......Semua rasa sayang yang ada adalah kehendak, dan tidak harus di paksa. Jika belum bisa menerima apa adanya, harus beraabar, buka meminta haknya dengan paksaan.
......
Semua terkejut, saat ada seorang wanita yang mengaku istri dari Bapak Alfin, dan Hanin duduk diantara karyawan itu, dia menceritakan semuanya. Ternyata dia tidak pulang kerumahnya. Tapi memata-matai Alfin, dan ingin memberitahukan dirinya, kalau sudah menjadi istri kedua Alfin. Beruntung sekali Alfin sudah tidak ada di kantin itu.
Hanin kini mulai berani, dirinya yang baru saja masuk kedalam keluarga Alfin, dan Andira, sudah bisa membeberkan semua cerita kehidupannya. Ada yang simpati, dan ada yang lebih memihak kepada Andira. Setiap pemikiran orang beda-beda, tergantung kita yang menjalaninya.
Orang ketiga, bagi para wanita yang setia di dalam pernikahan, kehadiran orang ketiga hanya akan menambah luka, apapun alasannya, bagi wanita yang tulus, jujur dan tidak sering menyakiti keluarga, dia akan benci dengan sosok orang ketiga.
Sudut pandang yang berbeda, untuk wanita yang hidup di madu, ada yang ikhlas dan ada yang terluka, semua perlu proses untuk menerima kenyataan jika ada dua wanita dan harus ikhlas berbagi satu laki-laki dengan wanita lain.
Baik istri pertama atau kedua, jika tidak ada ikhlas yang ada hanya rasa iri, cemburu dan sikap ingin memiliki seutuhnya tanpa di miliki yang lainya.
“Kamu lancang sekali mengaku Bapak Alfin suamimu,”
“Tanyakan saja, kita sudah resmi beberapa hari yang lalu,”
“Pasti kamu yang merayunya.” Ujar karyawan satunya.
“Dasar, jangan suka menuduh,” Jawab Hanin dan langsung pergi dari kantin.
Mereka para karyawan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Hanin.
Jam menunjukkan pukul 17.00 Alfin sudah sampai di rumah, Karena sudah sore, dia langsung kekamarnya dan tidak lupa pintu di kunci. Alfin benar-benar belum siap dengan apa yang terjadi saat ini. Hanin tahu jika Alfin datang, dan langsung masuk tanpa menyapa Hanin. Marah, ya pasti Hanin marah, karena merasa tidak di anggap.
Tak lama ada ketukan pintu yang membuat Hanin terkejut. Segera Hanin membuka pintu, termyata Ibu Ani dan Bapak Ilyas yang datang.
“Assalamualaikum, Hanin.” Sapa Ibu Ani.
“Waalaikumsalam, Ibu, Bapak,” Hanin menyalami mereka.
“Kok sepi?”
“Mas Alfin di kamarnya, kalau Mbak Andira pergi ke Malang Bu,”
“Ya sudah panggilkan Alfin, ibu mau bicara,”
Hanin senang sekali, akhirnya ada alasan ibuk nya datang. Karena Hanin, ingin melihat Alfin, tanpa menunggu lama Hanin langsung memanggil Alfin di kamarnya.
Tok tok tok, beberapa kali di ketuk, akhirnya pintu terbuka.
“Ada apa?” Tanya Alfin tanpa senyum.
“Ada ibu, Mas.”
“Iya,”
“Saya buatkan kopi dulu Mas."
“Iya,” jawabannya datar.
Hanin langsung pergi, dia menuju dapur, membuatkan kopi untuk Bapak ilyas dan Ibu Ani, juga Alfin.
Setelah siap, Hanin langsung membawa kopi tersebut ke ruang depan. Dengan ramah dan sopan meletakkan kopi satu persatu di meja.
“Silahkan di minum Bu, Pak,”
“Duduk Han,”
“Iya bu,”
Hanin duduk di sebelah Alfin, tapi Alfin tidak menoleh sedikitpun kearah Hanin.
“Kamu telepon Andira, sakit apa sebenarnya Pak Ahmad, kita harus datang menjenguk ke sana,” Ujar Bapak Ilyas
“Besok saya kesana Pa, untuk lebih jelasnya, besok Alfin kabari, keadaan Abah.”
“Hanin tinggal saja di rumah Ibu, dari pada sendiri di rumah,”
“Disini saja Bu, kasihan kalau di tinggal.” Jawab Hanin.
“Kalian harus akur, aku yakin Andira bisa menerima keadaan ini, sekarang Hanin yang harus belajar untuk bisa memahami semua yang terjadi. Kamu harus belajar sabar, menjadi istri kedua Alfin.” Ujar Ibu Ani. Hanin hanya mengangguk, tersenyum memastikan dirinya menerima keadaan ini.
“Alfin, kamu juga harus menerima Hanin sebagai istrimu, karena kamu juga harus adil membagi waktu antara Andira dan Hanin.” Ujar Bapak Ilyas lanjut menasehati.
“Insyaallah Pa, Ma. Saya harus belajar karena ini tidak mudah.” Jawab Alfin menunduk.
Mereka berbincang-bincang agak lama, setelah hampir 1 jam, Ibu Ani dan Bapak Ilyas pamit pulang. Kini dirumah itu hanya tinggal berdua saja.
Di lain tempat, arumi dan Arkhan pamit untuk segera kembali ke Australia. Beberapa hari menemani Andira membuat Andira senang, tapi akhirnya Andira sedih, karena teman yang bisa di ajak bicara dari hati kehati sudah hendak pulang.
“Kamu harus kuat, sabar, dan tegar seperti batu karang yang berdiri kokoh di tengah laut, siap di hantam ombak besar berulang-ulang. Aku harap, kamu cepat pulang kalau Abah sudah membaik. Ingat, cinta itu hadir karena ada peluang di antara mereka, dan aku takut kamu akan di sisihkan.”
“Jangan khawatir, aku pasti kuat dan baik-baik saja, setiap apa yang datang pada kita, aku yakin semu akan berakhir baik. Dan aku harus menerima jika Mas Alfin jatuh cinta pada Hanin, secara sadar tanpa harus marah atau ingin memiliki seutuhnya. Hanin juga berhak atas Mas Alfin.” Jawab Andira pelan tapi terlihat ikhlas.
Ada senyum tulus yang mengukir di bibir mungilnya. Senyum yang membuat sahabatnya itu berkaca-kaca. Tidak tega, dan belum bisa menerima kenyataan itu.
“Aku tahu, Alfin juga berhak, tapi kamu harus tahu, bahwa kamu yang harus mengendalikan semua. Jangan sampai Hanin yang mengendalikan Alfin.” Ujar Arumi masih dalam keadaan tidak ikhlas jika sahabatnya di permainkan.
“Insyaallah, semua akan baik-baik saja. Aku tidak bisa berbicara apa-apa, yang ada saat ini hanya pasrah akan taqdir yang sudah Allah gariskan padaku.” Jawab Andira.
Tak lama datang Ibu Anisa menemui Andira dan Arumi juga Arkhan. Beruntung sekali pembicaraan mengenai Alfin dan Hanin sudah selesai.
“Nak Arumi, Arkhan. Kenapa harus mendadak kembali Australia, Padahal Umik masih ingin makan bareng kalian.” Ujar Ibu Anisa sambil mengelus rambut Arumi.
“Abah sudah membaik Mik, Arumi harus segera kembali, bulan depan Insyaallah Arumi sama Mas Arkhan datang lagi.”
“Kalian kapan mau punya anak, usahakan jangan kemana-mana dulu, istirahat lalu program hamil, kalian akan menyesal nantinya kalau tidak punya anak.” Ujar Ibu Anisa.
“Pasti Mik, Arumi ikut program hamil, tapi bukan saat ini. Karena Arumi belum siap, masih mau lihat kesetiaan Mas Arkhan.” Jawab Arumi melihat kearah Arkhan lalu tersenyum.
“Kamu pikir aku laki-laki apa, akua bukan Al...” Ujar Arkhan yang membuat terkejut Arumi dan Andira. Tapi masih beruntung Arkhan tidak sempat melanjutkan kata-katanya.
“Al siapa? Kenapa berhenti?”
“Al teman Arkhan, Mik, orang Australia juga.” Jawab Andira karena tidak ingin Ibu Anisa berpikir itu Alfin.
“Iya Mik, teman Aku.”
“Jangan sampai kalian menghianati pernikahan kalian, jaga sebaik mungkin ya,” Ujar Ibu Anisa.
“Iya Mik,” Jawab mereka bertiga, terlihat
kompak.
Tidak ada yang bisa menyembunyikan pernikahan Alfin dan Hanin, karena suatu hari nanti semua akan terbongkar. Meski itu bukan aib, tapi bagi Ibu Anisa itu akan menjadi beban pikiran yang akan membuat ibu Anisa terluka dan Bapak Ahmad.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
Andira menurutku terlalu mengalah, ya memang bagus sih tapi segala sesuatu itu harus sesuai porsinya, kalau terus2an mengalah malah nanti dimanfaatkan.
2021-10-22
1
Mesra Jenahara
Kok aku yg gos* san baca bait demi bait..
Naahh kan lohh mulai terkuak sifat asli Hanin..Ini nihh yg ku maksud Hanin bakalan ngelunjak ✋✋👊
Apa mas Alfin akan punya rasa ma Hanin..
Liat lagi ntar..
puyeng deehh aahh..
Andira yg d madu aku nya yg kepanasan..
Berharap pak ilyas ketemu sm mantan terindahnya terus selingkuh biar bu Ani rasain juga tuhh perasaan Andira 😂😂😂..
hehehe greget thor ✌✌
2021-10-06
1
Safira Wulandari
lanjut
2021-10-06
1