Air terus mengalir, umur terus bertambah, daun
berjatuhan, dinginnya malam menyelimuti keheningan ini, kutatap langit penuh
bintang dan cahaya, penuh harapan untuk dapat terus melangkah bersama
kebahagiaan yang rapuh ini. Sambil mengenang indahnya waktu bersamamu saat hari
itu, dimana tak ada beban, tak ada hukum, namun hanya ada kebersamaan yang
terus termakan oleh kejamnya waktu.
Tiba – tiba terlihat sesosok bocah mungil duduk
disebelahku dan bertanya dengan polosnya.
“ Apa yang kakak lakukan sendirian dimalam ini?
Enggk dingin?”
“tidak ada apa – apa kok.” Sambil mengacak – acak
rambut bocah itu
“siapa namamu, dek?” tanyaku
“Aku sistia kak.” Jawab bocah itu sambil berlari
menjauh dariku, nampaknya ia ingin bermain kejar – kejaran denganku
“Ayo kak, sini!”
tak sadar
karena gelap, tiba – tiba ada cahaya yang muncul mengarah pada sistia, ternyata
ia ada di tengah jalan dan ada mobil dengan kecepatan tinggi menuju kearah
Sistia, dengan bergesas aku berlari dan melompat untuk menyelamatkannya dari
maut. Detik – detik kematian telah terlewat dengan kondisi kami berdua selamat,
Sistia beranjak berdiri tiba – tiba ia menangis dan meminta maaf berulang –
ulang, saat aku coba tuk bangun, kakiku terasa sangat perih dan dingin,
ternyata sesaat ku sentuh ada bercak darah bercucuran dari pergelangan kaki ku,
mungkin ini Cuma luka biasa karena tadi aku mendarat diantara kerasnya jalan
yang penuh bebatuan.
Sepasang cahaya semakin besar dari arah jalan, aku
berdiri dan segera mengamankan Sistia dari dajalan dengan darah terus
bercucuran tanpa henti. Suara klakson mobil terdengar, ku berbalik badan dan
ternyata aku melihat Rio. Saat melihatku Rio langsung membawaku ke rumah sakit
terdekat bersama Sistia yang terus meinta maaf karena penyesalannya. sambil
menunggu hasil pemeriksaan Rio pergi mengantarkan Sistia untuk pulang, ternyata
Rio kenal dengan Sistia bahkan lumayan akrab dengannya. Setelah kembali dari
mengartarkan Sistia, Rio mengantarkan aku pulang. Dalam perjalanan Rio hanya
terdiam tak berkata atau bertanya apapun padaku kebetulan aku juga tidak mau
membahasnya.
Sesampainya dirumah Rio mengantarku sampai masuk,
dan disaat aku memasuki rumahku. Jeng..jeng
“Selamat ulang tahun, Lean.” Tiba – tiba suara
gemuruh itu membuatku kaget dan bingung, terlihat wajah – wajah mereka
tersenyum melihatku kaget, pertama aku bingung siapa mereka ini.
“Selamat ulang tahun,Lean. Maaf aku mengundang
mereka kesini, ini adalah teman sekelas kita saat di SMA dulu, yah mungkin kau
tidak mengingatnya tapi kuharap setelah pertemuan ini kau dapat sedikit
mengingatnya kembali.” Kata rio sambil menepuk bahuku
Tapi diantara orang – orang itu terlihat Ria
sedang asyik makan kue – kue, walaupun ia anak orang kaya tapi kalau urusan
makan ia jagonya, anehnya entah kemana perginya semua lemak itu badannya bisa
tetap terjaga walau makan banyak. Setelah mengetahui kehandiranku Ria perlahan
menghampiriku, dan berkata.
“Selamat ulang tahun, Lean. Oh iya ini adalah
hadiahku.” Menyerahkan Rio kepadaku
“apa maksudnya Ria?” tanya ku dengan bingung
“ya ini, hadiahku untukmu adalah pelaku yang
menyembunyikan penamu.” Sambil menahan tawanya dibelakang Rio
“memang tak ada yang bisa kusembunyikan dari orang
jenius sepertimu.” Jawab Rio dengan muka pasrah
Rio pun mengembalikan Penaku sambil minta maaf
tanpa memberitau alasannya berbuat seperti itu, saat kuterima pena itu Ria pun
langsung berpamitan kepadaku untuk pulang, ia berkata adiknya sedang sendirian
dirumah dan itu buatnya khawatir, tapi sebelum Ria pergi aku meminta satu
permintaan untuknya, yaitu membantuku mencari Luce. Dengan cepat Ria menolak
permintaanku tanpa alasan jelas.
Pintu mulai tertutup dan aku terjebak dalam
belenggu yang biasa disebut pesta ultah ini, malam yang panjang pasti menantiku
sekarang, dengan pasrah ku ikuti alur yang dibuat oleh Rio, dari awal sampai
akhir tak ada satupun ingatan yang kembali muncul saat bertemu dan bercerita
bersama mereka semua, sesudah pesta terlewati aku pergi ke balkon untuk
menenangkan pikiran dan mencari jawaban kenapa Ria tidak bersedia membantuku,
tiba – tiba Rio muncul dan berkata
“Ria memang seperti itu orangnya, dia tidak akan
mau membantu orang lain kecuali jika ia merasa mendapatkan imbalan berupa
kesenangan saja.”
“terus kenapa ia membantuku mencari penaku yang
hilang ya?”
“Entahlah dia memang misterius.”
Keesokan harinya aku melihat Ria sedang duduk
membaca komik di bawah pohon, aku mendekatinya dan kembali meminta bantuannya
namun ia tetap menolak dengan cepat, setelah mendapat penolakan untuk kedua
kalinya aku mulai menghapus harapanku untuk meminta bantuan ke Ria. hingga
pertemuan saat itu terjadi,
“Kak Ria, ini bekalmu ketinggalan.” Kalimat itu
terucap dari mulut seorang bocah yang tak asing bagiku
“oh iya, Sitia. Makasih ya.” Sambil menepuk rambut
itu
“ohh….Sistia ternyata.”
“lho kakak !”
Kami berdua langsung kaget saat bertemu kembali,
ternyata Sistia adalah adik dari Ria walau mereka bukan anak kembar tapi mereka
memiliki kesamaan yaitu keras kepalanya yang minta ampun. Ria bertanya kok bisa
kenal aku kenal dengan adiknya, pertama aku coba untuk mengatakan jika aku
kebetulan bertemu dengannya ditaman, tapi Sistia malah menceritakan yang
sebenarnya pada Ria karena aku takut sampai Ria mengetahui kalau Sistia
mengalami kejadian buruk karenaku.
Namun kekhawatiranku sia – sia Ria malah berterima
kasih padaku, dan ia bersedia membantuku mencari Luce dengan catatan ia harus
memberitau segala petunjuk yang berhubungan dengan Luce. Tanpa ragu ku
keluarkan Smartphone Luce dari kantongku, setelah di lihat dan baca beberapa
pesan disana dan berkata ini belum cukup, setelah terpikir aku keluarkan pena
yang dulu pernah hilang itu walau isinya masih ½ ia langsung bisa menebaknya dan berkata.
“ok, aku tau dia dimana sekarang. Yang jelas ini
sangat beresiko besar, bahkan kau takkan dapat mengatasinya sendiri.”
Aku berusaha menyakinkannya kalau aku bisa sendiri
tapi Ria malah menjawab.
“kalau kau bersikeras untuk sendiri, maka aku
takkan memberitaumu kebenarannya, paling tidak cobalah mencari teman yang mau
membantumu sebanyak 4 orang laki – laki.”
“KENAPA KAU TIDAK MENGIZINKANKU PERGI SENDIRI? INI
MASALAHKU AKU TAK MAU MELIBATKAN SIAPAPUN DIDALAMNYA, MENGERTILAH SEDIKIT
TENTANG PERASAANKU YANG TELAH KUPENDAM PULUHAN TAHUN INI?”
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments