Gerimis turun membasahi bumi membuat udara dingin menyelimuti malam yang sunyi. Setelah bercerita untuk melepaskan kegelisahan hatinya, Aileena pun berbaring di samping Khanza yang telah terlelap lebih dahulu.
Dalam kesunyian, pikiran Aileena menerawang ke masa yang akan datang. Apakah ia hanya akan hidup berdua saja dengan buah hatinya? Sebab ia sudah tidak memiliki siapa pun di dunia ini. Kedua orang tuanya telah berpulang kehadirat yang Kuasa.
Ah, dalam keadaan seperti ini, ia jadi teringat pada sang ibu mertua yang begitu baik padanya. Lebih tepatnya, mantan ibu mertua. Ayah mertuanya pun sama. Mereka menyayangi Aileena layaknya putri kandungnya sendiri. Begitu pula adik perempuan Adnan. Adnan begitu beruntung pikirnya. Sebab ia masih memiliki keluarga yang lengkap, sedangkan ia , hanya sebatang kara.
Tidak, ia tidak sebatang kara lagi. Ia kini memiliki seseorang yang harus ia jaga. Pelita hatinya. Penyemangat hidupnya.
"Aku tak boleh lemah. Aku tak boleh cengeng. Ada my baby yang membutuhkanku." gumam Aileena seraya menyunggingkan senyum. "Besok kita akan mencari rumah baru ya sayang. Setelah itu, kita beresin barang-barang kita. Kamu mau kan temenin bunda memulai lembaran hidup baru? Kamu harus kuat, ya sayang. Bunda mohon, teruslah sehat karena kamu adalah pelita dalam hidup bunda."
...***...
Sedangkan di tempat lain, seorang pria tampak sedang termenung meratapi nasibnya. Baru saja siang tadi ia kehilangan Aileena dan sore ini ia kehilangan keluarganya. Ia tak menyangka, perbuatannya membuat orang tua serta adiknya murka. Bahkan mereka terang-terangan menolak kehadiran Delima meskipun mereka tau kalau Delima sedang mengandung buah hatinya. Darah daging orang tuanya juga. Tapi mereka menolak keras dan tak segan-segan mengusir dirinya dan Delima. Akibatnya, ia dan Delima terpaksa menginap di hotel terlebih dahulu. Barulah besok ia akan mencari rumah untuk mereka berdua.
Adnan tampak merenung, benarkah keputusannya? Benarkah pilihannya? Bila benar, mengapa hatinya merasa kosong? Mengapa hatinya merasa hampa? Mungkinkah ia akan bahagia dengan pilihannya itu?
"Aileena ..." lirih Adnan.
Beberapa jam yang lalu,
"Eh, Nan, kok tumben kamu kemari tidak mengajak Aileena?" tanya Santi, ibu Adnan.
"Iya kak, Rere kangen sama mbak Ai, kok nggak sama-sama kak Ai sih? Terus, bukannya dia itu pembantu di rumah mbak Ai ya? Kok malah kak Adnan ajak kemari?" cecar Rere penasaran.
"Ma, Adnan sudah bercerai dengan Aileena." ucap Adnan seraya tertunduk.
"Apa?" seru Santo dan Rere bersamaan.
"Apa-apaan kau ini, Nan? Mengapa kalian sampai bercerai, hah?" bentak Santi.
"Oh, jangan-jangan, karena perempuan ini? Karena itu kakak bawa perempuan ini kesini, iya kak?" sergah Rere.
"Dia bukan pembantu dek, dia calon kakak ipar kamu karena kakak akan segera menikahinya." sergah Adnan tak terima Delima disebut pembantu. "Ma, Aileena yang memilih bercerai padahal Adnan tidak berniat menceraikannya. Padahal Adnan sudah memberikannya pilihan yang terbaik. Delima sedang hamil anak Adnan. Adnan sudah bilang ke Ai, kalau dia tetap akan jadi istri pertama Adnan. Adnan juga sudah mengatakan akan membuat anak Adnan dan Delima jadi anaknya tapi Ai tetap tidak terima dan dia lebih memilih bercerai." ujar Adnan menceritakan permasalahannya secara singkat.
Wajah Santi dan Rere memerah. Tangan mereka mengepal kuat. Rahang mereka pun sudah bergemeletuk menahan emosi yang membuncah.
"Dasar anak kurang aj*r, tak tau diri, kau pikir Aileena akan memaafkanmu dan menerimamu kembali setelah kau mengkhianatinya seperti itu, hah? Bila mama di posisi Aileena pun pasti mama akan melakukan hal yang sama."
"Dan kau, dasar wanita jal*ng, tak tau diri, tak tau malu, tak tau diuntung, tak tau terima kasih. Anjing saja takkan mengigit tuannya, tapi kau ..." tunjuk Rere dengan air mata sudah mengalir di pipinya, "Kau dan anakmu sudah ditolong mbak Ai, tapi kau malah mengkhianatinya dengan meniduri suaminya. Apa kau merasa hebat dan bangga bisa menghancurkan rumah tangga mbak Ai, heh? Apa kau merasa hebat dengan hamil anak kakakku? Apakah benar bayi dalam kandunganmu itu adalah darah daging kakakku?" Rere berdecih sinis.
"Re, hentikan! Kau tak berhak menghakimi Ima. Dia memang hamil anak kakak jadi tidak ada alasan bagi kakak untuk tidak menikahinya." bentak Adnan. Beruntung, Nanda sedang tertidur lelap, jadi ia tidak mendengar teriakkan-teriakkan ketiga orang itu.
"Kau yang tutup mulutmu anak tak tahu diri. Sampai kapanpun papa takkan merestui kalian. Terserah dia mau hamil anak kamu atau bukan. Tapi mulai sekarang, kau bukan anak kami lagi. Kau bukan bagian dari rumah ini, keluarga ini. Pergi dari rumah ini dan jangan menginjakkan kaki kotormu lagi di sini." bentak Andreas, ayah Adnan yang baru saja pulang ke rumah.
"Pa ..." bentak Adnan.
"Oh, kau sudah berani bicara dengan nada tinggi pada kami? Apa yang sudah disuguhkan perempuan jal*ng ini padamu hah sehingga kau jadi kurang ajar begini?"
"Dia bukan jal*ng, pa! Dia wanita baik-baik. Dia calon istri Adnan." bela Adnan.
"Wanita baik-baik mana yang mau tidur dengan suami orang lain?" sinis Santi. "Hanya seorang jal*ng yang mau tidur dan mengandung benih pria yang merupakan suami orang lain tanpa ikatan yang sah. Dan tak ada wanita baik-baik yang mengkhianati orang yang sudah menolongnya." sinis Santi telak membuat Adnan terdiam.
"Sekarang, pergi dari rumah ini kami sudah tidak sudi mempunyai anak seorang bajing*n seperti kamu. Dan kami juga tak sudi memiliki menantu seperti dia." usir Andreas.
"Mas ..." lirih Delima. "Aku nggak mau pergi."
"Oh, kamu berani membuka suara juga rupanya." sinis Santi.
"Mas, aku sedang hamil, aku capek, aku mau istirahat. Nanda juga." Delima merengek di lengan Adnan.
Membuat Santi, Andreas, dan Rere berdecih sinis.
"Jangan kau pikir dengan kau merengek seperti itu, kami akan menerimamu wanita mur*han. Tak usah banyak drama, segera angkat kaki dari sini sebelum kami panggil bagian keamanan untuk menyeret kalian keluar." pungkas Santi membuat Adnan tak dapat berkata lagi dan berjalan keluar dari rumah itu. Begitu pun, Delima, ia mengikuti langkah Adnan keluar dari rumah itu dengan wajah masam.
Setelah kepergian Adnan dan Delima, tangis Santo dan Rere pecah. Ia tak menyangka rumah tangga anaknya dan Aileena akan berakhir seperti ini. Mereka sangat menyayangi Aileena sebab Aileena wanita yang baik hatinya, lembut tutur katanya, sabar, dan penyayang. Mereka benar-benar tak menyangka, anaknya, putra kesayangannya lebih memilih seorang perempuan murahan untuk menjadi pendamping. Walaupun mereka menginginkan cucu, tapi mereka tidak terima bila Adnan memperolehnya dengan cara tak beradab seperti itu. Terlebih dengan menyakiti hati wanita sebaik Aileena.
...***....
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
sukurin , lgam laki kbykn picek buru nafsu msti turun kasta. tp lnagka loh kel suami bs baik k mantu/ipar
2024-12-27
0
Ririn Nursisminingsih
rasain kau adnan keluarganya. kereen udah usir adnan
2025-03-13
0
Dewa Rana
kadang santo kadang andreas. gimana sih thor
2024-11-02
0