......Sesakit apapun, jika Allah sudah berkendak, kita harus ikhlaskan karena yang datang dan pergi itu hanya sebuah titipan.
......
Andira menarik nafasnya, seakan sesak di dadanya. Perintah Ibu Ani seolah pedang yang mencambuk tubuhnya, sakit sekali. Tidak dapat menolak, dan memang harus di lakukan, karena itu demi Alfin, suami yang Andira sangat sayangi.
“Baik, Ma. Besok Andira akan urus semuanya.”
Alfin menoleh kearah Andira, rasa bersalah yang teramat dalam, tapi itu juga kemauan Andira, memaksa Alfin untuk melakukan ini semua.
“Kamu yakin sanggup?” Bisik Alfin, merasa tidak tega melihat Andira.
“Insyaallah, aku sanggup Mas.”
“Sudah tidak perlu bisik-bisik lagi, Mama mau minggu depan sudah siap, dan kamu Ra’, jangan coba-coba untuk berubah pikiran. Karena aku tidak mau anakku masuk penjara.” Ujar Ibu Ani ketus.
“Iya, Ma.”
“Ya sudah Mama pulang, kalian jangan nyakiti hati Hanin, kalau tidak ingin di laporkan ke polisi.” Ujar Ibu Ani lagi.
Andira tidak menjawab,sudah merasa capek dengan ucapan Ibu Ani, yang seakan terus menyakiti. Memilih diam dan terlihat bodoh, itu yang Andira lakukan.
Ibu Ani dan Bapak Ilyas sudah meninggalkan rumah Alfin dan Andira, kini dua insan itu sama-sama diam, seakan orang asing uang tidak kenal. Seperti ada pembatas yang membuat hubungan itu berubah dingin.
Andira pergi kekamarnya, diikuti oleh Alfin. Sesampainya di dalam kamar, Andira langsung masuk kamar mandi. Sedangkan Alfin duduk di sofa kamar itu.
“Maafkan aku Andira, tidak ada niatan untuk seperti ini. Andai waktu bisa di putar, aku ingin lebih berhati-hati lagi.”
Tak lama Andira keluar dari kamar mandi. Dan mengambil handuk kecil, mengusap wajahnya yang baru selesai berwuduk.
“Mas kita Sholat berjamah dulu.” Ajak Andira pelan.
“Iya, tunggu sebentar.”
Alfin langsung pergi berwuduk, sedang Andira menyiapkan baju Alfin untuk sholat. Saat mengelar sejadah, tanpa terasa Andira meneteskan air mata lagi.
“Apakah kita masih bisa berjamaah Mas. Atau kita akan semakin jauh. Ah, aku takut membayangkan, jika seandainya kamu berubah setelah menikah.”
Mendengar pintu kamar mandi terbuka, Andira segera menghapus air matanya. Setelah berganti baju langsung sholat berjamaah. Selesai salam, Alfin berdoa.
》Ya Allah, jika kebahagiaan hamba memang dengan cara ini, maka beri ketabahan kepada Andira dan hamba. Ujian cinta ini sangat berat, tapi Hamba yakin Engkau akan memberi jalan terbaik untuk keluarga Hamba. Tapi, jika Hamba boleh memilih, Hamba lebih baik di penjara, Karena dengan cara itu Hamba tidak akan menyakiti Andira. Jadikan Ikhlas dan sabar sebagai penguat cinta Hamba dan Andira, Amin.
Andira juga berdoa untuk kebahagiaannya dan ketabahan dalam menghadapi masalah yang datang.
》Ya Allah, yang hidup akan mati, yang sedih akan ada masa untuk bahagia. Yang bahagia juga ada masa untuk terluka. Jika kehadiran Hanin adalah penyempurna ibadah kami, maka beri Hamba ketabahan, kesabaran, dan beri keikhlasan untuk Hamba, agar Hamba bisa menjalani semua ini Ya Allah.
Ya Allah, jadikan keluarga Hamba sakinah mawadah warohmah dan jadikan calon istri suami Hamba wanita yang Sholehah, yang bisa berbakti kepada Mas Alfin. Dan menjadikan pernikahannya untuk menambah iman dan taqwanya. Amin, amin, amin.
Alfin menoleh mengulurkan tangannya, Andira langsung menyalaminya. Tidak lupa Alfin mencium kening Andira.
“Mas, aku mau temui Hanin, dia mungkin belum sholat atau tidak punya mukenah.”
“Iya, aku tunggu kamu disini.”
“Tapi kita belum makan malam, Mas. Aku mau masak kesukaan kamu,”
“Kita pesan aja,”
“Baiklah terserah Mas Alfin saja.”
Andira langsung pergi kekamar Hanin. Setelah sampai di depan kamar Hanin, Andira mengetuk pintunya.
Tok tok tok, pintu terbuka, Hanin tersenyum tap masih terlihat sedih dan baru selesai menangis.
“Ada apa Mbak.”
“Kamu sudah sholat,”
“Belum Mbak, saya tidak ada mukenah.”
“Di dalam lemari itu ada mukenah, kamu boleh pakai, kalau sudah selesai sholat kita makan ya, aku tunggu di ruang makan.” Ujar Andira sudah lebih tenang setelah selesai sholat
“iya, Mbak.”
Andira pergi menyiapkan piring dan minum di meja. Karena makanan sudah di pesan, tinggal menunggu ojek onlien saja yang membawanya.
Tidak lama, ada bunyi bell berbunyi, Andira langsung buru-buru buka pintu. Pesanan pun datang, setelah di bayar, ojek onlien itu pergi.
Andira menyajikan makananya, kini dimeja itu ada tiga piring, Andira berusaha tenang demi Alfin. Karena Andira tidak ingin Alfin sedih.
Setelah siap, Andira memanggil Alfin, kemudian memanggil Hanin. Kini satu meja itu ada dua wanita dan satu laki-laki. Dan sebentar lagi akan menjadi madu dalam kehidupan Andira, keputusan apapun akan tetap sama, poligami tujuannya.
Hanin tidak banyak bicara, dia menunduk, Andira tahu kalau Hanin malu dan merasa canggu. Tapi suasana berubah karena Andira berusaha tenang.
“Hanin makanlah, kamu tidak sungkan. Setelah makan kamu boleh istirahat.” Ujar Andira berusaha tersenyum dan biasa saja.
“Iya, Mbak.” Jawab Hanin pelan.
Alfin tidak menyaut atau minta di ambilkan nasi, dia mengambil sendiri dan secepat mungkin menghabiskan makan, lalu pergi terlebih dahulu.
Andira sadar, semua itu tidak mudah untuk Alfin, karena semua masih seperti mimpi dan terasa asing. Hanin membantu membersihkan meja, sedangkan Andira mencuci piringnya.
Tidak ada pembantu yang terlihat di rumah itu. Karena Andira yang tidak menginginkan hal itu. Bagi Andira mengurus suami dan rumah adalah kewajibannya, dan selama masih bisa di urus sendiri, Andira tidak akan mencari pembantu rumah tangga.
Rumah tinggal pun sederhana, lantai satu, tapi luas. Ada lima kamar dan taman yang Andira rawat dengan cinta, sehingga taman itu begitu indah. Banyak bermacam-macam bunga angrek, suasana taman itu terlihat sejuk dan banyak teman juga saudara betah duduk santai di rumah itu.
Alfin sangat mencintai Andira, meski jabatan sudah tinggi, tapi tidak pernah makan di luar saat jam kantor, setiap harinya, Alfin meminta Andira untuk mengantarkan makan siang kekantor. Andira tidak pernah lelah setiap hari rutin dilakukan, sejak baru menikah sampai saat ini. Tapi, akan ada masa dimana semua akan berubah, dan di uji, karena ujian itulah penguat cinta mereka berdua, itupun jika Andira dan Alfin sanggup menjalaninya.
Masih sanggupkah Andira menjalani semua itu, karena Andira pikir kehamilannya adalah awal kebahagiaannya, tapi ternyata, itu akan menjadi sebuah awal rasa sakit di bangunnya. Tidak dapat berpikir panjang, entah mampu bertahan atau akan mengalah. Andira ikhlas dan pasrah dengan semuanya.
“Mbak, mana lagi yang perlu aku bersihkan?” Tanya Hanin pelan.
“Sudah selesai, kamu tidak apa-apa istirahat dulu. Bawa air minum, biar kamu kalau haus tidak usah capek ambil kedapur.
Tiba-tiba saja ada ketukan pintu, segera Andira keluar sedang Hanin sudah kembali ke kamarnya.
Andira heran jam sudah menunjukkan pukul 21.00 masih ada tamu, tidak biasanya. Saat pintu terbuka, Andira terkejut melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
menyesakkan.... Andira sungguh berat ujian rumah tanggamu, dekatilah Sang Pemilik Kehidupan semoga takdir baik selalu menemani setiap langkahmu😔
2021-10-21
1
Mesra Jenahara
Siapa yyaa tamu datang malam*..
2021-10-02
1