Semakin dingin ditengah hujan ini cahaya mentari
mulai meredup, perlahan tetesan air menyentuh tanah, membuatku mengingat
tentangmu lagi, tak tergapai, tak terhenti, tak bisa dipahami aku hanya dapat
melihat dan menunggunya sampai reda dan biarkan mentari menghapusmu jejakmu
begitu saja. Tanpa petunjuk, tanpa wujud, semuanya langsung sirna, Hilang dari
segalanya.
Sesudah aku mengusap air mataku terdengar suara
ketukan pintu buatku penasaran, kubuka pintu itu dan ternyata ada Tia
dibaliknya dengan keadaan basah kuyup karena diluar sedang hujan. Kubergegas
lari mengambil handur dan menyuruhnya masuk tapi ia hanya terdiam. Tetesan air
terus menetes dari dagunya, apakah itu hanya air hujan? Atau air mata yang
ditutupi air hujan?. Saat ku bertanya sekali lagi alasannya datang ia menatapku
dengan wajah pucatnya dan iya, sekarang aku yakin itu air mata. Tia langsung
berlari dan memelukku dengan erat seakan aku hendak pergi meninggalkannya.
Tangisannya terdengar jelas walau ditengah hujan
ini, disetiap tangisnya ia memanggil namaku berulang kali.”LEAN!LEAN! LEAN!
LEAN!.” Aku selimuti dia dengan handuk dan kubawa masuk, duduk didepan perapian
di ruang tamuku. Genggamannya padaku tak bisa dilepaskan bahkan jika aku
menariknya dengan paksa, ia terlihat begitu ketakukan sambil menggenggang
pergelangan tanganku dengan tangannya yang bergetar ketakutan. Kuputuskan untuk
duduk disebelahnya sampai ia kembali tenang. Kusuruh ia ganti baju tapi menolak
dengan keras untuk melepaskan genggamannya, dengan berbagai keputusan akhirnya
ia ganti baju dengan aku yang membelakanginya dengan mata yang tertutup.
Sesudah ganti pakaian ia kembali menggenggam
pergelangan tanganku dengan ketakutan, kubawa dia kembali keruang tamu untuk
menghangatkan tubuhnya, dengan aku bersamanya.
15 menit telah berlalu…..genggamannya mulai
longgar dan akhirnya terlepas saat ku pandang wajahnya ia ternyata tertidur
dengan pipi yang dibasahi air mata. Kubaringkan ia disofa kan kuselimuti dia
sambil bertanya kepada diriku, apa yang sebernarnya ia rasakan saat melihatku
karena bisa sampai seperti ini?.
Dunia terus diselimuti kegelapan tanpa setitik
cahaya dimanapun, air terus berjatuhan mengisi kekosongan jalan di depan
rumahku, hujan dan perasaanku mulai synchron dalam irama kesedihan yang menusuk
hatiku dengan dinginnya.
Dari ruang tamu terdengar gaduh kucoba tuk
memeriksa ternyata Tia sudah terbangun, setelah melihatku ia tersenyum dan
memelukku lagi, “Lean! Aku tau kau tidak akan meninggalkanku sendirian lagi
kali ini. Pasti.” Karena Tia sudah mulai tenang aku mengajaknya berbicara
dengan perlahan.
Iapun bercerita tentang kehidupan di SMAnya
bersamaku dengan Rio dan bersama dengan Luce juga, inilah yang membuatku kaget,
ternyata saat SMA aku sudah berhasil bersama dengan Luce lagi, penantianku
ternyata terbalaskan. Tia menjelaskan juga tentang perasaannya padaku itu mulai
tumbuh diantara ikatan persahabatan kita berempat, namun sebelum Tia membuat
rencena menembakku aku sudah bergerak terlebih dahulu untuk menembak Luce di
malam hari ditaman, kabar itu terdengar sampai Tia, karena kesal Tia berencana
mencelakakan Luce agar Lean bisa dimilikinya, ia menaiki sepeda motor dan
hendak menabrak Luce ditaman sebelum Lean tiba….berhubung saat malam Tia tidak
bisa melihat dengan jelas tapi ia berhasil menabrak satu orang sampai
terpental, setelah di dekati ternyata yang ia tabrak adalah Lean yang sedang
menanti Luce, dengan segera Lean di bawa kerumah sakit terdekat dan dirawat
disana. Satu minggu berlalu Lean sudah kembali sembuh total namun ia harus
pulang kampung menuju keluarganya karena ia menderita amnesia dan anehnya
amnesia ini hanya membuatnya lupa tentang masa – masa SMAnya. Setiap kali Tia
menjenguk Lean terasa ada yang menangis dalam hatinya. Tia selalu bercerita dan
bercanda gurau dengan Lean, namun Lean hanya membalas dengan senyum palsu
seakan Lean tidak pernah mengenal Tia. Sebulan kemudian tanpa berpamitan Lean
pergi ke kampung halamannya.
Beberapa tahun kemudian Tia mendengar tentang
kabar Lean dari Rio, bahwa ia melihat Lean di kampusnya, tanpa pikir panjang
Tia langsung menuju Kampus Rio untuk bertemu Lean. Karena peraturan yang ketat
melarang orang luar masuk, Tia memutuskan untuk membuntuti Lean untuk beberapa
hari ini, mata mereka sering saling bertatapan tpi ttp Lean menggapnya, hanya
orang asing.
Disitulah perasaan putus asa Tia terlahir dan
membuatnya ingin bunuh diri dijembatan, namun saat bunuh diri ia tak melihat yg
dibawah hanya melompat dari atas, sampai Lean menangkap dan menyelamatkan Tia.
Hal itu membuat Tia semakin tak tahan untuk merelakan Lean. Tia hanya ketakutan
lean hilang tanpa kabar, tanpa alasan, tanpa ingatan, ingatan tentang mereka.
Setelah bercerita Tia memegang tanganku dengan
lembut dan meminta maaf atas apa yang ia lakukan kepadaku, setelah mendengarkan
semua itu emosiku langsung memuncak dan melempar genggaman tangannya sambil
berkata. “Aku bisa saja memaafkanmu atas apa yang sudah kau lakukan padaku,
Tapi aku tidak akan pernah memaafkanmu karena sudah mencoba mencelakai Luce!
Sekarang pergi kau!” Tia hanya bisa menangis dan pergi meninggalkanku sambil
bergumam “Ini semua karena kau, Luce. Lihat saja pembalasanku.”
- Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments