......Belum selesai satu ujian hati, kini bertambah lagi ujian lain, tuhan sedang sayang kepada kita, hanya perlu bersabar agar setiap ujian yang datang bisa berakhir bahagia.
......
Ada kabar yang membuat Andira terkejut, sudah banyak yang terjadi beberapa hari inj kini ada lagi kabar yang membuat Andira harus kembali sedih dan menangis. Arumi merasa haran melihat ekspresi Andira yang berubah muram.
“Ada apa? Siapa yang menelpon kamu?” Tanya Arumi khawatir.
“Umik,”
“Ada apa dengan Umik?” Tanya Arkhan juga ikut panik.
“Abah drop, mendadak terkena serangan jantung,”
“Ya Allah, lalu apa rencana kamu sekarang?”
“Pulang, tolong pesankan tiket untuk besok pagi, karena tidak mungkin aku pulang bawa mobil sendiri,”
“Alfin harus ikut,”
“Tidak, Mas Alfin tidak boleh ikut, dia baru saja menikah, aku tidak mau menyakiti perasaan Hanin.”
“Kamu pikir orang tua kamu tidak akan tanya, jika Alfin tidak ikut, pasti dia akan tanya. Karena selama ini, setiap kamu datang ke Malang, Alfin selalu menemani kamu,”
“Kali ini aku minta kamu dan Arkhan yang akan menemani aku, maukan?”
“Buka soal mau atau tidak, tapi kamu akan jawab apa sama Umik nantinya,”
“Katakan saja, Mas Alfin sedang banyak tugas kantor.” Jawab Andira, tanpa sadar ingin mencoba berbohong.
“Kamu sekarang sudah mulai berbohong, sejak rencana pernikahan Alfin, kamu sudah belajar membohongi orang tua kamu. Ini hal besar, Umik dan Abah harus tahu,”
“Aku mohon, ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu Abah dan Umik, apalagi Abah sedang sakit, tolong jangan kamu ceritakan dulu, pada saatnya aku akan menceritakan semua yang terjadi, Arumi.” Andira memohon, di wajahnya terpancar kesedihan yang sangat terpuruk.
Arumi tidak bisa berkata apa-apa lagi, segera dia membuka aplikasi yang biasa memesan tiket pesawat onlien untuk tujuan Malang.
Tiga tiket sudah di pesan, keberangkatan jam 8 pagi, mereka langsung ke hotel untu istirahat. Andira langsung mengambil mukenah yang tersedia di kamar hotel itu, sholat isyak terlebih dahulu.
Perasaannya semakin tidak menentu, saat ini bukan hanya memikirkan pernikahan Alfin, tapi harus memikirkan Bapak Ahmad. Abah yang sangat menyayangi dan mencintai Andira. Dan entah apa yang akan terjadi jika sampai Bapak Ahmad tahu, jika, putrinya di madu.
●》Ya Allah, semua sudah Engkau gariskan dalam hidup Hamba. Jalan yang penuh liku atau yang lurus, ikhlaskan hati hamba menerima ujian ini.
Ya Allah, Hamba belum siap kehilangan Abah, sembuhkan Abah, sehatkan Abah, karena hanya Abah dan Umik milik Hamba.
Semua Hamba pasrahkan kepada-Mu ya Robby, hidup dan mati Engkau yang lebih tahu, ikhlas, pasrah, dengan Taqdir-Mu. Amiin.●《
Hening, tanpa suara apapun, malam sudah semakin larut, Arumi sepertinya sudah kecapean, selesai sholat Arumi tertidur di sofa. Andira mengambilkan selimut untuk Arumi, menyelimuti nya. Tidak tega rasanya kalau di bangunkan, seharian sudah ikut sibuk di acara Alfin. Andira bersyukur mempunyai sahabat yang begitu tulus, dan menganggap Andira saudara sendiri.
Saat masih SMP, sebelum keluarga Andira pindah ke kota Malang, mereka sudah bersahabat, begitu juga dengan Alfin dan Arkhan.
Cinta Alfin bermula saat SMA kelas 3 di akhir semester, sejak saat itu mereka pacaran. Dan pada akhir semester itu juga orang tua Andira memilih pulang ke kota kelahirannya. Bisnis kuliner yang di tekuni di tutup, dan pindah ke kota malang mengurus perkebunan dan sawahnya disana. Terpisah untuk sementara antara Alfin dan Andira. Andira lebih memilih kuliah di pesantren dan belajar agama, setelah selesai kuliah, Andira ingin bekerja di Jakarta, hingga akhirnya bertemu lagi dengan Alfin, dan memilih menikah.
Alfin saangat mencintai Andira, mereka yang sempat terpisah selama hampir 5 tahun, akhirnya mengukir janji di abadikan lewat ikatan suci disaksikan ribuan tamu undangan di hotel ternama, yang terletak di Kota Malang.
Siapa sangka di usia pernikahannya yang ke lima tahun, sebuah ujian menyapa di kehidupan Andira dan Alfin. Mempertahankan meski menyakitkan, membela dan memilih di poligami, meski tahu itu akan sakit berkepanjangan. Tuhan sudah memberikan taqdir untuk hidup Andira dan Alfin. Andira juga sudah berusaha ikhlas dengan semua yang terjadi.
Kehilangan adalah hal paling menyakitkan, memiliki tapi harus berbagi itu lebih baik, bagi Andira untuk saat ini. Apalagi dirinya sedang hamil, yang di tunggu-tunggu selama ini.
Malam sudah semakin larut, keheningan sudah tercipta, di luar sana sudah banyak orang yang istirahat, karena lelah bekerja seharian.
Tanpa terasa Andira juga tertidur di atas sajadahnya, dia yang baru saja selesai sholat malam dan mengaji, akhirnya bisa istirahat juga.
Keesokan harinya, adzan subuh berkumandang, Andira segera bangun dan membangunkan Arumi, setelah Arumi bangun, mereka bersiap untuk sholat.
Disisi lain, Hanin yang tidur sendiri di kamar, terbangun dan melihat kesampingnya, dia duduk mengingat semuanya.
“Ternyata Mas Alfin benar-benar mencintai Mbak Andira, sampai pagi pun dia tidak masuk kekamar ini. Mungkin dia tidur dengan Mbak Andira, sebaiknya aku bangun dan membantu Mbak Andira memasak.” Guman Hanin yang masih belum terbiasa.
Setelah sholat, Hanin langsung keluar, pintu masih tetap menyala semua, Hanin melihat kearah kursi sofa, terlihat Alfin tertidur masih dengan kemaja yang di pakai semalam. Hanin lupa jika Andira keluar tadi malam bersama Arumi.
“Apakah Mbak Andira yang pergi tadi malam, tapi belum kembali, ? Kenapa Mas Alfin masih tetap dengan baju yang sama.” Batin Hanin.
Karena sudah subuh, Hanin menahan malu, dan memberanikaan diri membangunkan Alfin.
“Mas, bangun. Sudah subuh,” Sampai berulang-ulang membangunkan Alfin, dan akhirnya Alfin terbangun.
“Apa sayang, masih capek tahu,” Ujar Alfin tanpa sadar jika yang membangunkan adalah Hanin. Sontak Hanin terkejut. Karena malu, Hanin berdiri. Ketika hendak pergi, tangan kokoh Alfin menarik tangan Hanin sampai tubuh Hanin jatuh pada tubuh Alfin.
Mata Alfin yang masih terpajam, memeluk tubuh Hanin. Sedangkan Hanin gemetar dan debaran jantungnya berdetak kencang.
“Mas sadar, aku Hanin. Bukan Mbak Andira,” Ujar Hanin berusaha melepas pelukan Alfin.
Mata Alfin langsung terbuka lebar, dan melepaskan pelukannya. Hanin segera berdiri dan Alfin langsung duduk.
“Maaf bukan saya lancang mendekat sama Mas Alfin. Tadi saya bangunkan Mas Alfin untuk sholat.” Hanin menunduk merasa malu atas kejadian itu, dan jantungnya masih terus berdetak kencang.
“Aku yang minta maaf. Kamu boleh pergi,” Jawab Alfin datar, dan langsung masuk kamar.
Ada sosok wanita tengah berdiri menyaksikan itu semua, Andira yang tiba-tiba datang saat Alfin memeluk Hanin. Tapi dengan cepat, kembali lagi keluar dengan langkah pelan agar tidak di dengar.
Pelukan yang di lihat membuat Andira harus menahan cemburu, karena semua yang terjadi keinginan Andira, dan Andira harus siap dengan hal apapun yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
hhhmmmm sakittttt banget thor, kasihan Andira 😭😭😭😭
2021-10-22
1
Mesra Jenahara
Rasa nya tuhh kayak mw teriak sejadi jadi nya 😭😭😭😭😭
Ini baru awal lo gimana selanjutnya sakit nya tuhh minta ampun..
padahal tuuhh tadi hanya salah paham yg mengira Hanin adalah Andira..
gimana ntar sikap Alfin kedepanya terhadap Hanin..
2021-10-04
1
Syania Mariadjang Yana
NEXT..........
2021-10-04
1