanyu.
Wanita itu menghadapi hidup yang tak mudah pikirnya. Samar-samar ia masih bisa mendengar percakapan kedua orang di seberang sana. Dan tanpa sengaja, ia menguping.
"Tolong Raka, kamu jangan buat masalah lagi. Mama susah payah agar kamu bisa bersekolah disini"
"Mama gak ingin nanti kamu kena masalah, terus keluar dari sekolah ini"
"Cuma kamu harapan mama satu satunya nak" kini Dhira membawa Raka ke dalam dekapannya, ia bahkan sudah menangis.
Abimanyu tiba tiba menjadi kepo melihat reaksi wanita yang tengah menangis itu. Hatinya mendadak trenyuh.
Tapi, tunggu dulu. Mengapa dia ikut cemas?
Oh no!!!
Ibu mana coba, yang sanggup melihat anaknya terluka seperti itu. Ia sebenarnya kasihan melihat luka luka di wajah Raka.
"Apa sakit?" ucapnya setelah melepas pelukannya.
Raka mengangguk dengan mata berkaca-kaca.
.
.
Sementara Jodhi dan Abimanyu hanya duduk saling berhadapan, namun wajah Jodhi berpaling ke lantai putih itu, memandangnya terpekur.
"Apa ada masalah lain?" ucap Abimanyu.
Jodhi masih terdiam.
"Kamu bisa bercerita kepada ayah, mereka akan mendapatkan bagiannya nanti" Abimanyu mencoba berdiplomasi dengan keponakannya itu.
"Tapi tolong jangan seperti ini, ayah tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu sama...." ucapnya menguap ke udara.
"Aku ga papa, udah biasa juga kok begini" Jodhi selalu ketus. Hak itu terjadi, lantaran manifestasi dari kesibukan orang-orang terdekatnya. Bocah itu haus perhatian.
Abimanyu menghembuskan nafasnya, sulit sekali membangun komunikasi yang wajar dengan bocah di depannya ini.
"Baiklah, kalau ada apa apa hubungi ayah. Dan ingat, nanti ayah menjemputmu" Abimanyu mengacak rambut lurus Jodhi.
Sejurus kemudian dia pergi dari sana, kembali ke kantornya. Sementara Jodhi ia melihat Raka yang di peluk oleh mamanya. Hatinya iri melihat hal itu.
...🍁🍁🍁...
Mereka mengikuti pelajaran hingga bel tanda pelajaran usai, membuat isi kelas tersebut berangsur sepi.
Chiko dan gengnya bahkan terlihat pulang dulu, sambil memegangi wajahnya yang terasa nyeri.
"Gak pulang?" tanya Raka kepada Jodhi yang masih duduk.
"Gak, males!!"
"Gak di cariin sama orang tua nanti?" Raka kembali bertanya bak seorang reporter.
"Gak ada yang nyari" Ucapnya kali ini lebih kaku.
Raka akhirnya tak melanjutkan pertanyaannya lagi.
Jodhi melirik Raka yang terlihat mengganti baju seragamnya, dengan baju olahraga.
"Ngapain ganti?" kini gantian Jodhi yang bertanya.
"Jadwal latihan" sahut Raka.
"Prepare buat dua bulan lagi" ucapnya kini melipat seragam sekolah, kemudian menjejalkannya ke dalam tas ransel hitam miliknya.
Sejurus kemudian, Raka mengeluarkan tas tempat bekal berwarna hijau, kemudian membukanya. Ia mengeluarkan dua buah kotak makan berwarna tosca dan warna oranye, dengan dua botol air mineral dan dua kotak susu coklat berenergi.
Jodhi mengernyitkan dahinya, ia heran. Apakah teman sebangkunya itu mau piknik.
"Ini untukmu" ucap Raka mengangsurkan kotak makan berwarna tosca plus botol dan susunya.
"Untukku?" alis Jodhi kini makin bertautan, karena keheranannya makin bertambah.
"Eeemmm" Raka mengangguk mantap.
"Aku sengaja membawakannya untukmu, hari ini mama masak banyak"
"Ayam geprek, pesanan orang. Tapi masih sisa banyak, jadi sekalian aja aku bungkus"
Jodhi hanya terpekur menatap kotak warna tosca itu. Itu adalah kali pertamanya ia mendapat sambutan hangat dari orang lain yang menyandang kata, teman.
Raka menjadi ragu, apakah teman sebangkunya itu gak level makan makanan begitu ya, ia lupa jika bentangan perbedaan kasta jelas menjulang diantara mereka
"Kalau kau gak mau ak..." ucapan Raka menguap ke udara.
"Terimakasih" ucap Jodhi segera menyambar dan membuka kotak makan itu, melahapnya dengan cepat, cenderung rakus.
Sesekali mengibaskan tangannya ke mulutnya karena kepedesan. Raka tersenyum. Anak yang unik pikirnya, tak bisa di tebak.
"Glek glek glek" ia meneguk air di botol plastik itu hingga tandas.
"Ahhhhhh" ia mengusap mulutnya.
Raka yang juga tengah menikmati bekalnya itu merasa senang, ia menggelengkan kepalanya , tersenyum melihat tingkah Jodhi.
"Ini enak, apa tadi namanya?" Jodhi berucap seraya mengelap keringat di dahinya, benar benar pedas.
"Ayam geprek" ucap Raka degan mulut penuh setelah memasukkan suapan terakhirnya.
"Masih gak pulang?" Raka kembali bertanya, sambil membereskan kotak kotak makanan itu.
"Aku ikut kamu"
.
.
.
Jodhi menjadi penunggu tas di samping lapangan voli itu, duduk di kursi khusus penonton.
Melihat Raka dan anak anak dari kelas lain yan tergabung dalam tim voli itu, tengah melakukan warming up atau pemanasan.
Ada sekitar 16 anak laki laki dan 15 anak perempuan plus dua orang guru yang melatih.
"Kamu disini?" ucap seorang gadis yang juga memakai kaos olahraga.
"Lintang" ucapnya mengulurkan tangan.
Jodhi menatap tangan putih bersih gadis di sampingnya itu
"Jodhi" ucapnya kaku, meraih tangan gadis cantik itu.
"Kamu ikut voli juga?"
Jodhi menggeleng," enggak" kali ini dia mencoba tersenyum.
"Terus ngapain disini?" Lintang mulai memasang sepatu, kemudian mulai mengikat tali sepatunya.
Jodhi memandangi Lintang, yang tengah sibuk dengan sepatunya. Sepertinya dia juga tergabung di tim Voli.
"nemenin Raka"
Lintang tersenyum ke arahnya," kamu beruntung bisa berteman sama Raka".
"Aku kesana dulu ya" gadis ceria dan energik itu sejurus kemudian berlari meninggalkan dirinya yang masih terdiam.
Rupanya benar, Lintang adalah salah satu anggota tim voli putri.
Tanpa terasa ia menyunggingkan senyum, sehari ini ia sudah berteman dengan dua orang.
Benar benar pencapaian yang luar biasa, tak pernah ia seperti ini.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Nissa Zidna
owh ini toh ceritanya org tua Jodi sma raka..aku udah bca crita raka sma Jodi yg udah dewasa
2022-09-11
1
Nazka Aditya
lihat Raka jadi inget Reka...anaknya kombes wiratama yuda...🤭🤭🤭
apa kabar ya sekarang...
2022-08-20
6
hìķàwäþî
kl kyk gt trus.. 6 bln ud kenal 360 org...
wkwkwk.. gabut gw..
2022-08-12
1