Episode 6 - Hilang

Semakin dingin ditengah hujan ini cahaya mentari

mulai meredup, perlahan tetesan air menyentuh tanah, membuatku mengingat

tentangmu lagi, tak tergapai, tak terhenti, tak bisa dipahami aku hanya dapat

melihat dan menunggunya sampai reda dan biarkan mentari menghapusmu jejakmu

begitu saja. Tanpa petunjuk, tanpa wujud, semuanya langsung sirna, Hilang dari

segalanya.

Sesudah aku mengusap air mataku terdengar suara

ketukan pintu buatku penasaran, kubuka pintu itu dan ternyata ada Tia

dibaliknya dengan keadaan basah kuyup karena diluar sedang hujan. Kubergegas

lari mengambil handur dan menyuruhnya masuk tapi ia hanya terdiam. Tetesan air

terus menetes dari dagunya, apakah itu hanya air hujan? Atau air mata yang

ditutupi air hujan?. Saat ku bertanya sekali lagi alasannya datang ia menatapku

dengan wajah pucatnya dan iya, sekarang aku yakin itu air mata. Tia langsung

berlari dan memelukku dengan erat seakan aku hendak pergi meninggalkannya.

Tangisannya terdengar jelas walau ditengah hujan

ini, disetiap tangisnya ia memanggil namaku berulang kali.”LEAN!LEAN! LEAN!

LEAN!.” Aku selimuti dia dengan handuk dan kubawa masuk, duduk didepan perapian

di ruang tamuku. Genggamannya padaku tak bisa dilepaskan bahkan jika aku

menariknya dengan paksa, ia terlihat begitu ketakukan sambil menggenggang

pergelangan tanganku dengan tangannya yang bergetar ketakutan. Kuputuskan untuk

duduk disebelahnya sampai ia kembali tenang. Kusuruh ia ganti baju tapi menolak

dengan keras untuk melepaskan genggamannya, dengan berbagai keputusan akhirnya

ia ganti baju dengan aku yang membelakanginya dengan mata yang tertutup.

Sesudah ganti pakaian ia kembali menggenggam

pergelangan tanganku dengan ketakutan, kubawa dia kembali keruang tamu untuk

menghangatkan tubuhnya, dengan aku bersamanya.

15 menit telah berlalu…..genggamannya mulai

longgar dan akhirnya terlepas saat ku pandang wajahnya ia ternyata tertidur

dengan pipi yang dibasahi air mata. Kubaringkan ia disofa kan kuselimuti dia

sambil bertanya kepada diriku, apa yang sebernarnya ia rasakan saat melihatku

karena bisa sampai seperti ini?.

Dunia terus diselimuti kegelapan tanpa setitik

cahaya dimanapun, air terus berjatuhan mengisi kekosongan jalan di depan

rumahku, hujan dan perasaanku mulai synchron dalam irama kesedihan yang menusuk

hatiku dengan dinginnya.

Dari ruang tamu terdengar gaduh kucoba tuk

memeriksa ternyata Tia sudah terbangun, setelah melihatku ia tersenyum dan

memelukku lagi, “Lean! Aku tau kau tidak akan meninggalkanku sendirian lagi

kali ini. Pasti.” Karena Tia sudah mulai tenang aku mengajaknya berbicara

dengan perlahan.

Iapun bercerita tentang kehidupan di SMAnya

bersamaku dengan Rio dan bersama dengan Luce juga, inilah yang membuatku kaget,

ternyata saat SMA aku sudah berhasil bersama dengan Luce lagi, penantianku

ternyata terbalaskan. Tia menjelaskan juga tentang perasaannya padaku itu mulai

tumbuh diantara ikatan persahabatan kita berempat, namun sebelum Tia membuat

rencena menembakku aku sudah bergerak terlebih dahulu untuk menembak Luce di

malam hari ditaman, kabar itu terdengar sampai Tia, karena kesal Tia berencana

mencelakakan Luce agar Lean bisa dimilikinya, ia menaiki sepeda motor dan

hendak menabrak Luce ditaman sebelum Lean tiba….berhubung saat malam Tia tidak

bisa melihat dengan jelas tapi ia berhasil menabrak satu orang sampai

terpental, setelah di dekati ternyata yang ia tabrak adalah Lean yang sedang

menanti Luce, dengan segera Lean di bawa kerumah sakit terdekat dan dirawat

disana. Satu minggu berlalu Lean sudah kembali sembuh total namun ia harus

pulang kampung menuju keluarganya karena ia menderita amnesia dan anehnya

amnesia ini hanya membuatnya lupa tentang masa – masa SMAnya. Setiap kali Tia

menjenguk Lean terasa ada yang menangis dalam hatinya. Tia selalu bercerita dan

bercanda gurau dengan Lean, namun Lean hanya membalas dengan senyum palsu

seakan Lean tidak pernah mengenal Tia. Sebulan kemudian tanpa berpamitan Lean

pergi ke kampung halamannya.

Beberapa tahun kemudian Tia mendengar tentang

kabar Lean dari Rio, bahwa ia melihat Lean di kampusnya, tanpa pikir panjang

Tia langsung menuju Kampus Rio untuk bertemu Lean. Karena peraturan yang ketat

melarang orang luar masuk, Tia memutuskan untuk membuntuti Lean untuk beberapa

hari ini, mata mereka sering saling bertatapan tpi ttp Lean menggapnya, hanya

orang asing.

Disitulah perasaan putus asa Tia terlahir dan

membuatnya ingin bunuh diri dijembatan, namun saat bunuh diri ia tak melihat yg

dibawah hanya melompat dari atas, sampai Lean menangkap dan menyelamatkan Tia.

Hal itu membuat Tia semakin tak tahan untuk merelakan Lean. Tia hanya ketakutan

lean hilang tanpa kabar, tanpa alasan, tanpa ingatan, ingatan tentang mereka.

Setelah bercerita Tia memegang tanganku dengan

lembut dan meminta maaf atas apa yang ia lakukan kepadaku, setelah mendengarkan

semua itu emosiku langsung memuncak dan melempar genggaman tangannya sambil

berkata. “Aku bisa saja memaafkanmu atas apa yang sudah kau lakukan padaku,

Tapi aku tidak akan pernah memaafkanmu karena sudah mencoba mencelakai Luce!

Sekarang pergi kau!” Tia hanya bisa menangis dan pergi meninggalkanku sambil

bergumam “Ini semua karena kau, Luce. Lihat saja pembalasanku.”

- Bersambung-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!