Semakin lama, semakin dekat dengan kebenaran namun
semakin dekat juga dengan ketakutanku. Kian lama waktu berlalu semakin sering
posisiku digantikan olehnya dan semakin lama juga tubuhku dikuasainya, hanya
masalah waktu saja sampai aku dihilangkan dari dunia ini. Tapi sebelum aku
menghilang aku ingin bertemu dengan Luce.
Tia berusaha mengalihkan pembicaraan, ia berusaha
menutupi sesuatu yang tidak boleh sampai aku ketahui. Ku sadar semakin lama ku
berdebat dengannya pada akhirnya pasti sia – sia, mengingat sifatnya yang
sangat keras kepala. Udara dingin mulai menyelimuti kami, sinar mentari tlah
tergantikan oleh sinar rembulan sebagai saksi mata perjuanganku.
Kupalingkan wajahku dan beranjak menjauh dari Tia.
Beberapa menit kemudian Hpku bergetar dari kantongku, saat ku lihat tertera 28
panggilan masuk dari Rio dan Ria. Kujawab panggilan dari Rio sambil berjalan
mencari taksi untuk pulang, ku terus berjalan sambil memberitauku tempatku
berada hingga langkahku dihentikan oleh seseorang yang berdiri tepat didepanku.
“Halo? Lean? Hey lean kau disanakan? Kenapa kau
berhenti bicara?”
Ku terdiam saat melihatnya, walau kegelapan
menyelimuti suasana kota ini tapi dengan sedikit cahaya rembulan kini aku yakin
dia adalah Luce.
“LUCE!!!”
“gawat! Lean, hey lean? Kau dengar tidak? Jangan
coba – coba kau dekati gadis itu! Hey lean!”
Suara Rio dari Hpku tak terdengar sama sekali,
pikiran dan pandanganku berfokus pada Luce, kegelisahan yang selama ini
menghantuiku menghilang tanpa jejak, ku berlari tanpa beban yang menghalangiku
lagi dalam hati kuberteriak “Akhirnya tiba juga saat ini.” Nampaknya Luce juga
menyadari kehadiranku, ia berdiri dengan tangan terbuka sambil tersenyum
padaku, dengat erat kupeluk dirinya untuk meyakinkan kembali bahwa ini bukan
mimpi. tiba – tiba aku ditarik kebelakang, saat ku lihat ternyata ia adalah
Rio, sebelum aku memberontak Ria langsung memukulku dan membuatku pingsan
seketika, Rio pun menggendongku dan membawaku ke mobilnya.
“Aku tak akan serahkan sahabatku padamu, dasar
iblis palsu.” Rio melirik gadis itu dengan sinis dan langsung bergegas
meninggalkannya bersama Ria dan Lean yang tak sadarkan diri. Dari kejauhan nampak
ia sedang tersenyum dengan lebar sambil melihat kami.
Kubuka mataku cahaya bola lampu beranjak masuk ke
dalam kesadaranku, tiba –tiba saja aku ada di sofa ruang tamuku, terdengar
suara langkah kaki mendekat dengan perlahan.
“eh udh sadar kau lean. Ini aku bikinin the
hangat, sama kurma kalau lagi bingung makanan manis emng paling cocok.”
“oh iya Rio makasih, ngomong2 kenapa aku bisa ada
dirumah? Seingatku aku kan ada ditaman sama kau dan Ria. Ria juga kemana?”
sambil meneguk teh buatan Rio
“ tadi saat di taman tiba – tiba kau pingsan, jadi
aku sama Ria bawa kamu pulang, kalau Ria baru aja pulang tadi soalnya dirumah
Cuma ada adiknya sendirian.”
“oh gitu a.” kumakan salah satu kurma itu tanpa
bicara lagi, namun sesaat kurma itu masuk kemulutku entah mengapa pipiku
langsung dibahasi air mata. Sekilas, hanya sekilas ku teringat sesuatu saat
bersamamu, dan pastinya Luce yang kumaksud. Hadiah pertama darimu adalah sebuah
kurma kau memberikannya karena tau kalau aku tidak suka kurma saat kecil itu.
Kau bersikeras memaksaku memakannya, dan saat itulah mengapa aku jadi sangat
suka kurma. Sekarang aku pecaya Memang cinta dapat mengubah segalanya.
“kau kenapa Lean? Kok menangis?”
“entahlah….aku tidak mau membahasnya.” Sambil
mengusap air mataku
“Rio, menurutku sekaranglah waktu yang tepat untuk
memberi tau semuanya, tentang kenapa kau dulu bersama Luce sebelum menghilang,
kenapa kau dulu menghilang tanpa alasan? Kenapa jauhkan aku dari Tia dlu? Dan
terakhir kenapa kau sembunyikan keberadaan Luce dariku? Kau pikir aku dpt
dengan mudahnya melupakan kejadian tadi malam?”
“seperti yang aku bilang dulu, Lean. Kau jangan
pernah dekati Tia dan Gadis yang mirip Luce itu. Aku berulang kali
memperingatimu tapi kau tak pernah mendengarkanku.”
Kemarahanku langsung memuncak, ku hempaskan
cangkir yg ku genggam ke sampingku sampai hancur.
“ternyata selama ini kau dalang dari
segalanya,Lean. Aku kecewa padamu, kau tak pantas menjadi sahabatmu lagi, PERGI
KAU DARI KEHIDUPANKU !”
“aku tak peduli apa yang kau pikirkan tentangku,
lean. Apapun yg terjadi kau akan tetap ku anggap sebagai sahabat terbaikku, aku
tau kau tidak akan mempercayaiku tapi tolong jangan dekati 2 orang itu. Selamat
tinggal wahai kawanku.” Rio pergi meninggalkanku sendirian
Aku kembali duduk dan menenangkan pikiranku,
keesokan harinya aku berencana pergi ke kota dimna aku melihat Luce kemarin
malam, aku terus mencari tanpa kenal lelah sampai harapan itupun menghampiriku.
Kedua mataku ditutupi dengan tangan lembut dan mungil dan kudenger suaranya
“Tebak siapa hayoo?”
“Luce?”
Iapun menarik tangannya dan memandangku dengan
senyumannya yang manis.
“Hai, lama tak jumpa ya, Lean. Terakhir kita
bertemu saat masih kecil ya. Sudah berapa tahun itu.”
Aneh. Satu kata itu sekilas muncul dalam
pikiranku, padahal kata diriku yang masih SMA ia sudah kembali bertemu Luce
saat itu.
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments