......Mengucapkan ikhlas itu mudah, bahkan di nasehti untuk bersabar itu gampang. Tapi menjalaninya yang sulit, karena ikhlas itu sulit sekali datang. Kecuali kita mempunyai hati yang tulus.
......
Keadaan menjadi tidak ceria, meski di dapur memasak bersama, tapi Arumi tidak lagi banyak bicara. Sepertinya Arumi marah dengan keputusan Andira. Tak lama Hanin datang di antara mereka. Awalnya Arumi tidak ingin melihat wajah Hanin, dan tidak ingin bertemu. Tapi, Hanin datang dengan tiba-tiba. Wajah Arumi berubah kesal, ada tatapan tidak suka dari mata Arumi. Membuat Hanin menunduk, dan kemudian mendekati Andira.
“Mbak, taman belakang sudah saya sapu, mana sapu buat pel lantai Mbak, biar saya kerjakan.”
“Tidak perlu, kamu istirahat dulu. Biar Mbak yang membereskan semuanya.”
“Tidak apa-apa Mbak, saya bantu Mbak bersih-bersih.”
“Cari muka,” Ujar Arumi ketus lalu pergi.
Andira berusaha mengalihkan Hanin di ajak bicara, karena takut marah dan akan menggugat atau meminta polisi menghukum Alfin.
“Oh, iya. bantu Mbak antar masakan saja kerumah Mama, nanti naik taxi. Kalau kamu disuruh makan sama Mama, sebaiknya mau saja ya. Karena Mama tidak suka ditolak kalau sudah maunya.”
“Baik Mbak.”
Segera Andira siapkan, sebenarnya itu hanya akal-akalan Andira, karena menjaga perasaan Hanin. Andira tahu bagaimana Arumi, dia bisa berbuat nekat memarahi Hanin kalau terus disana.
Setelah selesai, Andira memberikan kotak yang berisi sayur dan lauk. Andira memberikan uang ongkos taxi dan alamat rumah Ibu Ani dan Bapak Ilyas.
Setelah mengirim pesan kepada mertuanya, Andira merasa tenang, karena Ibu Ani setuju dengan ide Andira untuk sementara Hanin tinggal disana. Ibu Ani juga tahu Arumi keras kepala, karena Arumi dan Arkhan juga sahabat Alfin, jadi sudah mengenal sifat mereka berdua.
“Kamu suruh kemana calon pelakor itu?” Tanya Arumi dengan nada kesal.
“Kerumah Ibu,”
“Baguslah, dia lebih tahu aturan. Belum menikah sudah mau tinggal disini.”
“Itu kemauan kita, makanya dia tinggal disini. Lagian dia hidup sebatang kara, sudah kita jangan bahas itu lagi. Saya sekarang kamu siapkan semua, aku harap jangan bahas ini lagi ya.”
“Tidak bisa dong, kamu itu juga korban, lagian udah mati aja masih ingat buat jodohkan anaknya. Tanpa tahu sudah punya istri belum, main minta aja. Masuk neraka orang kayak gitu,” Ujar Arumi sangat kesal.
Arumi langsung pergi memanggil Alfin dan Arkhan di taman samping dekat dapur. Saat ini Arkhan juga sudah tahu, meski tidak jelas, tapi sudah mengerti kalau Alfin akan menikah lagi.
“Yang mau makan, masakan sudah siap,” Panggil Arumi, dan masuk lagi.
“Lihat, Arumi marah,”
“Aku juga marah, tapi aku menghargai keputusan Andira.”
“Aku yang merasa tersiksa, selama ini aku selalu setia di pernikahanku. Tapi kali ini, aku akan menjadi orang pengkhianat yang tanpa di duga-duga.”
“Aku hanya titip pesan, berlaku adil, kasihan Adira. Buat senyaman mungkin menghadapi poligami yang sedang terjadi di keluargamu.”
“Iya, itu yang aku pikirkan. Aku sudah menolak untuk menikah dengannya. Tapi, Andira memaksaku, dia takut Mama dan papa tidak menerima dan akan sakit katanya. Bahkan takut masa depan calon anak kita akan di panggil anak narapidana. Aaah, kesal jika aku harus ingat semu ini.” Ujar Alfin tampak frustasi.
“Ayo kita segera ke ruang makan, pasti mereka menunggu kita.” Ujar Arkhan.
Alfin dan Arkhan pun masuk, menghampiri istrinya masing-masing. Yang terlihat diam, tidak sehangat sebelun tahu apa yang terjadi.
“Arumi, ambilkan Arkhan nasinya, sudah kamu jangan jutek lagi.” Ujar Andira berusaha menghangatkan suasana.
“Aku tidak akan jutek, kalau kabar sahabatku baik-baik saja, tapi kali ini, aku kecewa setelah tahu rumah tangga kalian tidak baik-baik saja. Aku tidak pernah memberi izin kalian menghadirkan orang ketiga di rumah ini. Aku tidak rela larena aku tahu kalian saling mencintai. Pikirkan lagi matang-matang, jika di penjara adalah hal yang terbaik lebih baik dipenjara, aku tidak malu mempunyai sahabat narapidana dari pada aku harus melihat Andira menderita setiap saat, setiap waktu, setiap hari, bahkan selamanya. Pernikahan itu adalah hal yang sakral, begitu diucapkan pantang untuk ditinggalkan, mumpung semuanya belum terjadi pikirkan lagi demi masa depan kalian dan calon anak kalian.”
“Aku sudah pikirkan apa yang akan terjadi jika Mas Alfin dipenjara. Bagaimana dengan anakku, dia akan malu nantinya jika ayahnya disebut mantan narapidana. Perasaan Mama dan juga akan terluka jika melihat Mas Alfin dipenjara, lebih baik aku korbankan perasaanku. Aku yakin Hanin adalah wanita yang baik. Sekarang tergantung Mas Alfin, jika Mas Alfin mau menjadi imam yang baik, aku yakin semuanya akan baik-baik saja.”
“Oke, oke. Sekarang aku tidak akan banyak bicara lagi, semuanya terserah kamu aku sudah mengingatkan dan melarangmu jika suatu hari nanti kamu menyesal dengan pernikahan ini kamu jangan pernah mengeluh kepadaku karena aku tidak mau mendengarkan itu. Sekarang lakukan yang kamu mau. Apa yang kamu inginkan aku tidak mau tahu lagi. Setelah ini, aku akan pulang ke Jogja, aku tidak mau jika harus melihat pernikahan Alfin dengan wanita lain, sedangkan kamu menangisi semua itu.”
Semua terdiam, menyantap makanan seperti terpaksa. Setelah selesai Arumi langsung kekamarnya. Arkhan tahu sifat keras kepala Arumi, jadi percuma jika harus di jawab semua omelannya.
“Aku minta maaf sikap Arumi kasar, dan tidak bisa memahami keadaan ini.” Ujar Arkhan.
“Aku tidak marah, aku mengerti dia sangat sayang terhadap keluargaku, sekarang kamu temui dia. Tidak apa-apa kalau mau kembali ke jogja, aku tidak mau Arumi terus emosi.”
“Sekali lagi maafkan aku,” Ujar Arkhan merasa bersalah.
“Santai aja. Sana temui Arumi.” Jawab Alfin.
Arkhan menyusul Arumi kekamar, dan menghampirinya.
“Kita pulang sekarang,”
“Kamu tidak boleh menghakimi Andira dan Alfin sepertu itu. Karena tidak semua yang kamu pikirkan itu benar,”
“Sayang, tolong jangan buat aku tambah kesal.”
“Oke, kita pulang,”
Baju yang sudah di tata rapi kini di masukkan lagi kedalam koper. Biasanya mereka berdua bermalam di rumah Andira sampai satu minggu. Karena orang tua Arumi dan Arkhan sama-sama sudah menetap di Australia. Arkhan dan Arumi hanya sesekali saja pulang ke jogja, kadang sampai di jakarta saja di rumah Andira.
Mereka keluar dari kamar,menemui Andira dan Alfin di ruang depan.
“Alfin, Andira, kita pulang ya.” Pamit Arkhan.
“Kalian hati-hati ya, maaf tidak bisa menjamu dengan baik.” Jawab Alfin.
Arumi memeluk Andira, tapi tidak bicara, lalu pergi tanpa berkata apapun. Arkhan hanya menggelengkan kepalanya. Merasa belum bisa membimbing Arumi dengan benar. Karena sikap dan sifatnya sulit hilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
memang heran juga kenapa bapaknya Hanin meminta pertanggung jawaban Alfin dengan harus menikahi putrinya, egois sekali, mending kalau belum punya istri...tidak berpikir ya bagaimana kalau kejadian menimpa putrinya, di poligami apa bapak rela....huhuhu kesel aku thor😡😡
2021-10-21
2