Fella dan kedua orangtuanya sedang sarapan di meja makan, sesaat kemudian Fella melihat jam tangannya yang baru di belikan oleh sang Ayah. Dengan spontan Fella berkata, "Ah... Ayah, Aya berangkat sekolahnya nggak bareng sama Ayah ya, soalnya ini waktunya udah mepet banget, Aya takut telat kalau bareng sama Ayah."
Mendengar putrinya berbicara seperti itu Angga mengerutkan keningnya, saat melihat jam dinding di ruang makan. "Ini baru jam 06.10 sayang, apanya yang mepet?" tanya Angga.
Dengan cepat pula, Fella melebarkan matanya, Fella melihat jamnya sekali lagi. "Jam Ayah rusak itu, pasti rusak." ucap Fella terkekeh.
Angga menghela napas dan segera melirik ke arah anaknya. "Nggak rusak kok sayang, jam Ayah bener. Orang Ayah liat jamnya di tembok itu." jelas Angga sambil menunjuk jam yang di ruang makan.
Fella mendengus kesal, pasti permintaannya nggak mungkin di izinin sama Angga, sesekali Fella menghela napas dengan cukup berat, dan mengunyah sarapannya.
Angga dan Merry saling bertukar pandang, ada yang aneh dari putrinya kali ini, karena sejak tadi Fella selalu bicara ngelantur dan kurang bisa di fahami, oleh kedua orangtuanya.
Fella kembali bernapas dengan cukup panjang, ia membuangnya secara perlahan, gadis itu akhirnya memberanikan dirinya untuk meminta izin kepada kedua orang tuanya khususnya, kepada Angga.
"Ayah, Bunda, boleh ya kalau Aya berangkat ke sekolahnya naik motor sendiri, kan sayang kalau motornya cuman di anggurin buat pajangan rumah," ucap Fella dengan nada pelan.
Kedua orang tua setengah baya itu sedikit terkejut, saat mendengar permintaan dari putrinya itu, langsung saja tersedak oleh makanan yang baru saja mereka kunyah. Angga dan Merry langsung mengambil air minum yang ada di hadapan mereka, sesaat kemudian, Angga dan Merry saling bertukar pandang kembali, kedua orang tua setengah baya itu, sempat menahan tawa saat anak gadisnya berkata seperti itu.
"Ya ampun sayang, dari tadi kamu ngomongnya muter-muter cuma mau ngomong gitu aja, sama Ayah dan Bunda kamu," ucap Angga sambil memandang ke arah putrinya.
Sesegera mungkin Fella mengangguk-anggukkan kepalanya dengan semangat. Merry hanya mampu menahan tawanya, karena putri semata wayangnya itu bertindak sangat konyol di depan suaminya. Lelaki itu sudah jelas-jelas melarangnya untuk memakai motor, karena takut kecelakaan seperti dulu terulang kembali.
"Tapi, Ayah nggak izinin." tegas Angga cepat.
Seketika Fella yang tadi sumringah mendadak memajukan bibirnya, melipat kedua tangannya di dada dan meletakkannya tepat di depan dada.
"Tapi, Bunda udah ngebolehin Aya pakai motor kok yah, Bunda nggak ngelarang Aya lagi." Fella mencari pembelaan dari Merry.
Angga menyipitkan matanya kemudian beralih memandang kearah Merry. "Bunda, ngizinin Aya bawa motor sendiri? Sejak kapan?" Lelaki itu memajukan wajahnya ke arah istrinya yang masih makan tersebut, Merry yang melihat ekspresi wajah suaminya langsung meletakan sendok-nya dengan cepat. Merry tau kalau suaminya terlalu over dengan putrinya itu.
Wanita setengah baya itu, dengan santainya menjawab pertanyaan suaminya. "Ya.... sejak Ayah nggak ada di rumah," balas Merry dengan santainya, seraya tersenyum manis mencoba menggoda suaminya, agar tak memarahinya.
Mendapat pembelaan dari Merry, Fella langsung saja beranjak dari meja tempatnya duduk, gadis itu langsung mencium pipi dan tangan kedua orangtuanya seraya berpamitan. "Udah ya, Ayah. Aya udah mepet banget waktunya, Aya berangkat dulu," ucapnya seraya berlari meninggalkan kedua orangtuanya.
Angga menghela napasnya sesekali, melirik kearah Merry, kemudian lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan. Sungguh, ia tak percaya dengan kelakuan anaknya yang langsung ngeluyur kabur, merasa mendapat izin dan dukungan dari Merry. Padahal, Angga belum memberi jawaban 'IYA'.
...~Cinta Untuk Fella~...
Sampai di halaman sekolah, motor sport berwarna putih milik Fella yang sudah terparkir rapi di sana, membuat siswa lain berbisik. Gadis itu menjadi sorotan bagi siswa-siswi lain di pagi ini, mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang, gadis yang dulunya anggun dan selalu ceria, kini telah berubah, menjadi gadis yang dingin dan acak kadul, alias urakan bagi sebagian gadis-gadis yang memang tak suka dengan perubahan sifat Fella saat ini, sebuah alasan yang cukup konyol bagi mereka, yaitu 'putus cinta'.
Tapi sebagian malah mengagumi Fella dengan perubahan sikapnya saat ini, justru itu membuat para lelaki berlomba-lomba ingin terus dekat dengan dirinya. Sedangkan, Faya dan juga Bella, merasa tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini, mereka berdua langsung menghampiri Fella.
"Fel, lo beneran naik motor ini?" tanya Bella masih tak percaya, gadis itu menunjuk motor yang tadi di pakai Fella saat berangkat sekolah.
Fella hanya mengangguk, dengan kedua tangan sibuk merapikan pakaiannya.
"Nggak sopan tau! Cewek naik motor segede kaya gini, entar lo dikatain cewek petakilan baru tau rasa loh," ucap Faya sambil menggelengkan kepalanya pelan. Gadis itu melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
Bella yang mendengar hal itu dari mulut bibir Faya sontak mendelik, sebelum akhirnya mengikut lengan Faya dari samping.
Fella tak memberi respon, gadis itu hanya menunjukkan senyum sinis-nya, kemudian berlalu lalang begitu saja.
Dengan napas dan langkah berat, Bella dan Faya mengikuti sahabatnya itu. Faya masih dengan bibir mengedumel, sedangkan Bella hanya mengiyakan setiap ucapan Faya.
Sampai di koridor kelas XII IPS 1, yang memang terkenal sebagai kelas nyinyir entah laki-laki atau cewek, intinya penghuni kalas itu suka sekali melempar kata-kata pedas ke sembarang orang. Apalagi salah satu di antaranya tidak menyukai sikap sok yang di perlihatkan oleh Fella, mereka langsung nyindir tanpa ada obat.
"E-hem... ciye... abis 'putus cinta' ya gitu deh, jadi sok ke centilan, pagi-pagi udah bikin heboh satu sekolahan!" seru salah seorang gadis yang berdiri di depan pintu kelas XII IPS 1, yang terlihat dari take name seragamnya bernama Mila Sofia.
"Biasa, Mil cari muka dia! Awas loh, entar cowok lo kesem-sem sama dia, baru tau rasa lo Mil," sahut salah satu temannya yang langsung tertawa lepas.
Fella yang Mendengar ucapan dari kakak kelasnya itu hanya mendengus kesal, karena menurut Fella mereka hanya syirik dengan kehidupannya. "WHATEVER" dengan ketus Fella hanya melontarkan kata-kata tersebut dan melangkahkan kakinya kembali. Meladeni mereka hanya akan membuatnya semakin kesal.
Kedua gadis itu hanya mendengus, melihat respon yang di berikan oleh Fella yang ogah-ogahan menjawab celotehan dari mereka berdua. Bella dan Faya yang mendengar sahabatnya itu di sindir oleh kakak kelasnya, merasa tak terima. Dengan kompak kedua gadis itu langsung mengejek balik kakak kelasnya, tentunya dengan kata-kata pedas pula. "DASAR CEWEK KURANG BELAIAN!!!!! CABE....!!!" seru kedua gadis tersebut sambil tertawa tanpa dosa, dan pada akhirnya mereka memilih untuk meninggalkan kakak kelasnya yang super rese itu, dengan sebuah tos, sekaligus senyum sinis yang mereka tunjukan di depan kakak kelasnya.
Kedua cewek itu semakin kesal dengan ucapan Bella dan Faya, mereka tak percaya kalau mereka berdua juga sama-sama ngeselin seperti Fella.
"Anjir!!! Adek kelas terkutuk!" teriak salah seorang gadis yang masih berdiri di depan pintu. Bella dan Faya semakin tertawa lepas, melihat ekspresi wajah kakak kelasnya yang terlihat seperti cacing kepanasan.
Di dalam ruang kelas, Fella hanya sibuk dengan tumpukan buku-bukunya, sementara Bella yang mulai suntuk dikelas berdecak. "H-emmmmm, Fel. Ke kantin yuk, lapar nih perut gue!" Bella mengelus-elus perutnya, yang memang sudah terdengar keroncongan.
"Jam kosong gini, emang enaknya makan Fel, nggak ngerjain tugas muluk. Lo kan udah pinter, belajar terus apa otak lo nggak capek? Lagian, siapa suruh, jadi guru kok males. Dikit-dikit ngasih tugas, gurunya aja nggak pernah masuk. Elo jadi murid rajin amat!" sambung Faya mendengus, ekor matanya sejak tadi melirik ke arah Fella yang memang masih sibuk dengan tumpukan bukunya.
Fella hanya melirik ke arah kedua sahabatnya itu. "Emang kalian udah ngerjain tugasnya?" tanya Fella.
Bella dan Faya saling lirik, mereka langsung to the poin. " Kita nyontek lo aja ya Fel, lagian kan, biasanya juga gitu." rayu Bella sambil mengeluarkan senyuman yang paling manis menurutnya.
"H-emmmmm....." Fella menaruh bolpoin-nya, sesekali ia mengangkat satu alisnya. "Selalu aja aku yang jadi tempat contekan kalian." balasnya seraya beranjak dari kursinya.
"Fella emang andalan kita pokoknya." kata meraka sambil memeluk sahabatnya itu.
...~Cinta Untuk Fella~...
Mereka bertiga melangkahkan kakinya menuju kantin, tapi sampai di tengah-tengah anak tangga Fella tak sengaja melihat Clara yang tengah duduk di kursi dekat lorong menuju tempat parkir.
Dengan cepat Fella berteriak kepada kedua sahabatnya agar ke kantin duluan, dengan alasan Fella mau ke kamar kecil.
Secepat mungkin Fella menghampiri Clara yang duduk di kursi. "Hay, Clara kok disini?nungguin siapa?" tanya Fella seraya duduk di sebelah gadis kecil itu.
Clara langsung menoleh kesamping, mendengar ada yang memanggil namanya. Senyum cantik terlukis di wajah gadis kecil itu. "Kak Cantika sekolah disini?" tanya Clara dengan mata berbinar.
Dengan cepat Fella mengangguk dan kembali bertanya. "Clara ngapain disini? Terus, nungguin siapa?"
Dengan cepat gadis kecil itu pun menjawab. "Clara, kesini di ajak sama kakak, buat nganterin ponsel Papa yang ketinggalan di rumah, tapi kakak lama banget didalemnya, jadi Clara nungguin di sini aja kak".
Fella menyipitkan matanya. "Nama Papa Clara siapa?" tanya Fella dengan tampang seriusnya.
"Hendry Aji Hutomo kak."
Fella mengerutkan keningnya, matanya kembali menyipit. 'Ternyata anaknya kepala sekolah yang baru,' batin Fella dalam hati.
"Kakak kenal sama Papa aku?"
Fella tersenyum sebelum akhirnya membelai rambut Clara dengan sangat lembut. "Iya, kakak kenal, sama Papa-nya Clara."
Tiba-tiba, gadis itu mengembangkan senyumnya, sampai membuat siswa-siswi yang berlalu-lalang terkesima dengan senyumannya, apalagi cowok-cowok yang naksir Fella, langsung aja mereka goda Fella dengan terang-terangan.
"Nah... gitu dong Fel, senyum biar makin kelihatan cantiknya, terus gue tambah suka sama lo!" celoteh salah seorang siswa yang bergerombol dan berlalu-lalang sejak tadi, dia memang mempunyai perasaan kepada Fella sejak dulu.
"Andy, tuh. Goblok apa bego sih! Kalau gue jadi dia, gue bakalan perjuangin elo. Bukan malah cewek baru yang cerewetnya minta ampun itu!" sahut salah seorang dari mereka kembali.
Clara merasa jengkel, mendengar dan melihat para lelaki itu terus menggoda Fella tanpa henti, gadis itu tak terima dan langsung berteriak. "KAK CANTIKA ITU PUNYANYA KAKAK ARSKA,, KALIAN NGGAK BOLEH GANGGUIN KAK CANTIKA!" seru Clara dengan napas naik turun, gadis itu menatap lurus kearah lelaki yang sejak tadi terus membuatnya kesal.
Semua mata melihat ke arah sumber suara, sambil berbisik, Fella yang mendengar ucapan Clara, langsung di buat melongo. Ia tak percaya dengan ucapan gadis kecil itu. 'Kenapa? Kata-kata itu bisa muncul dari mulut bibirnya, dan, Arska itu siapa?' pikir Fella sesaat, sambil mengusap wajahnya pelan.
"Kok Clara ngomongnya gitu sih? Terus, kak Arska itu siapa? Kakak nggak kenal?" tanya Fella pelan, dengan kening mengernyit.
Clara merasa kesal, mendengar ucapan Fella barusan. Dengan cepat, Clara pun langsung menarik tangan Fella agar mengikuti langkah kakinya.
"Loh, Clara. Kamu mau kemana sih! Kok kakak di tarik-tarik gini." protes Fella, tapi ia masih mengikuti langkah gadis itu dengan sabat.
Clara tidak menghiraukan pertanyaan Fella, gadis itu masih saja menarik pergelangan tangan Fella. Gadis itu membelalakkan matanya, saat menyadari jika dirinya di tarik untuk di ajak masuk keruangan kepala sekolah, dan mereka sekarang sudah berada di depan pintu.
"Loh, Clara. Kenapa kesini?" tanya Fella sedikit menahan tubuh gadis kecil itu, seraya berjongkok dan mulai mengatur napasnya yang mulai naik turun.
Clara menyipitkan matanya, lalu mendekat ke wajah tepat di depan Fella, sontak saja gadis itu terkejut dan otomatis mundurkan tubuhnya.
"Loh, Clara. Kakak salah apa? Kok Clara ngeliatin kakak sinis kaya gitu?"
Clara tak langsung menjawab pertanyaan Fella, justru Clara semakin mendekatkan mukanya. Melihat gadis kecil itu memajukan bibirnya, membuat Fella ingin sekali mencubit pipi Clara saat ini juga. Tapi niatnya pun tak kesampaian saat bibir mungil itu berucap.
"Clara pengen kenalin kak Cantika sama kak Arska." Kini wajah gadis kecil itu berubah memelas bibirnya semakin mengerucut.
Fella menggelengkan kepalanya pelan, gadis itu tak habis pikir, ternyata ucapannya tadi begitu menyinggung hati Clara.
Tanpa ingin menunggu lebih lama lagi, Clara langsung berlari keruang kepala sekolah. Ya, tentu saja, sebelum Clara berlari masuk ke dalam ruangan Papanya, Clara sempat mengancam Fella agar tetap berada pada tempatnya, kalau Fella pergi Clara akan sangat marah dan tidak ingin lagi berteman dengannya.
Senyum kecil terpancar dari wajah cantik Fella, saat mengingat ucapan Clara barusan, 'Kenapa Clara bisa bicara seperti itu,' pikir Fella sesaat. Namun ia sedikit menahan tawanya agar tak menguar.
Lima menit kemudian Clara keluar, mengandeng tangan laki-laki yang bisa di bilang seumuran dengan dirinya, atau seangkatan lebih tua dari Fella setahun. Fella tak terlalu fokus dengan kehadiran mereka, karena sejak tadi ponselnya selalu berdering.
Ketika akan mengangkat telponnya, Clara langsung merebut ponsel yang sedang Fella genggam. Mata Fella terbelalak, karena terkejut dengan kehadiran Clara dan juga Kakaknya.
"Ini kakak aku kak, kak Arska namanya," ucap Clara.
Clara yang memang iseng langsung saja menarik tangan Fella agar segera menjabat tangan Arska.
Refleks dengan apa yang di lakukan Clara, Fella langsung menarik tangannya dengan cepat. Arska melihat ekspresi wajah gadis yang ada di depannya itu sedikit canggung dengan sikap adiknya yang terlalu memaksa. Lelaki itu langsung berjongkok, dan mengusap-usap pucuk kepala Clara seraya berucap. "Sorry ya. Clara emang kaya gini kelakuannya. Dia, kalau suka sama sesuatu, dia selalu kejar sampai dapet." tuturnya.
Mata hazel Arska langsung memandang persis pas di depan wajah Fella. Mata mereka saling bertatap, mata coklat bulat milik Fella menatap lurus ke arahnya. Arska yang melihat sepasang bola mata yang indah di hadapannya itu, merasa sangat takjub, sampai Arska tak berkedip sedikit pun, karena keindahan mata Fella. Arska seperti terhipnotis karena hal itu.
Dengan segera Fella membuang wajahnya, menghindari konta mata dengan Arska. Yang mungkin saja akan membuat Fella kelam dengan masalalunya, ketika pertama kali bertemu dengan Andy, dan Fella langsung suka.
"Nama aku Fella," katanya mengenalkan dirinya, tanpa menjabat tangan Arska dan tak menatap ke arah lelaki itu pula.
Arska tersenyum, melihat gadis cantik yang ada di depannya itu, dengan jutek mengenalkan dirinya. Arska baru pertama kali melihat gadis yang begitu jutek saat berada di hadapannya. Padahal selama ini, Arska selalu di di kerubunin sama gadis-gadis yang sok perhatian, sok peduli terhadap dirinya, mereka melakukan itu semua agar mendapatkan rasa simpati darinya. Tapi kali ini, sangat berbeda justru Arska tak melihat aura tersebut pada diri Fella.
"Clara sering cerita tentang elo, dan kayaknya Clara suka sama elo," sahut Arska sambil duduk di sebelah Fella.
Clara yang tak mau kalah dengan sang kakak, langsung saja duduk diantara mereka berdua. Seraya berucap "Kak Cantika jadian ya sama kak Arska." Sontak ke dua remaja itu saling pandang sesaat, kemudian Fella langsung fokus menatap kearah Clara.
Fella yang masih terlihat syok, akibat mendengar ucapan Clara, langsung memiringkan kepalanya, dengan pelan Fella menggeleng tanda tak mau. Gadis itu kembali membenarkan posisi duduknya dan menatap lurus.
Arska memalingkan wajahnya seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. dengan segera lelaki itu terlihat malu, dengan ucapan Clara yang secara tak langsung memaksakan kehendaknya sendiri.
"Kenapa nggak mau sih kak? Padahal Clara maunya kak Cantika dan kak Arska itu pacaran. Biar kak Cantika nggak di gangguin terus sama cowok-cowok yang tadi itu!" mata Clara mulai memerah, gadis itu menangis seraya menundukkan kepalanya.
Dengan cepat Fella menoleh kesamping, mendengar suara isak yang di timbulkan oleh Clara, ia mengangkat dagu gadis kecil tersebut dengan pelan, agar bisa memandang wajah Fella. Senyum kecil terpancar dari wajah cantiknya.
"Rasa sayang, rasa cinta. Itu nggak bisa di paksain Clara. Ada saatnya kita memilih jalan untuk mengunci hati. Biar, nggak ada yang saling menyakiti. Rasa suka itu mungkin ada, mengagumi seseorang orang itu wajar. Tapi jangan sesekali memaksakan diri, untuk orang lain suka dan sayang sama kita, itu salah. Karena dengan memaksa, kita jadi saling menyakiti diri sendiri maupun orang lain!" jelas Fella seraya mengusap-usap pucuk rambut Clara, agar Clara mengerti dengan keadaan Fella saat ini. Fella segera memeluk tubuh mungil Clara dari samping.
Arska yang mendengar ucapan Fella, langsung membuka tangan yang sejak tadi menutupi wajahnya, secara perlahan, lelaki itu mulai menurunkan tangannya, memandang ke arah wajah Fella yang kini tengah tersenyum manis dengan adiknya.
Debaran jantungnya mulai tak terkontrol, saat melihat senyuman manis yang terpancar dari wajah cantik Fella saat ini, sudut bibir Arska terangkat menimbulkan senyum kecil yang tercipta dari wajah tampannya.
'Perasaan apa ini? Kenapa jantung gue mau copot saat ngeliat dia senyum!' gumam Arska dalam hati. 'Gue bakal buat hati elo terbuka cuman buat gue Fel, pokoknya cuma buat gue!' batin Ariska dalam hati, sesekali memandang ke arah Fella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
IchaLove
tukang combelangin ni anak kecil 🥰🥰
2022-04-16
0
Ama
semangat
2022-01-12
0
nunu
Cie....
2022-01-06
1