Aku duduk termangu
dalam kekacauan, kulihat langit layaknya kaca dalam diriku tetesan air mulai
turun menghapus semua air mataku. Kupikir aku sudah 1 langkah lebih dekat, tapi
apa ini? Sudah hampir 1 bulan aku tak mendapat kabar dari Rio sejak hari itu.
Sekarang aku kehilangan 2 orang terpenting dalam hidupku, aku sudah mulai muak
dengan penantian tiada henti ini.
Kesunyian ini kian
lama semakin menebal, entah apa yang harus kulakukan sekarang. Sudah tak
tersisa lagi warna dalam hidupku. Kujalani hari – hari ini walau sangat sepi,
kuberangkat ke kampus naik taksi seperti biasa, satu – satunya yang dapat
menemaniku sekarang hanyalah pesan – pesan masa laluku bersama Luce. Setibaku
di kampus seluruh perhatianku tertuju pada retakan layar smartphone ini. Tak
kuat menahan semua rasa ini kuputuskan tuk mengakhiri semua hari – hari tiada
arti ini.
Kupergi ke sungai
lera yang terkenal kedalamannya, aku bermaksud tuk membawa semua kenangan ini
kedasar air tuk selamanya, tak ada lagi yang tersisa dalam hidup ini. Saat aku
melangkah mendekati akhir hidupku tiba – tiba saja ada seorang gadis terjatuh
tepat mengenaiku dari jembatan atas, saat kulihat, ia tak sadarkan diri dengan
pipi yang penuh dengan tetesan air mata. Lagi – lagi rasa simpatiku terhadap
orang lain terus menghantuiku, ku angkat dan kubawa ia ke rumah sakit terdekat.
Kucoba menghubungi setiap kontak dalam Hpnya namun tak ada satupun jawaban,
karena tak ada lagi yang bisa kulakukan akhirnya ku kembali pulang dengan rasa
penasaran, mengapa ia bisa terjatuh dari atas jembatan itu.
Seiring berjalannya
waktu rasa penasaran itu mulai memudar dan menghilang dalam benakku, hari –
hari kulalui dengan tenang tapi ada satu hal yang tidak biasa, akhir – akhir
ini entah mengapa aku sering merasa ada yang selalu mengikutiku diam – diam. 1
minggu telah berlalu, kesabaranku mulai memuncak kujebak penguntit itu lewat
gang – gang sempit dan berhasil kukecoh dengan mudah.
Terlihat sosok gadis
berkerudung putih dengan pakaian islami yang terlihat elegan, membuatku tak
asing lagi, setelah mata kami saling bertatapan akhirnya aku sadar, ia adalah
gadis yang pernah jatuh dari jembatan itu.
“siapa namamu?”
“aku….” Wajahnya mulai memerah dan terlihat jelas
sedang menghindari tatapan mataku
“aku?.....kamu kenapa? Kamu sakit? Kamu kenapa?”
aku mulai kebingunan dengan keadaan ini aku mau mengecek suhu tubuhnya tapi
bagaimana caranya kan bukan muhrim, saat aku sedang bergelud dengan pikiranku
gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum sambil berkata
“Aku mencintaimu, Lean !”
Aku hanya diam tak berkata – kata namun tak terasa
air mataku sudah mulai berjatuhan, mungkin karena melihat senyumannya yang
mengingatkanku pada Luce.
“sebenarnya aku ingin mengatakannya lebih cepat,
tapi saat kulihat dirimu kau selalu terlihat seperti gelas yang akan pecah jika
aku sentuh. Maaf aku mengatakannya dengan egois, tapi aku hanya ingin kau tau
perasaan yang telah kupendam selama 3 tahun ini, lean.”
“tu-tunggu dlu, tenang ok? Tenang. Bukankah kita
baru bertemu sekitar seminggu?” kupegang
kedua bahunya dan berusaha tuk menenangkannya, namun saat ia kembali tenang
kulepaskan kedua tanganku dengan sedikit lega. Namun rasa lega itu langsun
berubah, tetesan air mata mulai membasahi pipinya
“o-ok, sekarang sudah jelas semuanya. Kau masih
menunggu Luce ya Lean?”
Setelah itu ia pergi dengan air mata yang
bertaburan di langit – langit. Kepergiannya meninggalkan tanda tanya besar
dalam benakku, siapa dia? kenapa dia bisa mencintaiku? Kenapa dia bisa
mengenalku selama 3 tahun? Kenapa aku tak mengenalnya? Apakah aku melupakannya?
Dan yang paling penting Kenapa dia mengenal Luce?
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments