Episode 3 - Sepasang mata

Aku duduk termangu

dalam kekacauan, kulihat langit layaknya kaca dalam diriku tetesan air mulai

turun menghapus semua air mataku. Kupikir aku sudah 1 langkah lebih dekat, tapi

apa ini? Sudah hampir 1 bulan aku tak mendapat kabar dari Rio sejak hari itu.

Sekarang aku kehilangan 2 orang terpenting dalam hidupku, aku sudah mulai muak

dengan penantian tiada henti ini.

Kesunyian ini kian

lama semakin menebal, entah apa yang harus kulakukan sekarang. Sudah tak

tersisa lagi warna dalam hidupku. Kujalani hari – hari ini walau sangat sepi,

kuberangkat ke kampus naik taksi seperti biasa, satu – satunya yang dapat

menemaniku sekarang hanyalah pesan – pesan masa laluku bersama Luce. Setibaku

di kampus seluruh perhatianku tertuju pada retakan layar smartphone ini. Tak

kuat menahan semua rasa ini kuputuskan tuk mengakhiri semua hari – hari tiada

arti ini.

Kupergi ke sungai

lera yang terkenal kedalamannya, aku bermaksud tuk membawa semua kenangan ini

kedasar air tuk selamanya, tak ada lagi yang tersisa dalam hidup ini. Saat aku

melangkah mendekati akhir hidupku tiba – tiba saja ada seorang gadis terjatuh

tepat mengenaiku dari jembatan atas, saat kulihat, ia tak sadarkan diri dengan

pipi yang penuh dengan tetesan air mata. Lagi – lagi rasa simpatiku terhadap

orang lain terus menghantuiku, ku angkat dan kubawa ia ke rumah sakit terdekat.

Kucoba menghubungi setiap kontak dalam Hpnya namun tak ada satupun jawaban,

karena tak ada lagi yang bisa kulakukan akhirnya ku kembali pulang dengan rasa

penasaran, mengapa ia bisa terjatuh dari atas jembatan itu.

Seiring berjalannya

waktu rasa penasaran itu mulai memudar dan menghilang dalam benakku, hari –

hari kulalui dengan tenang tapi ada satu hal yang tidak biasa, akhir – akhir

ini entah mengapa aku sering merasa ada yang selalu mengikutiku diam – diam. 1

minggu telah berlalu, kesabaranku mulai memuncak kujebak penguntit itu lewat

gang – gang sempit dan berhasil kukecoh dengan mudah.

Terlihat sosok gadis

berkerudung putih dengan pakaian islami yang terlihat elegan, membuatku tak

asing lagi, setelah mata kami saling bertatapan akhirnya aku sadar, ia adalah

gadis yang pernah jatuh dari jembatan itu.

“siapa namamu?”

“aku….” Wajahnya mulai memerah dan terlihat jelas

sedang menghindari tatapan mataku

“aku?.....kamu kenapa? Kamu sakit? Kamu kenapa?”

aku mulai kebingunan dengan keadaan ini aku mau mengecek suhu tubuhnya tapi

bagaimana caranya kan bukan muhrim, saat aku sedang bergelud dengan pikiranku

gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum sambil berkata

“Aku mencintaimu, Lean !”

Aku hanya diam tak berkata – kata namun tak terasa

air mataku sudah mulai berjatuhan, mungkin karena melihat senyumannya yang

mengingatkanku pada Luce.

“sebenarnya aku ingin mengatakannya lebih cepat,

tapi saat kulihat dirimu kau selalu terlihat seperti gelas yang akan pecah jika

aku sentuh. Maaf aku mengatakannya dengan egois, tapi aku hanya ingin kau tau

perasaan yang telah kupendam selama 3 tahun ini, lean.”

“tu-tunggu dlu, tenang ok? Tenang. Bukankah kita

baru bertemu sekitar seminggu?”  kupegang

kedua bahunya dan berusaha tuk menenangkannya, namun saat ia kembali tenang

kulepaskan kedua tanganku dengan sedikit lega. Namun rasa lega itu langsun

berubah, tetesan air mata mulai membasahi pipinya

“o-ok, sekarang sudah jelas semuanya. Kau masih

menunggu Luce ya Lean?”

Setelah itu ia pergi dengan air mata yang

bertaburan di langit – langit. Kepergiannya meninggalkan tanda tanya besar

dalam benakku, siapa dia? kenapa dia bisa mencintaiku? Kenapa dia bisa

mengenalku selama 3 tahun? Kenapa aku tak mengenalnya? Apakah aku melupakannya?

Dan yang paling penting Kenapa dia mengenal Luce?

 - Bersambung -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!