Episode 4 - Azimat

Kegelapan menyelimuti dunia, mentari telah

berganti menjadi rembulan, berusaha menyinari malamku yang sunyi ini sendirian.

Malam itu kuberjalan sendiri ditepi sungai seorang diri, terlihat seorang pria

sedang duduk disebrang sungai sambil tersenyum melihatku

“Siapa kau?!”

Tanpa jawaban pasti ia hanya melambaikan tangan

dan langsung pergi, kucoba tuk mengejarnya setelah semakin dekat….

[Kriiing…]

alarm berbunyi membangunkanku dari mimpi aneh itu.

Kulihat smartphone dalam genggamanku buatku mengingatnya, semalaman ku coba

mencari petunjuk tentang gadis misterius itu dengan membaca pesan – pesan di

kontakku 3 tahun yang lalu, kelihatannya aku terdidur saat sedang mencarinya.

Waktu menunjukkan pukul 09 : 00 pagi dan hari ini aku tidak ada kelas,

kuputuskan untuk jalan – jalan ketaman sesambil mengganti suasana.

Setibanya ditaman dadaku terasa sesak karna

kenanganku bersama Rio kembali terbangun dan menghantuiku. Aku duduk dibangku

taman dan kembali menenangkan diriku, tapi ada sesuatu yang mengejutkanku

disini

“hi, Lean. Senang melihatmu sehat – sehat saja,

jadi kenapa kau terlihat murung?” Suara yang sangat nostalgia terdengar

dibelakangku, ku berbalik dengan rasa penasaran namun yang kulihat ternyata….

“R-Rio?!”

“Sudah – sudah jangan terlalu terkejut seakan –

akan melihat hantu,Lean.”

“Kemana saja kau selama ini? Tiba – tiba

menghilang begitu saja! Kenapa kau tidak memberitauku apapun?” Rio membalas

dengan senyuman kerinduan, dan langsung memukul wajahku sampai terpental

ketanah.

“Sekarang kita impas, Kawanku.” Ia mengulurkan

tangannya sambil tertawa, dalam hati aku sangat bersyukur Rio bisa kembali dan

tetap menjadi dirinya yang dulu.

“Jadi, kenapa kau terlihat murung, Lean?”

“Tunggu dlu! Kau belum menjawab pertanyaanku!”

saat kulihat wajahnya ia terlihat sangat Serius. Kemudian aku putuskan tuk

menceritakan semuanya pada Rio tentang gadis misterius itu.

“Jadi Tia sudah mulai bergerak ya, Dengar ya Lean,

satu hal yang bisa kusampaikan padamu apapun yang terjadi jauhi gadis itu.”

Setelah berkata Rio langsung beranjak pergi dari hadapanku,

“oh iya, Gadis misterius yang kau sebut itu tadi

namanya Tia.” Setelah Rio pergi akupun kembali pulang dan mengerjakan beberapa

tugas yang belum terselesaikan sejak kemarin.

Malam telah tiba, dan setelah aku sadar aku sudah

berada ditepi sungai, seperti mimpiku kemarin

“Hi, Lean.”

“Kau lagi, siapa kau sebenarnya?”

“aku? Yah, bisa disebut akulah sebagian dalam

dirimu yang telah kaubuang.”

“Apa maksudmu? JANGAN BERCANDA KAU!! DASAR PALSU”

“Setelah membuangku kau cukup berani juga berkata

seperti itu ya, biarlah lagi pula aku tak bisa berbuat apa – apa.” Ia

menyodorkan genggamannya kepadaku “Ambil ini!”

Dengan perlahan kuambil benda yang ada dalam

genggamannya dengan tangan kananku.

“apapun yang terjadi jangan sampai kau hilangkan

pemberianku itu, kau bisa menganggapnya Azimat.”

Iapun langsung menghilang.

[Kriiing] Alarm berbunyi dan cahaya mentari telah

menyinari seisi kamarku yang berantakan ini.

Kulihat tangan kananku menggenggam smarphone yang

biasaku pakai yaitu smartphone milik Luce, setelah ku-aktifkan kembali ada

sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak kuketahui

[Menyerahlah! Rumahmu sudah kami kepung, segera

keluar dengan tangan diatas dan jika kau tidak melakukannya aku tak bisa

menjamin keselamatanmu.]

Pesan apa ini? Iseng kah? Biarlah. Tiba – tiba

terdengar suara ketukan pintu yang keras

“HEY, AKU TAU KAU ADA DIDALAM CEPAT SERAHKAN

DIRIMU DENGAN TENANG. ATAU KAU LEBIH MEMILIH MENGGUNAKAN KEKERASA?”

Tak pikir panjang aku langsung mengambil pedang

kayu koleksiku dan menuju pintu depan dimana suara itu berasal. Setelah semakin

dekat aku semakin curiga dengan suara itu.

“HEY,CEPAT BUKA AKU BERI WAKTU 10 DETIK ATAU KAMI

DOBRAK.”

Iapun mulai menghitung dan tak membiarkanku tuk

berfikir. Setelah buka dengan sekuat tenaga kupukul dia dengan pedang kayu

kesayanganku sampai ia tergeletak ditanah.

“eh? R-Rio? Selamat pagi, Rio. Yaudah aku kembali

tidur ya, selamat malam” bergegas kembali dan menutup pintu, tapi Rio bisa

menahan pintu dengan kakinya.

“Tunggu dlu kau, Sialan. Bukankah ada hal yang

harus kau katakan padaku, hah?

Dengan sekuat tenaga kututup pintunya dan langsung

berangkat kekampus lewat pintu belakang, dan tentu saja aku membawa smartphone

Luce. Setelah pergi agak jauh akupun mencari sebuah taksi dan ternyata ia

kembali muncul didepanku, ya benar, ia adalah Tia.

“L-Lean? Kenapa kau ada disini?”

“kenapa? Inikan daerah umum?”

“oh iya juga. LEAN! Kamu mau tidak pergi

bersamaku, ada tempat yang ingin kutunjukkan padamu.”

Saat aku mau menjawabnya tiba – tiba ada sebuah

sepatu melesat dan mendarat di kepalaku sampai membuatku terjatuh. Dan ternyata

pelakunya adalah Rio, kelihatannya dia berhasil menemukanku karena melacak

smartphone milik Luce ini.

“akhirnya ketemu juga kau, Lean. Setelah kau

membuatku merasakan sakit bisanya kau meninggalkanku tanpa minta maaf ya.” Rio

datang dan menyeretku menjauh dari Tia

“RIO! Apa maksudmu ini? Kenapa kau menghalangiku?

Bukankah kita memiliki tujuan yang sama untuk mengembalikan ingatan Lean?!”

- Bersambung -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!