Episode 12 - Kurma

Semakin lama, semakin dekat dengan kebenaran namun

semakin dekat juga dengan ketakutanku. Kian lama waktu berlalu semakin sering

posisiku digantikan olehnya dan semakin lama juga tubuhku dikuasainya, hanya

masalah waktu saja sampai aku dihilangkan dari dunia ini. Tapi sebelum aku

menghilang aku ingin bertemu dengan Luce.

Tia berusaha mengalihkan pembicaraan, ia berusaha

menutupi sesuatu yang tidak boleh sampai aku ketahui. Ku sadar semakin lama ku

berdebat dengannya pada akhirnya pasti sia – sia, mengingat sifatnya yang

sangat keras kepala. Udara dingin mulai menyelimuti kami, sinar mentari tlah

tergantikan oleh sinar rembulan sebagai saksi mata perjuanganku.

Kupalingkan wajahku dan beranjak menjauh dari Tia.

Beberapa menit kemudian Hpku bergetar dari kantongku, saat ku lihat tertera 28

panggilan masuk dari Rio dan Ria. Kujawab panggilan dari Rio sambil berjalan

mencari taksi untuk pulang, ku terus berjalan sambil memberitauku tempatku

berada hingga langkahku dihentikan oleh seseorang yang berdiri tepat didepanku.

“Halo? Lean? Hey lean kau disanakan? Kenapa kau

berhenti bicara?”

Ku terdiam saat melihatnya, walau kegelapan

menyelimuti suasana kota ini tapi dengan sedikit cahaya rembulan kini aku yakin

dia adalah Luce.

“LUCE!!!”

“gawat! Lean, hey lean? Kau dengar tidak? Jangan

coba – coba kau dekati gadis itu! Hey lean!”

Suara Rio dari Hpku tak terdengar sama sekali,

pikiran dan pandanganku berfokus pada Luce, kegelisahan yang selama ini

menghantuiku menghilang tanpa jejak, ku berlari tanpa beban yang menghalangiku

lagi dalam hati kuberteriak “Akhirnya tiba juga saat ini.” Nampaknya Luce juga

menyadari kehadiranku, ia berdiri dengan tangan terbuka sambil tersenyum

padaku, dengat erat kupeluk dirinya untuk meyakinkan kembali bahwa ini bukan

mimpi. tiba – tiba aku ditarik kebelakang, saat ku lihat ternyata ia adalah

Rio, sebelum aku memberontak Ria langsung memukulku dan membuatku pingsan

seketika, Rio pun menggendongku dan membawaku ke mobilnya.

“Aku tak akan serahkan sahabatku padamu, dasar

iblis palsu.” Rio melirik gadis itu dengan sinis dan langsung bergegas

meninggalkannya bersama Ria dan Lean yang tak sadarkan diri. Dari kejauhan nampak

ia sedang tersenyum dengan lebar sambil melihat kami.

Kubuka mataku cahaya bola lampu beranjak masuk ke

dalam kesadaranku, tiba –tiba saja aku ada di sofa ruang tamuku, terdengar

suara langkah kaki mendekat dengan perlahan.

“eh udh sadar kau lean. Ini aku bikinin the

hangat, sama kurma kalau lagi bingung makanan manis emng paling cocok.”

“oh iya Rio makasih, ngomong2 kenapa aku bisa ada

dirumah? Seingatku aku kan ada ditaman sama kau dan Ria. Ria juga kemana?”

sambil meneguk teh buatan Rio

“ tadi saat di taman tiba – tiba kau pingsan, jadi

aku sama Ria bawa kamu pulang, kalau Ria baru aja pulang tadi soalnya dirumah

Cuma ada adiknya sendirian.”

“oh gitu a.” kumakan salah satu kurma itu tanpa

bicara lagi, namun sesaat kurma itu masuk kemulutku entah mengapa pipiku

langsung dibahasi air mata. Sekilas, hanya sekilas ku teringat sesuatu saat

bersamamu, dan pastinya Luce yang kumaksud. Hadiah pertama darimu adalah sebuah

kurma kau memberikannya karena tau kalau aku tidak suka kurma saat kecil itu.

Kau bersikeras memaksaku memakannya, dan saat itulah mengapa aku jadi sangat

suka kurma. Sekarang aku pecaya Memang cinta dapat mengubah segalanya.

“kau kenapa Lean? Kok menangis?”

“entahlah….aku tidak mau membahasnya.” Sambil

mengusap air mataku

“Rio, menurutku sekaranglah waktu yang tepat untuk

memberi tau semuanya, tentang kenapa kau dulu bersama Luce sebelum menghilang,

kenapa kau dulu menghilang tanpa alasan? Kenapa jauhkan aku dari Tia dlu? Dan

terakhir kenapa kau sembunyikan keberadaan Luce dariku? Kau pikir aku dpt

dengan mudahnya melupakan kejadian tadi malam?”

“seperti yang aku bilang dulu, Lean. Kau jangan

pernah dekati Tia dan Gadis yang mirip Luce itu. Aku berulang kali

memperingatimu tapi kau tak pernah mendengarkanku.”

Kemarahanku langsung memuncak, ku hempaskan

cangkir yg ku genggam ke sampingku sampai hancur.

“ternyata selama ini kau dalang dari

segalanya,Lean. Aku kecewa padamu, kau tak pantas menjadi sahabatmu lagi, PERGI

KAU DARI KEHIDUPANKU !”

“aku tak peduli apa yang kau pikirkan tentangku,

lean. Apapun yg terjadi kau akan tetap ku anggap sebagai sahabat terbaikku, aku

tau kau tidak akan mempercayaiku tapi tolong jangan dekati 2 orang itu. Selamat

tinggal wahai kawanku.” Rio pergi meninggalkanku sendirian

Aku kembali duduk dan menenangkan pikiranku,

keesokan harinya aku berencana pergi ke kota dimna aku melihat Luce kemarin

malam, aku terus mencari tanpa kenal lelah sampai harapan itupun menghampiriku.

Kedua mataku ditutupi dengan tangan lembut dan mungil dan kudenger suaranya

“Tebak siapa hayoo?”

“Luce?”

Iapun menarik tangannya dan memandangku dengan

senyumannya yang manis.

“Hai, lama tak jumpa ya, Lean. Terakhir kita

bertemu saat masih kecil ya. Sudah berapa tahun itu.”

Aneh. Satu kata itu sekilas muncul dalam

pikiranku, padahal kata diriku yang masih SMA ia sudah kembali bertemu Luce

saat itu.

- Bersambung -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!