...Tak akan pernah rela jika melihat yang kita cintai bersama wanita lain. Dan hati wanita yang di madu harus ikhlaskan semuanya saat suaminya sudah menerima dan mulai mencintai istri keduanya.
...
Mungkin ini bagai mimpi bagi Andira, tapi lambat laun, Andira harus menyadari akan semua yang terjadi. Dan harus benar-benar menerima kenyataan bukan hanya dirinya yang ada di kehidupan Alfin.
Tanda merah yang telihat jelas di leher bagian depan, membuat Andira harus menelan ludahnya kembali. Air matanya di hapus, karena harus ingat pada kemauannya sendiri yang tetap memilih Alfin menikah lagi. Tidak memikirkan apa yang akan terjadi, yang dipikirkan hanya demi orang-orang yang di cintai, tanpa berpikir dirinya akan hancur atau tidak.
Alfin tidak mengerti ada apa dengan Andira, melihatnya menangis dan wajah yang awalnya ceria, kini berubah menjadi sangat sedih.
“Ada apa, sayang?” Alfin tampak khawatir, dia yang belum menyadari akan tanda merah itu, membuat dirinya bingung.
“Tidak apa-apa Mas, aku bersyukur kamu dan Hanin bisa berdua beberapa hari ini, bahkan kamu sudah menerima Hanin. Aku harus ikhlas, karena Hanin kan juga bagian dari hidupmu sekarang.” Ujar Andira berusaha tersenyum.
Alfin merasa heran dengan ucapan Andira, apa maksud Andira sebenarnya. Seakan Andira tahu yang terjadi antara Alfin dan Hanin.
“Kamu tidak lagi menuduhku yang bukan-bukan kan?”
“Sama sekali tidak,” Jawab Andira tersenyum.
“Kamu harus tahu, hanya kamu wanita satu-satunya yang aku cintai, apapun yang terjadi,
aku tetap mencintaimu.” Ujar Alfin tulus
“Masih saja kamu tidak mengakui Mas, lalu tanda merah itu apa!” Batin Andira menatap suaminya.
“Lah bengong,”
“Gak apa-apa Mas. Ya sudah aku buatkan yang hangat-hangat dulu ya, biar capeknya hilang.” Ujar Andira, lalu berbalik meninggalkan Alfin. Tapi, Alfin menarik tangan Andira, sampai Andira terjatuh kepelukan Alfin.
“Aku hanya merindukanmu, tidak butuh yang lain, hanya ingin memelukmu, merasakan kehangatan yang lama sudah tidak aku dapatkan darimu. Kamu adalah segalanya dan kamu harus mengerti kalau aku sangat merindukanmu.”
Andira hanya diam, dia membiarkan Alfin memeluknya, membiarkan Alfi berbuat lebih jauh, karena Andira tahu Alfin suaminya, dia harus patuh dan mengikuti kemauannya, maski sebenarnya pikirannya masih jauh disana.
Melakukan kewajiban sebagai seorang istri, tapi hanya mengikuti permainan Alfin. Tidak benar-benar merasakan hal yang biasa di rasakan. Seakan dalam diri Andira sudah mati rasa.
“Ya Allah, ampuni Hamba yang tidak bisa melayani suami dengan baik. Tapi apalah daya, pikiran dan hati Hamba belum bisa seutuhnya Ikhlas, Ya Allah beri kesabaran kepada Hamba, beri keikhlasan kepada Hamba, agar mampu menerima taqdir Hamba sebagai wanita yang di duakan.” Batin Andira.
Siang yang begitu cerah, jam menunjukkan pukul 13.30, Alfin terlelap setelah merasa kelelahan. Andira yang sudah mandi langsung memasak untuk Alfin. Dan memasaak untuk kedua orang tuanya juga.
Tiba-tiba saja, ada ketukan pintu. Andira segera ke luar membukanya. Andira tersenyum melihat laki-laki muda yang baru datang.
“Alex?”
“Kakak!”
Mereka sangat bahagia, Alek menyalami Andira. Alek adalah adik sepupu yang sudah di tinggal wafat kedua orang tuanya, sejak bayi di asuh oleh ibu Anisa, sampai di susui ibu Anisa. Jarak Alex dan Andira hanya dua tahun. Mereka terlihat mirip, seperti adik kakak. Alex sejak SMP sudah tinggal di pesantren, bahkan saat ini memilih mengajar di pesantren.
“Kakak tidak sayang sama Alex,” Ujarnya cemberut
“Kata siapa gak sayang,”
“Buktinya Abah sakit tidak ada yang menelpon Alex.” Ujar Alex terlihat murung
“Kamu kan sibuk. Umik tidak izinkan kamu di kasik kabar,” Jawab Andira santai
“Apa karena Alex bukan anak Umik sama Abah? sampai-sampai tidak dikasih kabar” Alex masih cemberut.
“Bukan karena itu, kamu tidak boleh su’uzon. Umik bilang kamu banyak tugas, kalau Kakak sama Umik tidak bisa jagain Abah, pasti kamu di telepon dan disuruh pulang. Sudah jangan cemberut, tahu dari siapa kalau Abah sakit?” jelas Andira.
“Paman Subki, kemaren sempat mampir waktu jenguk putranya di pesantren ramadhan. Dan menceritakan sakitnya Abah, yah aku kecewa sama Kakak dan Umik, tapi aku sadar dan gak marah, pasti Kakak dan Umik mikirin sibuknya Alex.” Ujar Alex
“Maafin Kakak ya,” Andira tersenyum kearah adik angkatnya.
“Iya Kak. Oh, iya, Kak Alfin, mana?”
“Masih tidur, dia baru sampai tadi jam 11. Dari rumah sakit langsung disuruh pulang dulu sama Abah.”
“Abah sudah cerita barusan Kak.”
“Jadi kamu udah dari rumah sakit?”
“Iya Kak, karena Aku sangat kepikiran sama Abah.”
“Iya, sudah kamu mandi dulu, habis itu kita makan bersama, Kakak bangunkan Mas Alfin dulu.”
“Siap Kak.”
Alex pun masuk kekamarnya. Sedangkan Andira langsung membangunkan Alfin. Melihat Alfin yang tertidur pulas membuat Andira tidak tega membangunkan Alfin. Dan melihat tanda merah itu, rasa sakit Lagi-lagi datang, membuat sesak di dada. Tapi Andira akhirnya sadar, kalau dirinya tidak boleh egois. Dan harus lebih bersabar dan ikhlas. Semua sudah Allah atur, jadi Andira harus terus belajar sabar, sampai rasa egois itu hilang.
Handphone Andira berdering, ternyata Arumi yang menelpon. Segera Andira menerimanya.
“Assalamualaikum,” sapa Andira
“Waalaikumsalam, eh, gimana si Alfin, apa benar-benar datang?”
“Iya sudah datang, masih tidur, kamu sudah mulai kerja?”
“Iya, sekarang aku lagi di kantor.”
l
“Sudah makan?”
“Baru aja selesai,”
“Jaga kesehatan ya, semoga cepat hamil, biar tidak terlalu tua saat punya anak.”
“Mmmm, iya Ibu Andira, cerewet banget tahu.”
“Kamu kalau di kasik tahu selalu seperti itu. Mempunyai anak itu penting, kelak kalau sudah tua, kita tidak kesepian.”
“Itu menurut kamu, menurutku tidak. Mempunyai anak itu hanya di suruh ngasuh, jagain 24 jam. Setelah itu nikah pergi meninggalkan kita.”
“Ah, sudahlah, aku malas bicara masalah anak kalau sama kamu.”
“Hehe, maaf ya. Kalau begitu salam sama Abah, Umik. Aku sudah sampai dengan selamat. Doa terbaik untuk Abah semoga cepat pulih.”
“Amin, baiklah aku sampaikan salam kamu nanti malam.”
“Aku tutup dulu, Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam.”
Andira meletakkan Handphonenya, lalu mengelus pipi Alfin. Bulir hangat jatuh membasahi pipi Andira.
“Mas, berlaku adillah, aku tidak mau mempunyai suami yang akan berlaku tidak adil kepada istri-istrinya. Karena kamu akan menanggung dosa yang sangat besar.”
Andira mengusap air matanya, dia tidak ingin Alfin terbangun dan melihat dirinya menangis. Setelah itu membangunkan Alfin dengan pelan sekali. Alfin tersenyum ketika membuka mata langsung melihat Andira di hadapannya.
“Sayang, kamu masak apa? Aku lapar,”
“Sop kikil sama sambal bawang,”
“Kamu memang tahu kesukaan ku, aku mandi dulu ya, setelah itu aku keluar,”
“Cepatlah, ada Alex,”
“Kapan dia datang?”
“Tadi siang,”
“Oke, katakan pada Alex tunggu aku, kita makan bersama.”
Andira mengangguk dan tersenyum, segera Alfin kekamar mandi. Ketika Andira hendak keluar ada bunyi pesaan masuk di Handphonen Alfin. Setelah Andira melihatnya, Andira langsung duduk kembali, tangannya bergetar, dia merasa sakit hati, ingin menjerit, tapi tidak mampu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
ya ampuun nyesekkkkk...sabar Andira pasti nanti kelakuan Hanin akan terbongkar
2021-10-22
1
Mesra Jenahara
Smpe kapanpun ngga akan ada seorang istri mampu d madu pasti ada sedikit goresan d hati itupun klo yg mampu tahan..percuma juga sllu bilang ikhlas dan sabar tapi ujung* nya sakit hati yg ada jadi makan hati lama* jadi boomerang untuk diri sendiri krn setuju menikahkan suami sendiri dgn wanita lain pdhl ngga tw seperti apa konsekwensi nya ke depan..masalah nya ini berurusan dengan hati..jgn pandang sebelah mata apalagi si Hanin perempuan ngga tw diri itu yg sok polos sdh menunjukkan jati diri nya yg sbnrnya..
Berharap Alfin ngga akan pernah jatuh cinta sm Hanin..Dan buat Hanin loe luser..
dan buat Andira moga segera d beri petunjuk klo si Hanin buruk rupa itu perempuan ngga baik..Aaminn..
2021-10-08
2
Chienchien Prabowo
iiih...gemes bgd sama sii hanin pgen ngejambak sumpaah...kira baik eeee....tau nya jahaat jg
2021-10-07
1