Episode 13. Kemarahan Alfin

......Cinta yang sulit di terima, kenyataan membuat hati seseorang hancur, karena terpaksa menjalani kehidupan yang tertekan. Mendua bukan hal yang mudah, perlu memahami satu sama lain.

......

“Tidaaaaak,” Teriakan yang membuat sosok perempuan di sampingnya terkejut.

“Mas Alfin, kenapa disini, apa yang Mas, lakukan?” Dengan mata melotot begitu juga dengan Alfin.

Mereka sama-sama terkejut, Alfin mengingat semua yang terjadi, dia merasa itu mimpi. Karena semalam Alfin masuk kekamar nya. Dan tidur di kamar sendiri. Lantas kenapa sekarang terbaring di ranjang Hanin, dan memeluk Hanin tanpa busana.

Flashback

Setelah ibu Ani dan Bapak Ilyas pulang, Alfin langsung masuk kekamarnya, sedangkan Hanin masih membawa gelas yang sudah kosong di ruang depan. Niat yang sudah tersusun rapi. Di tambah kehadiran kedua orang tua Alfin, membuat semua rencana berjalan lancar. Minuman yang di suguhkan untuk Alfin ternyata sudah di campur obat tidur, dengan mudah Alfin langsung tertidur lelap. Dan dengan di bantu seorang temannya. Hanin, membawa Alfin pindah kekamarnya. Rencana yang sangat licik, tapi Hanin terpaksa melakukan semua itu, karena ingin mendapat perhatian Alfin setelah berpura-pura berhubungan badan. Dan akan menjadi ancaman yang membuat Alfin tidak berkutik.

Cerita singkat tapi membuat Hanin bahagia dengan tugasnya. Dan sangat bersyukur sudah bisa menjebak Alfin dengan mudah.

“Apa yang aku lakukan? Aku harap tidak ada hal apapun yang terjadi,” Ujar Alfin cemas. Dia sangat panik.

“Apakah aku terlalu hina Mas, sampai tidak berkenan sekali dikehidupan Mas Alfin.” Hanin menunduk dan menangis.

Alfin diam, masih sangat jelas hukum islam, dan Alfin sudah mempelajarinya saat di pesantren dulu. Meski hanya sementara tapi Alfin banyak mengerti tentang hukum agama. Bahwa seorang istri tetaplah istri, dan wajib memberikan nafkah lahir atau batin. Tapi hati Alfin sangat sakit, dirinya merasa menyakiti Andira, wanita pertama yang dan berharap hanya Andira Satu-satunya yang akan menjadi istrinya. Tanpa menjawab atau berkata apapun, Alfin pergi setelah memakai baju yang sudah berseretakan di lantai. Kecewa pasti sangat kecewa, karena tanpa sadar dirinya melakukan semua itu.

Hanin tersenyum senang, sebuah jebakan sudah membuat Alfin percaya, dan Hanin sudah menyusun satu jebakan lagi.

“Aku tidak akan pernah menyerah, Mas Alfin sangat tampan, dan aku harus mempertahankan Mas Alfin. Apalagi Ayah sudah tiada, nyawa ayah taruhannya. Jadi hanya kematian yang akan memisahkan aku dan Mas Alfin.” Guman Hanin, lalu memgambil bajunya dan memakainya.

Alfin sudah berada di kamarnya, dia sangat terluka, merasa sudah menghianati Andira, sampai tertidur pulas, dan tidak sadar jika subuh sudah berlalu. Segera Alfin berssiap untuk pergi menemui Andira. Saat ini Alfin pergi dengan perasaan kacau dan merasa sudah menyakiti Andira. Tanpa berpamitan kepada Hanin, dia langsung pergi begitu saja. Pikirannya sudah melayang jauh, masih dengan bayangan kejadian bersama Hanin. Merasa aneh dirinya bisa berada di kamar Hanin, dan apa yang terjadi.

Sakit rasanya jika harus di ingat, segera Alfin duduk tenang di pesawat, dia harus lebih tenang, karena tidak ingin Andira melihat kekecewaannya. Alfin takut Andira marah dan akan pergi meninggalkannya. Dia memilih tidak beristri jika harus kehilanga Andira.

Pesawat mendarat di Bandara Abdul Rahman Saleh, Alfin pun turun dan langsung berjalan ke pintu kedatangan. Terlihat Andira sudah berdiri menyambut suami tercintanya. Terlihat cantik dengan gamis warna tosca serasi dengan hijabnya. Melambaikan tangannya kearah Alfin. Hati Alfin berbunga-bunga, senang dan bahagia, akhirnya bisa bertemu istri yang sangat di cintai, yang hampir dua minggu di Kota Malang.

“Assalamualaikum, Mas.” Sapa Andira menyalami Alfin.

“Waalaikumsalam, kamu apa kabar? Dan anak kita?” Tanya Alfin masih memegang tangan Andira.

“Alhamdulillah sehat, anak kita juga sehat.”

“Abah dan Umik?”

“Abah sudah membaik, dan Umik sehat,”

“Syukurlah, Alhamdulillah. Semoga Abah terus membaik.”

“Ayo Mas, Pak Saleh sudah menunggu kita.”

“Terimakasih sudah mau menjemput Mas.”

“Kenapa harus berterimakasih, sudah kewajiban Andira bukan,”

“Istriku tidak pernah berubah, memperlakukan aku sangat istimewa.”

“Sudah jangan gombal. Bagaimana Hanin? Kalian baik-baik bukan.”

Pertanyaan Andira, sejenak membuat Alfin terkejut. Dia kembali ingat apa yang terjadi antara dirinya dan Haanin. Memang bukan kesalahan, tapi Alfin belum menerima akan hal itu. Dia berusaha tenang, satu hal yang ingin Alfin lakukan saat bersama Andira, membahagiakan Andira.

“Aku rasa dia baik-baik saja.” Jawab Alfin datar.

Andira mengerti jika suaminya belum menerima Hanin sepenuhnya, dia tidak ingin membuat kecewa, yang akan menyakiti hati Alfin.

“Ayo Mas, kita kerumah Umik,”

Akhirnya mereka menuju mobil, disana sudah menunggu Pak Saleh, karena sudah sangat kenal, Pak Saleh langsung menyalami Alfin.

“Sehat Nak Alfin?”

“Alhamdulillah, Pak Saleh bagaimana dan keluarga?”

“Sehat Nak.”

“Syukurlah, ya sudah kita langsung kerumah sakit saja Pak,” Ujar Alfin.

“Baik Nak.”

Mereka langsung pergi menuju rumah sakit. Alfin yang duduk di depan bersama Pak Saleh, tampak berbincang-bincang serius. Sedangkan Andira mendengarkannya.

Tak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit. Langsung turun dan menuju ke kamar rawat inap bapak Ahmad.

“Assalamualaikum,” ucap Alfin saat membuka pintu kamar Bapak Ahmad.

“Waalaikumsalam, alhamdulillah Nak Alfin sudah datang, Umik kangen sama Abah, apalagi Andira,” Jawab Ibu Anisa.

Sangat bahagia meski sebenarnya ada rahasia besar yang belum di ungkap. Andira merasa berdosa menyimpan cerita itu. Tapj melihat kesehatan Abahnya, Andira tidak ingin hal buruk terjadi.

“Abah bagaimana sekarang?”

“Sehat Nak, kamu sendiri bagaimana?”

“Alhamdulillah sehat. Maafin Alfin ya Bah, tidak cepat kesini, karena Andira....”

“Karena Andira, sanggup mengurus Abah sendiri.” Jawab Andira, karena takut Alfin bicara pernikahan keduanya.

“Andira memang mampu Bah, tapi Alfin merasa bersalah karena tidak bisa ikut merawat Abah.”

“Sudah tidak apa-apa, yang penting Abah sekarang sehat kan,” Jawab Ibu Anisa.

“Iya Mik, Alfin lebih tenang.” Jawab Alfin.

“Semua sudah berlalu, kalian jangan saling menyalahkan, abah sudah membaik, sebaiknya kalian pulang, istrirahat dulu,” Ujar Bapak Ahmad tersenyum melihat Andira dan Alfin.

“Tapi, Alfin masih ingin disini bersama Abah dan Umik,” Jawab Alfin yang sangat dekat dengan keluarga Andira.

“Kembalilah nanti malam, kamu harus istirahat dulu.” Ujar Ibu Anisa.

Akhirnya Alfin mengikuti kemauan kedua orang tua Andira, pulang kerumah untuk istirahat.

Andira tidak memungkiri, dirinya sangat merindui Alfin. Dan menginginkan waktu berdua, meski ada gelisah di hati Alfin. Pikirannya masih teringat kejadian bersama Hanin.

Sesampainya di rumah kediaman Bapak Ahmad, mereka turun dan langsung masuk ke dalam, menuju kamar yang biasa di tempati oleh Andira dan Alfin.

“Mas, mau makan dulu, atau langsung istirahat?” Tanya Andira sambil membuka kancing baju Alfin. Hal yang selalu di lakukan oleh Andira setiap hari ketika Alfin datang kerja.

“Aku ingin langsung makan kamu,” goda Alfin.

Andira tidak menjawab, matanya tertuju pada satu tempat, yang mampu membuat mata Andira berlinang air mata. Alfin terkejut melihat Andira yang tampak diam dan tidak berbicara apa-apa.

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

Wah ternyata g sepolos wajahnya

2022-06-19

0

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

hahhhhh mulai nih bertabur bawang lagi....😭😭

2021-10-22

1

Tia ahmad jaini dachlan

Tia ahmad jaini dachlan

untung si hanin licik jd gk bakal nyesek amat bacanya. aku suka jd bakal dukung andira terus
.

2021-10-10

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 01: Awal Poligami Itu Terjadi
2 Episode 02. Ikhlas Berbagai
3 Episode 03. Mengikhlaskan Suami Menikah Lagi
4 Episode 04. Sahabatku Tidak Izinkan Alfin Berpoligami
5 Episode 05. Ikhlas Atau Hanya Karena Tekanan
6 Episode 06. Mengantar Calon Istri Suamiku Kebutik
7 Episode 07. Hari Pernikahan Suami-ku
8 Episode 08. Kegelisahan Andira
9 Episode 09. Aku Harus Pulang
10 Episode 10. Seperti Burung Tanpa Sayap
11 Episode 11. Tanggung Jawab Seorang Istri
12 Episode 12. Ini Hak-Ku
13 Episode 13. Kemarahan Alfin
14 Episode 14. Terasa Sakit
15 Episode 15. Salah Paham
16 Episode 16. Aku Ikhlas
17 Episode 17. Benar-benar Terenggut
18 Episode 18. Kebohongan Hanin
19 Episode 19. Satu Masalah Banyak Kebohongan
20 Episode 20. Kesedihan Andira
21 Episode 21. Harus Siap Berbagi Jiwa Raga
22 Episode 22. Kesaksian Arman
23 Episode 23. Rencana Arman
24 Episode 24. Syarat Untuk Hanin
25 Episode 25. Kabar Duka
26 Episode 26. Terlihat Senang Tapi Tertekan
27 Episode 27. Saat Yang Tidak Tepat
28 Episode 28. Semua Adalah Kehendak
29 Episode 29. Kesedihan Arkhan
30 Episode 30. Diminta Jujur
31 pengumuman penting
32 Episode 31. Izin Dari Alfin
33 Episode 32. Merasa Iri
34 Episode 33. Bahagia Atau Sedih
35 Episode 34. Tak Ingan Ada Yang Tahu
36 Episode 35. Aku seperti Musuhmu
37 Episode 36. Selalu Salah
38 Episode 37. Ketabahan Andira
39 Episode 38. Hanya mimpi
40 Episode 39. Pasrah
41 Episode 40. Arti Sebuah Kejujuran
42 Episode 41. Kabar Menyakitkan
43 pengumuman
44 Episode 42. Kepura-puraan Hanin
45 Episode 43. Terungkap
46 Episode 44. Demi Kesehatan Abah
47 Episode 45. Satu Kebohongan Yang Terungkap
48 Episode 48. Akhir dari sebuah Masalah
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Episode 01: Awal Poligami Itu Terjadi
2
Episode 02. Ikhlas Berbagai
3
Episode 03. Mengikhlaskan Suami Menikah Lagi
4
Episode 04. Sahabatku Tidak Izinkan Alfin Berpoligami
5
Episode 05. Ikhlas Atau Hanya Karena Tekanan
6
Episode 06. Mengantar Calon Istri Suamiku Kebutik
7
Episode 07. Hari Pernikahan Suami-ku
8
Episode 08. Kegelisahan Andira
9
Episode 09. Aku Harus Pulang
10
Episode 10. Seperti Burung Tanpa Sayap
11
Episode 11. Tanggung Jawab Seorang Istri
12
Episode 12. Ini Hak-Ku
13
Episode 13. Kemarahan Alfin
14
Episode 14. Terasa Sakit
15
Episode 15. Salah Paham
16
Episode 16. Aku Ikhlas
17
Episode 17. Benar-benar Terenggut
18
Episode 18. Kebohongan Hanin
19
Episode 19. Satu Masalah Banyak Kebohongan
20
Episode 20. Kesedihan Andira
21
Episode 21. Harus Siap Berbagi Jiwa Raga
22
Episode 22. Kesaksian Arman
23
Episode 23. Rencana Arman
24
Episode 24. Syarat Untuk Hanin
25
Episode 25. Kabar Duka
26
Episode 26. Terlihat Senang Tapi Tertekan
27
Episode 27. Saat Yang Tidak Tepat
28
Episode 28. Semua Adalah Kehendak
29
Episode 29. Kesedihan Arkhan
30
Episode 30. Diminta Jujur
31
pengumuman penting
32
Episode 31. Izin Dari Alfin
33
Episode 32. Merasa Iri
34
Episode 33. Bahagia Atau Sedih
35
Episode 34. Tak Ingan Ada Yang Tahu
36
Episode 35. Aku seperti Musuhmu
37
Episode 36. Selalu Salah
38
Episode 37. Ketabahan Andira
39
Episode 38. Hanya mimpi
40
Episode 39. Pasrah
41
Episode 40. Arti Sebuah Kejujuran
42
Episode 41. Kabar Menyakitkan
43
pengumuman
44
Episode 42. Kepura-puraan Hanin
45
Episode 43. Terungkap
46
Episode 44. Demi Kesehatan Abah
47
Episode 45. Satu Kebohongan Yang Terungkap
48
Episode 48. Akhir dari sebuah Masalah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!