Fella masuk ke dalam kafe dengan kaki yang sedikit pincang, dan siku yang sedikit terluka. Fella berjalan mendekati kedua sahabatnya yang duduk di bangku pojokan paling belakang.
"Sorry, gue telat. Fay, Bel." ucapnya seraya duduk dan menaruh tasnya di kursi bagian samping.
Kedua sahabatnya itu, dapat melihat ada keanehan pada diri Fella, mereka mengerutkan keningnya. Seraya berucap hampir bersamaan. "Lah... Kaki elo kenapa, Fel? Kok bisa kaya gini?" tanya Faya dan Bella, mereka memasang ekspresi cemas sambil memegangi tangan Fella.
Fella menghembuskan napas dengan kesal. Tak bisa di pungkiri, kalau dia menahan kekesalnya sejak tadi. "Ada orang yang nggak punya akhlak, dan nggak punya rasa berdosa nabrak gue, alhasil gue jatuh. Udah gitu orangnya langsung kabur! Nggak ada rasa tanggung jawab sama sekali." jelas Fella dengan muka kesalnya, gadis itu meringis karena menahan sakit di sisi siku dan di kakinya.
"Ya ampun, rese banget sih! Coba aja, gue tau muka tuh orang. Yang udah bikin sahabat gue celaka, pengen gue tonjok mukanya, sekalian jadiin daging cincang, kalau perlu!" ucap Faya kesal.
"Sabar Fay, kita juga nggak tau muka tuh orang kaya gimana? Kalau tau gue juga pengen kasih mereka pelajaran." sahut Bella, yang mencoba menenangkan Faya.
"Yang pastinya, dua cowok yang nggak punya akhlak, yang bercandaan di jalan terus nabrak gue dan kabur gitu aja, tanpa bantuin gue." ucap Fella seraya berdiri.
"Lah.... Lo mau kemana, Fel, biar gue bantuin. Lo nggak usah kemana-mana." Bella yang mulai khawatir melihat kondisi sahabatnya itu mendadak cerewet.
"Gue cuma mau ke toilet aja, Bel. Mau bersihin lukanya, biar nggak infeksi."
"Gue bantuin ya, Fel?" tawar Faya.
"Nggak usah, gue bisa sendiri kok," ucapnya pelan seraya pergi dengan kaki tertatih.
Fella yang masih melangkahkan kakinya menuju toilet, terkejut ketika seorang lelaki tiba-tiba merangkulnya dari arah belakang dan langsung membopongnya. Mata Fella sontak membulat ketika mengetahui siapa yang sedang membantunya itu, wajahnya terlihat sangat syok saat mengetahui Arska yang telah membantunya.
"Ar.... ska turunin gue! Gue malu, jangan asal gendong-gendong orang kaya gini dong. Malu jadi pusat perhatian kaya gini." keluh Fella dengan muka yang sudah memerah, gadis itu mulai memberontak, tapi Arska tak menghiraukannya.
"Udah, lo diem aja! Luka lo ini butuh di obatin, biar nggak infeksi!" tegas Arska.
"Gue bisa sendiri! Gue nggak perlu bantuan lo!" ketus Fella.
"Udah nggak usah bawel. Luka lo ini butuh diobattin bukan dicerewettin!" jelas Arska tak kalah ketus.
"Tapi, gue bisa jalan sendiri nggak perlu lo gendong kaya gini, gue bukan cewek manja yang kemana-mana harus di jagain." Fella mulai memberontak kembali.
"Tolong, sekali aja Fel. Jadi cewek yang baik, yang nurut!!" perintahnya, ekspresi wajah Arska berubah memelas.
Fella tak menyadari jika mereka sudah di parkiran. Arska segera menurunkan Fella dan langsung membukakan pintu mobilnya agar Fella bisa masuk kedalam mobil.
"Lo, mau bawa gue kemana? Gue bawa motor sendiri." ucap Fella mengerutkan keningnya, nada bicaranya masih meninggi.
"Udah, lo nurut aja. Urusan motor, entar biar gue suruh temen yang bawa. Lagian, celana lo robek kaya gitu, banyak lukanya lagi, pasti susah bawanya." ujar Arska.
Dengan sedikit paksaan, Fella akhirnya menurut dan segera masuk kedalam mobil. Sedangkan di sisi lain, Faya dan Bella yang melihat kejadian itu saling lirik.
"Ya ampun, Bel. Itu si Fella kok bisa kenal sama cowok ganteng yang kemarin itu, sih. Mana so sweet gitu, jadi pengen deh di posisi Fella." kata Faya sambil memegangi kedua pipinya dan sesekali melirik ke arah Bella.
"Lo, mau jatuh kaya si Fella?" manik mata Bella menatap tajam ke arah Faya.
"Idih! Bukannya gitu juga. Amit-amit, deh. Maksud gue, deket sama cowok gantengnya itu, bukan jatuh dari motornya!" jelas Faya mengerucutkan bibirnya.
"Hem, kemauan elo sendiri itu, Fay. Mana ada cowok ganteng kaya gitu mau sama elo yang plin-plan kaya gini." tukas Bella seraya ngeloyor kepala Faya pelan.
"Hehehe.... nggak papa lah, Bel, sekali-kali ngehayal. Siapa tau ada keajaiban." ucap Faya nyengir kuda. "Tapi gue masih heran, sejak kapan? Fella deket sama cowok itu?" Faya kembali mengerutkan keningnya.
Bella hanya mengangkat kedua bahunya. Bella tak menunjukan ekspresi kagetnya sama sekali, ia hanya menaikan kedua alisnya sambil tersenyum penuh arti, karena dia memang sudah menebaknya sejak awal.
"Kok, lo nggak kaget sih, Bel. Jangan bilang elo udah tau semuanya." selidik Faya seraya mengacungkan jari telunjuknya tepat di hadapan Bella.
Bella melipat kedua tangannya menaruhnya tepat di depan dada, seraya mengangguk pelan. Senyum sempurna terpancar dari wajah cantiknya.
"Ya ampun! Ngakunya sahabatan, nyatanya taunya belakangan. Dasar, nggak solit!" gumam Faya sambil memajukan bibirnya.
Bella yang melihat ekspresi wajah Faya sontak tertawa. Gadis itu mengusap wajah Faya yang sudah mirip seperti bebek itu dengan kasar.
...~Cinta Untuk Fella~...
Fella nampak terkejut saat sampai di halaman rumah lelaki tersebut. Dalam pikirannya, ia bertanya-tanya. "Lo, nggak punya niat jahat kan, sama gue! Awas aja kalau sampai macem-macem!" ketus Fella seraya menunjuk kearah Ariska.
"Ya kali, gue nyakitin orang yang gue suka." jelas Arska begitu santai dan natural.
Fella mengerutkan kening. 'Gue, nggak salah denger kan? Dia barusan bilang suka sama gue. Lagi. Padahal waktu itu gue udah ngatain dia semena-mena. Ck, jangan termakan omongannya dia, lagian udah berapa cewek yang dia gombalin kaya gini? Selain gue.' batinnya dalam hati.
"Nggak usah bengong. Nanti kesambet, gue juga-kan yang repot." ledek Arska, mencoba menyadarkan Fella yang sejak tadi melihat ke arah bawah.
Ucapan Arska sontak membuat Fella melirik ke arah lelaki tersebut. Namun, secepat kilat Arska langsung menggodanya, ia tak mau menunggu persetujuan sang pemilik tubuh terlebih dahulu. Sebab, ia pasti akan menolaknya.
"Jangan lirik- lirik, nanti lo jatuh cinta sama gue. Kalau udah jatuh cinta sama gue susah lepasnya." kata Arska dengan PD-nya, lelaki itu menahan diri agar tak tertawa.
"Apaan sih, lo. Jadi cowok jangan terlalu PD!" ketus Fella sambil memalingkan wajahnya yang sudah merah seperti tomat itu.
Arska hanya mengangkat sudut bibirnya, "Lo, tunggu sini dulu ya, gue mau ambil kotak obatnya dulu, nggak usah kemana-mana. Kalau elo mau kemana- mana cukup ke hati gue aja." goda Arska sambil mengelus pucuk rambut Fella dan mengedipkan sebelah matanya. Lagi-lagi lelaki itu dengan genitnya menggoda Fella.
"Terserah! Lo aja. Gue nggak peduli! Jadi cowok centil banget." ketus Fella, memajukan bibirnya.
Arska yang melihat ekspresi wajah Fella yang menurutnya imut itu, mencoba menahan agar tak mengarahkan tangannya untuk mencubit pipi gadis tersebut. Baginya, melihat Fella yang kesal itu membuatnya semakin ingin menggodanya. Cukup bermain-main dengan Fella, Arska segera melangkahkan kakinya kelantai dua untuk mengambil kotak obat.
Bi Darsi yang mondar-mandir sejak tadi, akhirnya memberanikan diri untuk menyapa Fella terlebih dahulu. "Nona, saya bi Darsi asisten rumah tangga di sini, non mau minum apa? Biar saya ambillin?" tanya bi Darsi ramah.
"Ahhh... iya bi, salam kenal. Nama saya Fella." balasnya tak kalah ramah. "Emmmmm...nggak usah repot- repot bi. Fella nggak haus kok." seulas senyuman muncul di bibir gadis tersebut, ia menunjukan rasa ramahnya terhadap bi Darsi.
"Buat pacarnya den Arska, sama sekali nggak ngerepotin kok non." ucap bi Darsi tak kalah ramah .
Fella melongo karena ucapan asisten rumah tangga tersebut. 'Hah. Pacar apanya coba? Gue aja kesel, setengah mati sama dia,' batin Fella sejenak. Sesegera ia menyadarkan dirinya dan berucap. "Aduh, Bibi salah paham. Saya cuma temenan sama Arska, nggak lebih kok bi." lagi-lagi gadis itu menunjukan sebuah senyuman, menambah kesan cantik alami yang terpancar dari wajah polosnya.
"Ya ampun, maaf ya non, bibi kira non,
pacarnya den Arska, soalnya den Arska nggak pernah bawa cewek ke rumah sebelumnya."ucap bi Darsi salah tingkah.
Di sisi lain Arska yang melihat obrolan ke dua wanita itu, tersenyum sinis. 'Dasar cewek es batu, mulutnya manis kalau sama orang lain, kalau sama gue juteknya kebangetan!' pikirnya. Lelaki itu kembali menuruni anak tangga sambil membawa kotak P3K.
"Sekarang belom bi, doain aja bentar lagi kita jadian, soalnya kutub utara belom cair, masih butuh proses. Makanya masih susah ngeluluhin-nya." jelas Arska, sambil merangkul bahu bi Darsi, yang memang sejak tadi masih berdiri.
Fella melongo mendengar perkataan Arska. 'Dasar, mulut cabe rawit. Asal ngejeplak aja.' batinnya dengan ekor mata menatap tajam ke arah lelaki tersebut.
"Kenapa harus nungguin kutub utara cair dulu, sih den? Udah tembak aja den, keburu di ambil orang. Bibi doain, den Arska sama non Fella biar berjodoh." ucap bi Darsi nyerocos.
Arska tertawa lepas ketika melihat ekspresi Fella yang semakin tertekuk. "Aamiin- aamiin ya bi, semoga Allah mengabulkan doa bibi, dan semoga es batunya cepetan cair, biar nggak keras kepala terus, dan nggak dingin-dingin sama Arska lagi." sindirnya yang sesekali melirik ke arah Fella.
Gadis itu menganga mendengar ucapan Arska yang membuat dirinya semakin menekuk wajahnya. "Enak aja, siaps yang kayak es batu!" sahut Fella kesal.
Bi Darsi tertawa mendengar ucapan majikannya.
"Hehehehe... bukan es batu den, orang non Fella, ramah gitu, murah senyum kok di bilang dingin kaya es batu." tutur bi Darsi.
"Ramahnya cuma sama bibi, sama Arska juteknya minta ampun!" curhat Arska.
Bi Darsi semakin tertawa mendengarkan curhatan anak majikannya itu. Padahal ia sangat tahu jika gadis mana pun selalu ingin dekat dengannya. Namun, kali ini berbalik.
"Udah den, pepet aja terus jangan kasih kendor, lama- kelamaan juga bakalan luluh, apa lagi sama cowok setampan den Arska, mana bisa nolak den." kata bi Darsi memberi semangat. Wanita sebaya itu melirik ke arah Fella.
"Hehehe....pastinya dong bi. Ya udah, bibi tolong buatin jus jeruk buat kita. Soalnya tenggorokan Arska udah mulai kering, dari tadi ketawa mulu." sambil mengelus-elus tenggorokannya dan sesekali melirik ke arah Fella.
Fella menatap lurus ke arah Arska, sambil menggigit bibir bawahnya. Banyak kekesalan pada raut wajah gadis tersebut.
"Ya udah den, bibi kebelakang dulu."
"Oke bi." Balasnya singkat. Lelaki itu segera duduk di samping Fella sambil meliriknya. "Lo nggak usah ngeliatin gue sampai segitunya, entar lo naksir gue beneran baru tau rasa, loh." goda Arska dengan menguar senyuman.
"Idih! Ngeselin, nggak asistennya nggak tuannya, sama-sama nyebelin." gumam Fella, gadis itu memajukan bibirnya.
"Nggak papa kan, ngeselin lama- lama juga bakalan ngangenin."
Fella menggelengkan kepalanya pelan, ia tak percaya dengan ke PDan cowok yang ada di hadapannya saat ini. Arska segera ber jongkok dan mengobati luka Fella agar tidak infeksi.
"Tahan dikit ya, mungkin agak sakit." ucapnya sambil menempelkan alkohol dan kapas ke lutut gadis tersebut.
Dengan hati-hati Arska mengobati luka Fella, sambil sesekali meniupi luka itu.
"Awwww... sakit! Bisa lebih pelan nggak, sih. Ikhlas nggak ngobatinnya? Kalau nggak ikhlas biar gue sendiri aja yang obattin!" kata Fella, dengan kening mengernyit, sesekali ia mengigit bibir bawahnya, karena menahan rasa sakit.
"Ini udah pelan-pelan sayang, ikhlas kok buat orang yang gue sayang." lelaki itu kini kembali menggoda Fella, sesekali ekor matanya melirik ke arah gadis yang ada di depannya itu.
"Jangan panggil-panggil sayang, geli tau gue dengernya!" sentak Fella dengan membuang wajah.
Fella lagi-lagi memajukan bibirnya, dan sesekali ia melirik ke arah Arska. 'Ganteng sih, baik hati pula, ramah, tapi pedenya kebangetan,' gerutu Fella dalam hati, tanpa ia sadari seulas senyuman terbit di sudut bibirnya.
Arska yang menyadari Fella tengah memandanginya pun ikut tersenyum. "Jangan ngeliatin gue terus, nanti lo bener-bener naksir sama gue." goda Arska sekali lagi.
Refleks dengan ucapan Arska, Fella langsung tersadar dan menarik tangannya. "Aw...... sakit!" pekiknya dengan suara cukup keras.
Arska mendekatkan wajahnya ke arah wajah Fella. "Jangan banyak gerak dulu, biar gue obattin lukanya. Kalau nggak mau diem, nanti gue cium mau!" tegas Arska, dengan ekspresi seriusnya.
Mata hazel Arska dan mata coklat Fella saling bertukar pandang, mereka saling mengagumi satu sama lain, cukup lama mereka saling menatap. Hingga, bi Darsi datang dan mengusik, moment indah mereka.
"Ehem! Ehem! Den Arska, non Fella. Ini minumannya udan jadi."
Dengan segera bi Darsi meletakan minumannya di atas meja.
Fella yang terkejut, langsung memalingkan wajahnya dengan cepat. "O-oo, hhh-e iya bi, m-mak-kas-sih," sahut Fella terbata-bata, wajahnya sudah merah merona karena malu.
"Bibi ini, ganggu orang mau ciuman aja" ucap Arska ngawur dengan sedikit memanyunkan bibirnya.
"Ya ampun den. Maaf, bibi teledor, bibi kebelakang dulu ya den. Aden sama non Fella lanjutin aja, bibi nggak gangguin lagi." kata bi Darsi yang langsung meninggalkan ruang tamu dengan membawa nampan di tangannya.
"Ya ampun bibi, mulut cabelak Arska jangan di dengerin, bi" teriak Fella.
Sedangkan lelaki itu semakin cekikikan tanpa merasa punya dosa.
"Nggak papa den, pepet terus, selangkah lebih maju den." teriak bi Darsi dari dalam dapur mencoba menyemangati Arska.
Fella melongo, sementara Arska masih cekikikan melepas tawanya yang kian menguar.
"Udah nggak usah tegang, gue cuma bercanda." ucap Arska sambil menyelesaikan perbannya di siku dan di lutut Fella.
Gadis itu semakin menekuk wajahnya, ia tak mengeluarkan suara sama sekali, hatinya sudah sangat menggondok dengan tingkah laku Arska.
"Udah di minun Fel, nanti gue anterin pulang, lo nggak usah khawatir."
"Gue lebih khawatir lagi, sama omongan elo yang suka ngelantur nggak jelas itu!" tegas Fella dengan ekspresi wajah kesal.
"Yang penting perasaan gue ke lo itu tulus, Fel. Nggak ngelantur!" jelas Arska sambil memandang gadis tersebut.
...~Cinta Untuk Fella~...
Mobil Arska sudah memasuki halaman rumah Fella, lelaki itu tersenyum puas karena ia telah mengetahui alamat rumah Fella. Dia berfikir bagaimana cara agar setiap hari ia bisa berkunjung ke rumah Fella, untuk sekedar silahturahmi kepada ke dua orang tua Fella. Arska dengan segera membuka pintu mobilnya dan membantu Fella turun dari mobil dengan memapahnya.
"Gue, udah sampai rumah, makasih atas bantuannya, elo boleh pulang." kata Fella tanpa ekspresi.
"Gue, nggak di suruh masuk dulu, nih!" sindir Arska.
"Udah malem juga. Sana, buruan pulang!" ketus Fella sambil mengibas-gibaskan tangannya, menyuruh Arska agar segera pergi.
Tanpa menghiraukan perkataan Fella, Arska pun sesegera mungkin mengetuk pintu dan memapah Fella agar berjalan sejajar dengannya. Di sisi lain Merry yang sedang mengintip dari balik jendela hanya tersenyum, melihat kedatangan sang anak dengan pria tampan di sampingnya.
Tok.. tok....tok..
"Assalamualaikum." ucap Arska.
"Wa'alaikum'salam." jawab Merry dari balik pintu sambil membukanya.
Senyuman menyambut kedatangan Arska dan Fella.
"Ehhh... ada cowok ganteng, nganterin anak tante."
"Tante bisa aja," sahut Arska dengan balik tersenyum.
Merry melihat kearah Fella, di teliti dengan seksama. Wanita setengah baya itu menyadari ada yang tak beres dengan sang anak.
"Aya, kaki kamu kenapa? Terus siku kamu juga kenapa??" tanya Merry cemas, perempuan itu langsung memegangi lengan Fella.
"Nggak di izinin masuk dulu ni, Bun?" tanya Fella masih dengan ekspresi yang sama.
Merry mengangguk, ia paham maksud anaknya itu. "Ayo nak masuk dulu, terus cerita sama Bunda, apa terjadi." kata Merry seraya membukakan pintu lebih lebar, agar anaknya dan Arska bisa cepat masuk ke dalam rumah.
Saat sudah berada di ruang tamu, tanpa nanti-nanti Merry langsung kembali bertanya. "Gimana cerita sih Aya, bisa luka-luka kaya gini. Kalau ayah sampai tau, ayah pasti marah banget. Terus motor kamu nantinya, bakalan di jual." ujar Merry.
Arska hendak memberi tahu Merry, atas apa yang sebenarnya terjadi, tapi Fella terlebih dahulu menjawabnya. "Aya tadi mau ke kafe, Bun. Tapi, tiba-tiba ada orang yang nggak Aya kenal. Mereka gangguin Aya. Terus, Aya coba ngelawan, tapi Aya nggak sanggup. Ya udah, Aya luka-luka kaya gini, untungnya ada Arska yang nolongin Aya." jawab Fella berbohong.
Arska mengerutkan dahinya. 'Dasar ni cewek nggak bilang jujur sama Bundanya, udah se-khawatir ini dia malah bohong,' batin Arska seraya melirik ke arah Fella.
"Ya ampun, Aya. Makanya kalau kemana-mana jangan sendirian, kamu butuh temen atau pacar, buat jagain kamu!" seru Merry sambil mengelus rambut Fella. Kemudian ide gila pun muncul, dari otak kecil Merry. "Gimana kalau cowok yang ada di samping kamu ini aja Ay, Bunda cocok sama ini anak, udah ganteng, pengertian lagi." celetuk Merry dengan mengedipkan satu matanya seraya menunjuk Arska dengan dagunya.
Fella melongo, gadis itu tak habis pikir dengan apa yang ada di otak Merry, sampai berbicara seperti itu. "Maksud Bunda apaan, sih! Aya nggak ngerti." protes Fella pura-pura tak mengetahui maksud dari tujuan Merry.
Merry tersenyum, lalu memulai membuka suara, matanya mengarah ke posisi Arska berdiri. "Ow... iya Tante sampai lupa, nggak nanya nama kamu siapa?"
"Nama saya, Arska tante, Arska Aregan." balas Arska sambil menyodorkan tangannya.
"Nama yang bagus, sama seperti orangnya. Nama tante Merry Indriana salam kenal ya, nak Arska." lagi-lagi Merry menguar senyum, perempuan itu langsung menjabat tangan Arska.
"Makasih tante. Iya salam kenal juga Tante, Arska seneng bisa kenalan sama calon mama mertua, eh... maksudnya tante." celetuk Arska, seraya memukul pelan bibirnya, seulas senyum muncul di bibir Arska, ia mulai salah tingkah.
"Ah, kamu ini. Bisa bercanda juga. Tapi tante seneng kok. Aya punya temen cowok lagi. Ow iya Arska , Tante nitip Aya ya, syukur-syukur kalian buruan jadian, jadi Tante nggak perlu khawatir lagi." kata Merry panjang lebar.
Fella melotot ke arah Merry. "Bunda apa-apaan sih, kenal juga barusan, masak langsung nyuruh anaknya suruh jadian." ekor matanya melirik ke arah Arska ,dengan bibir mengerucut, dan tangan yang sudah terlipat di depan dada.
Arska hanya tersenyum, sambil menahan tawa. Niatan Fella untuk berbohong, malah berujung manis bagi Arska. Lelaki itu jadi menang banyak.
'Alhamdulilah dapet restu dari calon mama mertua,' batin Arska seraya mengepalkan tangan kanannya dan menaik turunkan-nya, ia bener-benar beruntung.
Fella yang melihat tingkah aneh Arska segera mencibirnya. "Nggak usah kepedean ya, nggak usah senyum-senyum, tangan lo juga, nggak usah di angkat-angkat, norak tau!" bentak Fella saat melihat kelakuan Arska.
"Ehhh sayang, nggak boleh gitu tau. Arska kan udah nolongin kamu. Kamu harus bersikap baik sama dia." ucap Merry sambil merangkul bahu Fella dan menepuk-nepuknya.
'Niatnya pengen bohong. Malah dapet restu, gini amat nasib gue, apes-apes?' batin Fella mengepalkan kedua tangan, sesekali ia melirik ke arah Arska yang masih menguar senyum.
"Udah. Elo pulang sana! Gara-gara lo ada disini Bunda jadi ngelantur terus omongannya." kata Fella seraya menarik tangan kanan Arska.
"Ya udah ya tan, Arska pulang dulu, udah malem." pamit Arska dengan sopan.
"Sering-sering main kesini ya nak Arska, biar Aya nggak kesepian." katanya, dengan senyum mekar seperti mawar saking bahagianya.
Fella lagi-lagi mengerutkan keningnya. Dengan cepat Fella menyeret Arska agar cepat pulang, supaya Merry tak berbicara ngelantur lagi.
"Pintunya udah gue buka, buruan sana pulang!" tunjuk-nya mengunakan dagu.
"Makasih ya, Ay. Gara-gara kebohongan lo ke tante, gue jadi dapet restu." celetuk Arska menaik turunkan kedua Alisnya.
Mata Fella membulat, seraya menggigit bibir bawahnya, hatinya sangat kesal hingga sampai ke ubun-ubun.
"Ngarepnya jangan berlebihan. Nanti, jatuhnya sakit lagi!" ketus Fella.
"Kalau jatuhnya di pelukan elo, gue rela kok, Ay." Arska mengedipkan satu matanya, lagi-lagi ia menggoda Fella.
Kata-kata ay itu lagi-lagi muncul dari mulut bibir Arska. Fella yang mulai jengkel segera menegurnya. "Jangan panggil-panggil Ay terus! Itu panggilan kesayangan gue dari Bunda sama Ayah. Orang lain nggak boleh ngikut-ngikut manggil ay!" tegasnya.
"Ya... itu kan, tandannya gue juga sayang sama elo, Ay." ucap Arska sambil mengusap pucuk kepala Fella.
Secepat kilat Fella mencoba menyingkirkan tangan Arska yang berada di kepalanya. "Hemmmm.. Sana-sana cepetan pulang, udah malam." ucapnya sambil melotot.
"Oke Ay, gue bakalan sering-sering ngapel-lin elo kok, jadi nggak usah sedih ya."
"Hemmmm.... sana cepetan pulang. Gue udah kesel, ngeliat lo dari tadi." kata Fella seraya mendorong badan Arska agar cepat pulang.
Gara-gara terlalu kuat mendorong Arska, Fella sampai lupa kalau tangan dan kakinya sakit.
"Awww... sakit!" teriaknya sambil memegangi tangannya.
Arska menolah dengan cepat, nampak dari raut wajahnya yang begitu cemas, sesegera ia mendekat lalu meraih tangan Fella dengan cepat. "Pelan-pelan, lukanya belom kering, tahan emosi lo, Ay." kata Arska sambil meniupi luka tersebut, ia sedikit membungkukkan badannya agar bis mensejajarkan tubuhnya.
Fella diam-diam melirik ke arah Arska, ia bisa melihat, betapa ekspresi wajah Arska yang begitu cemas terhadap dirinya. Jantung Fella berdetak tak karuan. Di sisi lain Merry tersenyum lebar, ia melihat sang anak sedikit ada perubahan dengan adanya Arska saat iji.
Jangan lupa vote, komentar dan like-nya ya gaes. Biar Othor lebih semangat lagi updatenya. 😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
IchaLove
Ayo, di perlengket thor 😁😁
2022-04-16
0
Bundanya M Arya
lanjut
2022-04-06
0
Ama
semangat terus kk
2022-01-20
0