......Saat kesabaran di uji, Saat itu kita benar-benar sakit. Ingin melawan tapi sudah taqdir, ingin menjerit, tapi sudah kehendak. Dan saat itu kita tahu, bahwa sabar tidak ada batasnya.
......
“Mas, tiba-tiba saja, ada rindu yang datang, rindu ketidak sengajaan kita, yang tiba-tiba bersama dalam satu hasrat yang ada. Kamu memberikan aku bukti bahwa kini aku benar-benar menjadi istri seutuhnya, seperti Mbak Andira juga. Aku tahu ini tidak benar, tapi aku yakin Allah ingin menunjukkan bahwa aku juga wanita yang punya hak atas dirimu. Cepat kembali Mas, sungguh aku merindukan semua yang pernah terjadi.”
Isi pesan Hanin.
Andira meletakkan Handphonen, Alfin. Dia tahu sudah bersalah melihat pesan itu. Karena merasa bersalah akhirnya Andira meletakkan Handphonenya dan keluar. Rasa sakit masih datang, Andira masih di uji. Dirinya masih belum sepenuhnya ikhlas.
“Maafkan aku Mas, sudah lancang melihat handphonenmu. Dan maaf aku belum bisa menjadi wanita penyabar,” Batin Andira.
Alfin yang sudah selesai mandi, langsung berganti baju dan keluar, dia tidak melihat pesan itu. Sesampainya diruang keluarga, ada Alex yang duduk menunggu Alfin.
“Lex...’”
“Eh, Mas Alfin,” Alfin langsung menyalami Alex.
Hubungan Alfin dan Alex sangat baik. Dia sangat akrab dan dekat sekali, sering bercanda ketika bertemu.
“Mas Alex, bagaimana kabar?”
“Sangat baik, kamu juga bagaimana? Tambah gemuk dan mmm tambah ganteng aja ni adikku,”
“Ketularan Mas Alfin, tambah ganteng. Hahahaha,” suara Alfin dan Alex terdengar sampai ke dapur, tertawa bahagia
Karena Alfin sudah keluar kamar, Andira segera memanggil keduanya, menyuruhnya makan, karena memang sudah sangat lapar semua. Dengan lahap ketiganya makan,
“Masakan kakak memang tidak pernah berubah, semoga kelak Alex bisa mendapatkan istri yang pintar masak.” Ujar Alex.
“Amin,” jawab Alfin dan Andira.
“Kenapa nunggu kelak, kamu sudah cukup untuk menikah, cepat cari calon pendamping. Agar ada yang merawat kamu, dan ada yang bantu jagain Umik disini,” Ujar Alfin tersenyum.
“Belum siap Mas. Masih mau banyak uang dulu, banyak tabungan. Karena Alex takut tidak bisa membahagiakan istri nantinya.”
“Berumah tangga itu tidak dituntut banyak uang, tapi bagaimana kita menjalaninya. Kaya pun bukan jaminan, karena bisa saja setelah menikah harta kita gak berkah, habis dengan berbagai macam cobaan. Intinya kita sudah kerja, tabungan tidak harus banyak, asal cukup buat modal, udah gitu aja. Karena kebahagiaan itu tidak di ukur dengan banyaknya harta kita. Cukup saling percaya dan jujur kepada pasangan kita.” Ujar Andira menasehati Alex, yang tanpa sadar membuat mata Alfin berkaca-kaca.
Andira wanita yang tidak banyak menuntut, pintar dan sangat hati-hati memgelola keuangan Alfin. Sampai Alfin tidak sadar jika sudah banyak tabungan yang terkumpul. Tapi Andira rahasiakan itu semua, karena Andira ingin menjaga dari hal buruk dalam rumah tangganya. Karena pernikahan itu tidak sesimpel melipat kertas, butuh peran yang exstra hati-hati. Apalagi Alfin mempunyai istri lagi, dia hanya ingin menjaga semua milik Alfin. Dan memberikan pada anak-anaknya kelak saat sudah membutuhkannya.
Alex menganggukkan kepalanya, bertanda dia memahami apa yang di katakan Andira, tersenyum tulus. Tapi, saat melihat kearah Alfin, Alex terkejut, ada sedih di mata Alfin, yang membuat Alex heran.
“Mas Alfin, kok sedih mendengar Kak Andira bicara seperti itu!!”
“Ah tidak apa-apa, Mas hanya kagum saja pada kakakmu yang luar biasa ini.” Jawab Alfin, yang menyadari kesalahannya.
“Sudah jangan memujiku, kalian cepat selesaikan makan, setelah itu kita kerumah sakit.”
“Siap ibu ratu.” Jawab Alfin dan Alex.
“Tapi aku duluan ya Kak, karena masih ke rumah teman, mau mengantarkan titipan dari pesantren.”
Andira mengangguk begitu juga Alfin, semua fokus pada makanan yang terhidang. Setelah selesai Alex pergi terlebih dahulu. Dan Andira membersihkan meja makan di bantu Alfin.
“Sudah Mas, biar Andira, inikan tugasku,”
“Biar cepat selesai kita cepat berangkat kerumah sakit.” Jawab Alfin.
Andira hanya tersenyum, mereka membawa piring kotor kebelakang dan mencucinya. Setelah selesai mereka kembali keruang makan. Menutup sisa makanan dengan tutup saji.
“Mas, maafin aku, sudah lancang, tanpa sengaja melihat isi pesanmu.” Ujar Andira menunduk.
Alfin menghampiri Andira memegang tangan Andira, tersenyum sambil mengelus pipi Andira.
“Aku tidak pernah menyembunyikan apapun di Handphonenku, kamu berhak melihatnya. Kenapa kamu seperti ketakutan seperti itu!” Ujar Alfin penuh kasih sayang.
“Iya, Mas. Aku harap, Mas benar-benar memaafkan aku,”
“Iyaa, aku tidak marah, dan memaafkanmu,”
“Makasih Mas,”
Alfin mengangguk dan memeluk Andira. Tidak tega melihat Andira yang sangat merasakan salah. Setelah itu mereka siap-siap untuk kerumah sakit.
Tiga puluh menit kemudian, mereka berdua berangkat kerumah sakit, Andira banyak diam, masih ingat kata-kata yang di kirim oleh Hanin, meski tidak terbaca sampai selesai, tapi jelas pesan itu membuat dada Andira terasa sekit, jantungnya seperti mau pecah.
“Mulai dari rumah, kamu banyak diam, ada apa?” Pertanyaan Alfin membuat Andira terkejut.
“Iya, Mas. A,ada a apa?” jawab Andira gugup.
Alfin heran dengan sikap Andira yang gugup.
“Kamu kenapa, sayang? Sepertinya ada yang kamu sembunyikan?” Tanya Alfin penasaran.
“Ah, aku baik-baik saja Mas. Kamu jangan khawatir ya.”
“Tapi sejak tadi aku perhatikan kamu seperti menyembunyikan sesuatu hal yang penting.”
“Gak ada Mas.”
“Benar?”
Andira mengangguk sambil tersenyum, karena ingin membuat Alfin percaya. Meski sebenarnya masih terus bertanya dalam hati, kenapa Alfin menyembunyikan kedekatannya dengan Hanin, apa tidak ingin Andira sakit hati atau apa itu, membuat Andira bingung.
Alfin mengemudi mobil dengan perasaan cemas, melihat tingkah Andira yang banyak diam. Tak lama kemudian mereka sampai di parkiran rumah sakit. Sebelum turun, Alfin melihat layar Handphonenya, karena ada pesan dari rekan kerjanya, Alfin melihatnya terlebih dahulu. Tanpa sengaja mata Alfin tertuju pada pesan yang ada di bawah pesan dari rekan kerjanya.
Membaca dari isi pesan itu, setelah itu melihat kearah Andira, yang masih duduk membisu.
“Apa yang kamu baca tidak seperti apa yang terjadi. Aku memilih diam tanpa bercerita dan berkata apapun, karena aku tidak ingin kamu sakit hati dan salah paham. Sungguh diluar kendaliku, aku seperti orang mengigau yang tiba-tiba dan tanpa sadar aku sudah berada di kamarnya. Padahal jelas waktu malamnya ada Mama dan Papa, begitu pulang aku langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Tapi, saat pagi aku melihat diriku sudah berada di kamarnya.” Jelas Alfin menatap Andira.
Andira tidak menjawab, antar percaya atau tidak, apa yang di bicarakan Alfin seperti sebuah cerita yang dirancang sebelumnya. Andira menatap suaminya, Alfin sangat takut kehilangan Andira, dia menunggu jawaban Andira seperti apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Mesra Jenahara
Okk lanjut thor cantik 🤗🤗😘😘
2021-10-08
0