Ku hela nafas panjang dimusim panas yang kejam
ini, ku keluarkan smartphone berhargaku dari saku celana sebelah kiriku,
jantungku langsung berdetak kencang saat melihat tanggal 6 desember,
“kenapa kau selalu bawa itu HP kemana – mana,
Lean?” kata Rio yang muncul tiba – tiba dibelakangku dan buatku hampir mati
kena serangan jantung, bagaimana tidak? Karena hari ini adalah hari ulang
tahunku. Iyap hari terburuk setiap tahunnya,
“hmm….. sekarang udh tanggal 18 ya? Udh 1 minggu
tapi belum ada kabar tentang penamu.”
Syukurlah sepertinya Rio lupa tentang ultahku.
Dengan ini mungkin aku masih bisa bertemu hari esok,
Jam menunjukkan pukul 9 pagi, kelas pak Gesa
sebentar lagi dimulai. Aku duduk dipojok belakang karena datang paling akhir,
tiba – tiba gadis yang berada di sebelahku memanggilku. dengan bingung ku jawab
sapaannya dengan senyumanku, tapi ia malah tertawa sampai keluar air mata
sesaat melihatku tersenyum. “astaga, maaf – maaf. Sekarang aku mengerti kenapa
orang – orang tidak ada yang mendekatimu, tersenyum aja kamu g bisa, Lean.
Hahahaha.” Mungkin dia benar, tapi aku tak pernah punya niat untuk bergaul
dengan orang lain, karena pikiranku sudah ku penuhi dengan Luce.
“oh iya, kau belum mengenalku ya, aku Ria.” Sambil
mengulurkan tangannya sebagai bukti awal pertemuan kita, saat aku berjabat
tangan dengannya ia tiba – tiba menahan tawanya
“Kenapa, Ria?” tanyaku dengan nada penasaran
“oh enggk kok,Lean.” Ia menahan tawanya lagi
“maaf – maaf aku ke ingatan sama kau dengan si
Rio. Bagaimana bisa kalian buat pemberitahuan di mading tanpa mencantumkan
identitas yang bersangkutan. hahahaha”
“terus, kamu sendiri kok bisa tau, Ria?”
“yah, sebetulnya pas kau tempelin dlu aku
kebetulan ngelihatnya. Awalnya kupikir kalian Cuma iseng dan bercanda, tapi
kulihat kalian setiap hari pergi mengecek mading. Tapi aku tak pernah punya
kesempatan bicara denganmu. Kalau kau mau aku bisa bantu kau dapetin penamu
lagi, yah lebih tepatnya aku tau ada dimana penamu itu.” Iapun tersenyum sambil
menahan tawanya lgi
Pak Gesa pun memasuki ruangan dan memulai dengan
materinya, di setiap menit ku bertanya kepada diriku sambil mengumpulkan
seluruh ingatanku tentang petunjuk hilangnya penaku, tak terasa kelas sudah
berakhir, Ria menghampiriku dan menyerahkan secarik kertas yang berisikan nomor
– nomor, tanpa petunjuk aku paham itu pasti nomor Wanya kucoba kirim pesan
kepadanya dan tak ada respon. Selain itu aku ada janji dengan Rio ke café siang
ini, jadi kuputuskan tuk menyimpan HPku.
Kutemui Rio yang terlihat lemas dibakar sinar
matahari selama 1 jam yang lalu, kita masuk dan duduk di pojok belakang dan di
temani kipas angin sejuk membuat kita semakin susah untuk beranjak pergi dari
sana. Kumanfaatkan situasi ini tuk menceritakan Ria ke Rio, setelah bercerita
Rio pun kaget
“Ria kau bilang?” keringat mulai bercucuran dari
wajah Rio sejak mendengar nama Ria
“iya, emng kau kenal?”
“Ia dlu dikenal sebagai gadis cerdik.”
“hah? Gadis cerdik? Kok bisa?”
“karena sejak dulu ia memang selalu berpergian
keberbagai penjuru indonesia hanya karena alasan penasaran dengan kehidupan
diluar daerahnya, dia emng anak orang kaya jadi hal itu bukanlah tidak mungkin,
sampai – sampai absennya sering sekali kosong, tapi semua itu diimbanginya dengan
kejeniusannya. Ia dapat melihat dan memecahkan masalah apapun hanya dengan
beberapa petunjuk saja. Pokoknya nyeremin dia itu, kamu g bakal bisa sembunyiin
apapun darinya.”
Kutak percaya dalam hatiku bila yang berbicara
adalah temanku, tapi beda lagi kalau yang cerita ada sahabatku sendiri, akan
aku tes dia dengan cara mencari penaku .Dalam hati kuberfikir mungkin dia
adalah satu – satunya cara untukku agar bisa bertemu dengan Luce.
- bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments