Antara Aku Dan Dia
Poligami tidak di haramkan. Tapi, banyak wanita yang tidak sanggup dengan poligami, meski itu di sahkan oleh agama.
“Aku Ingin, kamu menikahi gadis itu!!!,” Ujar Andira, tegas.
Andira Almaira, putri tunggal dari Bapak Ahmad, dan Ibu Anisa. Usia pernikahannya sudah berjalan lima tahun. Tak pernah terpikir sedikit pun, bahwa pernikahannya akan di poligami. Tapi, sebuah kesalahan yang di lakukan Alfin Aldiano, yang akrab di panggil Alfin, membuat dia harus membayarnya. Bukan hutang budi, bukan pula hutang uang. Tapi, nyawa seseorang yang telah tanpa sengaja di tabrak saat melintas. Seorang laki-laki berumur 60 tahun, bernama Bapak Ilham, karena terpental dan kepalanya terbentur trotoar, maka terjadilah pendarahan hebat.
Alfin membawa Bapak Ilham kerumah sakit, bersama Andira yang saat itu juga ada didalam mobil. Sesampainya di rumah sakit, Alfin langsung memanggil Suster untuk membawa Bapak Ilham ke UGD.
Semua sudah terjadi, polisi juga sudah datang untuk menangkap Alfin. Saat itu Andira merasa sangat terpukul, dan tidak menyangka mendapatkan nasib buruk. Tapi, sebelum Alfin di bawa polisi, seorang dokter memanggil Alfin.
“Yang menabrak Bapak tadi siapa?” Tanya Dokter.
“Saya Dokter,”
“Bapak ikut dengan saya, dan Bapak polisi mari ikut juga kedalam.”
Hanya Andira yang tidak ikut kedalam UGD, dia tidak tahu nasibnya untuk kedepannya seperti apa.
Di dalam ruang UGD, Bapak Ilham yang sudah sadar dan pendarahannya sudah berhenti, ingin berbicara dengan Alfin yang sudah menabraknya.
“Apakah kamu yang sudah menabrakku?” Tanya Bapak Ilham gugup karena masih belum stabil keadaannya.
“Iya, Pak,”
“Pak polisi, jangan tangkap dia, saya ingin dia bebas.”
“Tapi dia bersalah pak.”
“Saya akan patuhi hukum yang berlaku, saya ikhlas di penjara.” Jawab Alfin.
“Tidak perlu, cukup penuhi permintaan terakhir Bapak. Karena Bapak merasa tidak bisa hidup lama, saya maafkan kesalahanmu Nak. Saya berdamai, yang salah saya karena tidak menoleh saat menyebrang.” Ujar Bapak Ilham terputus-putus.
“Apa yang Bapak inginkan dari saya, baiklah saya kabulkan.” Ujar Alfin.
“Pak polisi, jadilah saksi dari pemintaan terakhir saya. Dan tolong jangan penjara dia.”
“Baiklah, apa permintaan Bapak?” tanya Polisi.
“Nikahi putriku,” Permintaan Bapak Ilham seperti petir yang datang menyambar tubuh Alfin.
“Maaf pak, saya sudah punya istri, mintalah yang lain.” Jawab Alfin yang sangat mencintai istrinya, Andira.
“Hanya itu kemauan Bapak,” Ujarnya yang langsung kritis dan meninggal.
Alfin bingung dengan semua yang terjadi, dia keluar menuju Andira dan memeluknya.
“Sayang, Kamu yang sabar ya. Semoga masih ada titik terang dari kejadian hari ini.” Ujar Andira sedih.
Polisi yang ikut menjadi saksi akhirnya angkat bicara terkait permintaan korban tabrakan itu.
“Saudara Alfin. Anda tinggal pilih, masuk penjara atau menikahi putri Bapak Ilham, sebagai permintaan terakhirnya.”
“saya memilih di penjara Pak.” Jawab Alfin pasrah.
Andira belum mengerti dengan yang dimaksud polisi tersebut.
“Tidak Mas, kamu tidak boleh masuk penjara, biarkan aku saja,”
“Hanya satu syarat yang bisa membebaskan suami anda,”
“Apa itu pak?”
“Menikahi putri Pak Ilham,”
Seketika itu juga Andira bagai di sambar petir, tubuhnya terasa di hantam batu besar, sakit sangat sakit. Tapi, Andira mencoba tenang, demi Alfin suami tercintanya.
“Maksudnya apa?” Andira masih belum percaya dengan apa yang di katakan polisi.
Polisi pun menjelaskan semuanya, setelah Andira tahu, paham dengan semua yang terjadi, akhirnya Andira memilih diam. Tidak ada yang mampu memberikan komentar apapun. Alfin memeluk Andira, merasa bersalah akan semua yang terjadi.
“Aku mau di hukum saja, sayang. Biarlah semua ku tebus dengan hukum yang berlaku,” ujar Alfin sedih
Andira masih tetap diam, air mata yang mewakili semua jawabannya, bahwa dia sedang beduka. Alfin Putra tunggal dari Bapak Ilyas, dan Ibu Ani, kini kebingungan yang sedang di rasakan.
Andira tidak ingin egois, disisi lain, kehamilan Andira masih berusia 2 bulan, sedang Bapak Ilyas sedang sakit-sakitan, tidak mungkin Alfin di biarkan masuk penjara, masih banyak yang harus dipikirkan.
“Aku ingin, kamu nikahi gadis itu,” Ujar Andira pelan.
“Tidak, aku lebih memilih dipenjara, aku tidak mau menyakiti kamu Andira,” Jawab Alfin marah, kesal, sedih, yang berkecamuk jadi satu dalam dirinya.
“Kamu akan menyakiti Papa, dan Mama jika kamu di penjara, dia akan tersakiti jika melihatmu mendekam di tahanan.” Jawab Andira seperti wanita kuat yang tidak sakit hati.
“Aku tahu, akan banyak yang tersakiti, tapi lebih sakit hati adalah dirimu Andira, aku mohon untuk mengerti aku, biarkan aku menyelesaikan semuanya dengan hukuman penjara.”
“Tidak Mas, aku lebih ikhlas jika dirimu menikahi putri almarhum yang kamu tabrak. Lakukan demi calon bayi kita dan demi kebahagiaan kita.” Andira seperti mengemis persetujuan Alfin.
Uraian air mata masih terus mengalir, tidak mampu menahannya. Semua akan terluka dan sakit hati, jika harus berbagi suami dan berbagi cinta. Tapi lihat lagi masalah yang ada, keadaan memaksa Andira untuk melakukan semua itu. Keadaan memaksa untuk setuju atas apa yang terjadi.
Ibu Ani, dan Bapak Ilyas, sudah sampai di rumah sakit. Mendengar kabar bahwa anaknya sudah menabrak seseorang sampai mati, membuat ibu Ani sangat sedih. Ibu Ani langsung memeluk Alfin.
“Bagaimana keadaan kamu Nak? Kenapa bisa seperti ini Nak,” Tanya Ibu Ani yang tidak mampu menahan tangisnya.
“Sudah Ma, Alfin baik-baik saja, ini sudah taqdir, Alfin harus ikhlas.” Jawab Alfin pasrah.
“Pak polisi tolong jangan hukum anak saya, berapapun saya bayar,” ujar Ibu Ani sedih.
“Semua sudah di bicarakan Bu, tidak ada yang akan di penjara, jika putra ibu bersedia menikahi putri almarhum Bapak Ilham. Korban yang di tabrak putra ibu,” jelas polisi.
“Benarkah? Tapi bagaimana dengan Andira, bukankah dia sangat mencintai Andira, begitu juga Alfin.” Ujar Bapak Ilyas, bingung.
“Saya sudah ikhlas Pa, Ma, ini yang terbaik.”
Ibu Ani langsung memeluk Andira.
“Terimakasih Nak, kamu sudah membebaskan Alfin dari hukuman, Kamu wanita mulia yang dikirim Tuhan untuk memudahkan ini semua.” Ujar Ibu Ani.
“Sama-sama Ma. Bukan kah Andira tidak boleh egois, semua sudah terjadi, Andira akan berusaha menerima dengan hati lapang.”
“Nak, Papa bangga padamu,”
Alfin terdiam, dia tahu apa yang di rasakan Andira, diamnya Andira adalah kecewa, ikhlas nya Andira adalah luka dan kesabaran Andira adalah ujian. Semua terasa seperti mimpi, dicubit terasa sakit, tapi tetap saja bagai mimpi yang tidak di sangka-sangka.
Saat semua benar-benar terjadi, dan akhirnya Andira harus kalah mempertahankan rumah tangga yang utuh tanpa orang ketiga, apalagi dia berjuang saat Andira sedang hamil.
Tak lama putri Bapak Ilham datang, gadis muda yang masih berumur 19 tahun. Karena orang tidak mampu, dia tidak melanjutkan sekolah. Ibunya telah tiada, gadis itu bernama Hanin. Tangisnya pecah saat tahu Bapaknya telah tiada. Dan polisi menjelaskan semua, tanpa berbicara apapun, Hanin tetap diam, di dekat jenazah Bapak Ilham. Tapi tangisnya tetap mengiringi kepergian sang Ayahnya.
“Mulai besok kamu tinggal bersama kami, dirumah Alfin.” Ujar Ibu Ani.
Andira menoleh, saat mertuanya mengatakan bahwa Hanin disuruh tinggal bersam Andira.
“Ya, Allah. Apakah ini adalah taqdir hamba, akan mempunyai madu, dan siap tinggal satu rumah bersama gadis ini, sanggupkah Hamba Ya Allah,” Ujar Andira dalam hati.
Hanin hanya mengangguk, bertanda dia setuju dengan apa yang akan terjadi. Menjadi istri kedua, dan siap di poligami.
Andira, pamit ke toilet. Bukan niat kepentingan ke toilet tapi ingin menangis, menumpahkan segala rasa sakitnya. Sangat mudah untuk menjawab iya atau tidak, tapi semua itu akan sangat menyakitkan.
Yuk di Like, biar semangat nulisnya. jangan lpa terus ikuti ya. masukkan ke daftar favorit mu oke.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Susi Ani
mungkin klo alfin dlm dunia nyata, akan merengek2 ke istri nya agar di perbolehkan nikah lagi 😁😁, terbebas dr penjara.
2021-12-03
0
🧭 Wong Deso
salam kenal Kak ohtor
2021-10-26
0
Acheuom Rahmawatie
menarik
2021-10-23
0