Meninggalkan seorang yang di cintai, itu sangat berat, apalagi bersama istrinya yang lain. Ada cemburu yang terselip, tapi dia tahu wanita yang tinggal serumah juga halal untuk suaminya.
“Kenapa kamu tidak masuk? Seperti orang asing saja,” Arumi heran melihat Andira berdiri seperti patung di depan pintu.
“Ah, tidak apa-apa, aku menunggu kamu,”
Merekapun masuk, sepi tidak ada siapapun, karena Alfin sudah ada di kamarnya. Arkhan dan Arumi duduk di ruang keluarga, sedangkan Andira kekamar untuk berkemas. Setelah di kamar, Andira melihat Alfin sholat, dia diam melihat suaminya dari belakang.
“Apa yang terjadi tadi malam Mas?” Batin Andira.
Setelah Alfin selesai sholat Andira menghampirinya, dan memeluknya dari belakang. Parfum yanh tidak asing, dan kali ini pasti tidak akan salah orang.
“Andira,” langsung Alfin berbalik dan memeluknya.
“Kamu membuatku hampir saja melakukan hal aneh kepada Hanin. Dia tadi membangunkan aku, dan aku pikit itu kamu, maafkan aku sudah memeluknya,” Ujar Alfin jujur.
“Aku sudah melihatnya Mas. Aku tidak boleh cemburu, dia juga halal untukmu,” Jawab Andira, tersenyum menguatkan diri.
“Kamu tahu, itu yang aku takutkan, jika aku di lihat bersama dia, aku takut menyakiti kamu dan takut membuat kamu terluka.”
“Mas, jika kita terus ikhlas dengan apa yang terjadi, maka akan tercipta ketenangan untuk keluarga kita.”
“Kamu selalu memberikan nasehat itu, tanpa berpikir jika kamu sebenarnya terluka. Mata kamu tidak bohong, tatapan kamu membuat aku yakin, jika didalam hatimu belum begitu ikhlas untuk semua ini.
“Cukup!!! jangan berdebat lagi, aku herus pergi.”
“kemana?” Tanya Alfin terkejut.
"Ibu menelepon tadi malam, aku disuruh ke Malang sekarang juga, sepertinya mendesak,”
“Ya sudah aku antar kamu,” Jawab Alfin.
“Tidak Mas, kalian baru menikah, hargai Hanin, aku di antar Arumi dan Arkhan.”
Alfin menatap Andira dengan tatapan marah, seakan ingin memukul Andira, tapi Andira menyikapi dengan senyum
“Kalau Mas menatapku seperti itu, Mas tambah ganteng,” Rayu Andira sambil mengelus pipi Alfin.
“Kamu berubah, biasanya minta antar aku kemanapun kamu mah pergi,”
“Tidak ada yang berubah Mas, hanya saja kamu bukan hanya imamku, kamu punya dua tanggung jawab sekarang, dan dia masih baru dan membutuhkan kamu, kalau Mas nanti libur, boleh susul aku.”
“Oke, aku izinkan kamu untuk pergi bersama Arumi, tapi terus kabari aku ya. Aku nanti nyusul kalau sudah libur.”
“Iya Mas, terimakasih sudah di izinkan.”
Alfin mencium Bibir Andira, sebentar saja mereka sudah melakukan hubungan tanpa syarat, menjadi satu dalam dekapan, dan akhirnya selesai. Mereka mandi bersama dan Andira berkemas, tanpa mereka sadari di luar menunggu mereka keluar.
“Andira tu lama banget, entar kenak macet tahu rasa,” Guman Arumi.
“Sabar, kayak gak tahu Alfin,”
“Iya sih.”
Tak lama Andira dan Alfin keluar, kedua sahabatnya melihatnya sedetail mungkin. Rambut Alfin yang basah, membuat tertawa Arkhan dan Arumi.
“Kamu pikir aku ini apa, di suruh menunggu, bilangnya buru-buru, tahunya masih sempetin bermesraan,” Ledek Arumi kesal.
“Ah, kalian ada-ada saja,” Jawab Alfin.
Andira langsung ke dapur, menemui Hanin. Dia sedang bersih-bersih dapur dan mencuci piring.
“Hanin,”
“Eh Mbak,”
“Mbak pergi dulu ya, dalam waktu agak lama, titip rumah dan Mas Alfin, kamu sudah menjadi istrinya jangan sungkan untuk bicara atau dekat dengannya. Ini uang bulanan kamu, kamu butuh apa ambil uang ini.” Andira yang dengan lemah lembut berbicara dengan Hanin.
“Mbak, maaf kan Hanin,”
“Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah. Jaga diri baik-baik ya, Mbak pergi dulu.”
“Mbak hati-hati ya.”
“Iya,”
Andira pun pergi, berat sebenarnya, tapj lebih penting lagi menjeguk Bapak Ahmad. Setelah pamit ke Alfin, mereka pun berangkat.
Tidak banyak yang di bicarakan, Andira terlihat diam, dan Arumi hanya melihatnya. Mungkin membiarkan diam lebih baik, dari pada di nasehati tapi nantinya membuat Andira tambah sedih.
Alfin berangkat kekantor tanpa pamit Hanin, dia masih belum terbiasa dengan keberadaan Hanin di rumah itu. Masih penuh tanda tanya besar, kepulangan Andira ke rumah orang tuanya, karena menghindar atau karena memang di telepon orang tuanya untuk pulang. Sangat membuat Alfin khawatir akan itu.
Di ambil Handphonenya mencari lagu kesukaan Andira, mendengarkan menghayati lagu itu. Tanpa terasa Alfin menangis.
Lagu Muhasabah Cinta, yang setiap saat di dengarkan oleh Andira, membuat Alfin semakin rindu kepada Andira.
...Wahai pemilik nyawaku
...
...Betapa lemah diriku ini
...
...Berat ujian dari-Mu
...
...Kupasrahkan semua pada-Mu
...
...Tuhan, baru kusadar
...
...Indah nikmat sehat itu
...
...Tak pandai aku bersyukur
...
...Kini 'ku harapkan cinta-Mu
...
...Kata-kata cinta terucap indah
...
...Mengalir berzikir di kidung doaku
...
...Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
...
...Butir-butir cinta air mataku
...
...Teringat semua yang Kau beri untukku
...
...Ampuni khilaf dan salah selama ini
...
...Ya Ilahi, Muhasabah cintaku
...
...Tuhan, kuatkan aku
...
...Lindungiku dari putus asa
...
...Jika ku harus mati
...
...Pertemukan aku dengan-Mu
...
...Kata-kata cinta terucap indah
...
...Mengalir berzikir di kidung doaku
...
...Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
...
...Butir-butir cinta air mataku
...
...Teringat semua yang Kau beri untukku
...
...Ampuni khilaf dan salah selama ini
...
...Ya Ilahi, Muhasabah cintaku
...
...Kata-kata cinta terucap indah
...
...Mengalir berzikir di kidung doaku
...
...Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
...
...Butir-butir cinta air mataku
...
...Teringat semua yang Kau beri untukku
...
...Ampuni khilaf dan salah selama ini
...
......Ya Ilahi, Muhasabah cintaku.
......
Pada bait terakhir, Alfin semakin tidak bisa membendung air matanya. Merasa dirinya begitu banyak dosa, sehingga dengan apa yang terjadi adalah pengganti khilaf dan salahnya. Berjanji dalam hati bahwa akan berubah menjadi lebih baik lagi, demi Andira, dan demi wanita yang tanpa sengaja datang di kehidupannya.
“Aku merindukanmu Andira, sebentar saja kamu pergi aku seakan hilang kekuatanku untuk bangkit.” Masih dalam kesedihan.
Sekuat apapun menolaknya, jika yang datang adalah takdir yang sudah Allah kirim, maka pasti akan sampai juga. Manusia hanya bisa mengeluh, tanpa melihat sisi baiknya. Allah itu maha adil, jika yang terbaik, maka akan menjadi lebih baik, jika akan buruk, maka akan menjadi pelajar untuk kita bagaimana menyikapi masalah yang datang pada hidup kita.
Semua perlu proses, bisa mudah, bisa juga sulit, tergantung Allah bagaimana ingin memberikan ujian itu. Jika kita mampu melewati, maka akan banyak kebahagiaan dan kebaikan yang akan di gantikan kepada kita oleh Allah.
Jam menunjukkan pukul 12.00 Alfin tahu tidak akan ada yang mengantar makanan kepadanya, dia pun pergi untuk makan siang terlebih dahulu. Setelah hendak keluar, ada seorang menghampirinya.
“Pak ada titipan Makan siang untuk Bapak,”
Alfin terkejut, siapa yang menitipkan makanan itu, kenapa waktunya sangat pas sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
Pasti Hanin yg kirim makanan utk Alfin....
2021-10-22
1