Sampai di rumah, Arska langsung membuka pintu mobilnya dan membangunkan Fella. "Sayang, bangun, udah sampai rumah." ucapnya sambil mengguncang lengan Fella dengan pelan. Gadis itu membuka matanya, terlihat ia masih mengantuk, karena sesekali ia mengusap-usap matanya. "Emmm...udah sampai ya?" tanya Fella sambil menutupi mulutnya karena menguap.
"Masih pusing, sayang?" tanya Arska memastikan.
"Udah... agak mendingan kok sayang, tapi masih agak ngilu, dikit." balas Fella seraya memegangi lukanya dan beranjak untuk turun dari mobil. Lelaki itu membantu memapahnya. Saat sampai di teras rumah, kaki Fella tiba-tiba terasa ngilu, ia segera memegangi kaki kirinya, matanya terpejam sesaat, dahinya berkerut manahan sakit. "Kamu kenapa, sayang?" tanya Arska cemas.
"Nggak tau ni yang, tiba-tiba ngilu. Berat banget rasanya buat jalan, terus sakit lagi." keluh Fella yang masih memegangi kakinya.
"Sini, coba aku liat dulu." Arska membungkukkan badannya dan segera berjongkok, lelaki itu memeriksa kaki Fella dengan sangat hati-hati. Matanya membulat saat mendapati kaki gadis tersebut ternyata membengkak. "Astaga, pantesan aja sakit, kaki kamu bengkak kaya gini, masak kamu nggak ngerasain sih, Ay?" tanya Arska dengan ekor mata melirik ke atas.
"Tapi. Tadi, kayaknya baik-baik aja deh yang, cuma kening, sama telapak tangan aku aja yang luka," ucapnya sambil memandangi luka yang ada di telapak tangannya.
Arska menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menepuk keningnya pelan. Ya Tuhan kenapa cewek yang ada di hadapannya ini begitu teledor, sampai-sampai dia tak sadar kalau kakinya sendiri bengkak. Tanpa menunggu Fella bersuara kembali. Arska langsung mengendong-nya, terlihat dengan sangat jelas jika dia sangat khawatir dengan ke adaan Fella saat ini.
"Turunin aku Arska! Aku malu kalau sampai di liat bunda gimana?" tanyanya sembari mengerucutkan bibirnya. Gadis itu juga mencubit dada bidan lelaki tersebut.
"Aw! Sakit Ay." rintih Arska.
"Cepetan turunin aku!" perintahnya.
"Aku nggak akan turunin kamu sayang. Lagian, cubitan kamu ini justru nandain kalau kamu manja sayang. Kalaupun Tante tau juga nggak masalah, toh kita udah punya ikatan. Lagian juga masih siang gini, Tante pasti juga belom pulang, masih di butik." kata Arska sedikit menggoda kekasihnya itu.
Fella mengerucutkan bibir, gadis itu kesal lantaran Arska terus saja menggodanya, bahkan ia harus membuang mukanya agar tak melihat tampang Arska yang menyebalkan itu.
Sampai di ruang tamu, Arska langsung menurunkan Fella di sofa. Lelaki itu segera membungkukkan badannya, dan mengambil posisi jongkok. Arska segera membuka tali sepatu yang masih menempel di kaki Fella, dengan sangat hati-hati lelaki itu melepaskan sepatu yang di kenakan oleh kekasihnya itu. Sesekali ia mencuri pandangannya agar bisa melihat wajah cantik Fella, begitu pula sebaliknya, Fella juga melakukan hal ya sama.
"Kenapa bisa kaya gini sih, Ay. Kamu jatuh?" tanya Arska seraya menatap Fella dari bawah.
Fella menggelengkan kepalanya pelan, dan mengigit bibir bawahnya. Sesekali ia menelan saliva-nya karena takut memberi tahukan akan hal yang sebenarnya. Arska mengerutkan keningnya dengan mengangkat satu alisnya, rasa penasaran pun mulai timbul karena Fella tak juga memberi tahunya. Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya, mendekatkan wajahnya ke arah wajah Fella yang nampak ketakutan itu.
"Tatap mata aku, Ay. Aku, tanya sekali lagi, kenapa kening, tangan dan kaki kamu bisa luka kaya gini?" mata Arska menatap tajam matik mata Fella.
Fella yang merasa jarak di antara mereka terlalu dekat, segera memundurkan tubuhnya, gadis itu mulai menundukkan wajahnya.
Senyum sinis kembali muncul dari sudut bibir Arska. Lelaki itu mengalihkan pandangannya, saat melihat bi Rahmi yang sejak tadi mondar-mandir tanpa henti. Arska segera memanggilnya, bi Rahmi mengangguk pelan dan mendekat.
"Iya... den Arska, ada yang bisa bibi bantu den?" tanya bi Rahmi sedikit gugup.
"Bibi tau kontak obatnya ada dimana?"
"Emmm... setahu saya, ada di kamar non Fella den." perempuan itu menunjuk ke arah Fella dengan ibu jarinya.
"Ya udah, makasih ya bi."
"Mau saya ambilin den?" tawar bi Rahmi.
"Nggak perlu bi, nanti biar Arska sendiri aja yang ambil." balas Arska dengan tersenyum, sambil melirik ke arah Fella.
Mata Fella menyipit, bibirnya mengerucut, dahinya berkerut. "Nyariin kotak obat? Emangnya buat ngobatin apaan sih, yang? Lagian kamu nggak boleh main masuk ke kamar aku."
Arska hanya tersenyum, "Sayang aku izin masuk ke kamar kamu, ya. Pokoknya harus boleh." paksa Arska.
"Nggak boleh!" tegas Fella.
Tanpa menanggapi ucapan kekasihnya itu, Arska langsung bangkit dari sofa dan menuju kelantai dua, dimana kamar Fella berada. Arska tak mempedulikan panggilan Fella. Sampai di depan pintu kamar, Arska menguar senyumnya, ia melihat tulisan Arska Aregan Love Fella Anastasya Cantika Forever, yang di coret-coret mengenakan spidol berwarna merah muda. Segera ia membuka pintu dan masuk ke kamar gadis itu, kamar bercat pink, dengan semua perabot berwarna pink, menambah kesan feminim untuk pemilik kamar. Arska lagi-lagi tersenyum karena begitu mengetahui isi kamar tunangannya itu, ia segera mengambil kotak obat yang ada di atas meja, lelaki itu juga melihat fotonya yang terpajang di samping meja tempat tidur. Lagi-lagi ia tersenyum, karena dia sudah berhasil meluluhkan si es batu yang keras kepala itu. Arska benar-benar bersyukur karena dirinya yang sekarang sudah bisa menguasai hati Fella.
"Keliatannya aja sok cuek, ternyata isi kamarnya ngebucin semua." ucap Arska seraya geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar kamar.
Arska yang menuruni anak tangga, di sambut dengan tatapan mata Fella dari bawah. Seketika wajah kusut Fella terlihat oleh Arska dengan jelas.
"Kenapa sih kusut amat, ini muka." ucap Arska sambil mencubit pipi Fella dengan gemas.
"Pasti, tadi pas mau masuk ke kamar aku, kamu banyak senyam-senyumnya, iya kan? Ngaku nggak." selidik Fella.
"Emangnya kenapa sih, kaya nggak pernah liat aku senyum aja. Aslinya nggak cuma senyum sih, malah ketawa ngeliat kata-kata di depan pintu masuk tadi." lelaki itu malai terkekeh.
"Tuh kan, beneran ketawa. Ya udah aku hapus aja biar nggak malu-maluin." ancam Fella yang mulai mengerucutkan bibirnya.
"Ehh, ya jangan dong Ay. Sayangkan kalau di hapus, biar ada sejarahnya, kita dulu pernah susah buat deket, terus sekarang biasa sedekat ini sampai kita udah tunangan. Susah tau dapetin hatinya si es batu yang keras kepala ini." Arska mulai menggoda Fella kembali.
"Jangan ketawain lagi, kalau nggak mau aku hapus!" tegas Fella mengerucutkan bibirnya kembali. "Terus. Mau buat apaan sih, tuh kotak obat, Ka?" tanyanya sambil mengangkat dagunya memberi isyarat agar Arska berhenti menggodanya.
"Bukan Ka, tapi sayang!" perjelas Arska. "Kamu salah panggil Ay, aku nggak mau di panggil Arska." Arska memasang wajah memelas.
"Iya sayang, nyariin kotak obat buat apaan sih?" Fella mengulangi ucapannya.
Senyum lepas terlukis di wajah Arska. Tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Arska langsung membuka perban yang melekat di kening Fella dengan sangat hati-hati.
"Aw! Kenapa harus di lepas sih sayang, sakit tau!" kata Fella menahan sakit.
"Aku nggak ikhlas aja, kalau liat kening kamu di perban sama orang lain."
Fella mengerutkan keningnya sambil melongo. Ia masih mencoba mencerna ucapan Arska barusan. " Ya ampun. Ini Bella yang perban sayang, masak gitu aja kamu cemburu"
"Tetep aja, aku nggak ikhlas, seharusnya orang pertama yang ngelakuin itu aku, ay!" tegas Arska yang nampak cemburu.
"Over banget sih jadi cowok!" Fella tak percaya jika tunangannya itu sangatlah kolot.
"Bukannya over, Ay. Aku ngelakuin itu karena aku pengen di anggap ada di hati kamu. Aku pengen jadi orang pertama yang tau soal keadaan kamu, sebelum keluarga kamu dan sahabat-sahabat kamu yang tau, sampai sini paham kan, sayang!"
"Nggak paham. Karena kamu nyerocos terus."
"Suatu saat nanti kamu juga akan paham kok, Ay." lelaki itu seperti anak kecil jika menginginkan sesuatu. "Nah, gini kan lebih enak ngeliatnya, hasil perbanan tunangan sendiri." ucap Arska nyengir kuda.
"Hem... sekarang udah puas?"
"Udah. Ehhh... belom puas tau, kurang dikit," kata Arska segera mencium kening Fella. "Nahh... kalau sekarang baru puas, cepat sembuh ya sayang." lanjut Arska sambil mengelus pucuk kepala Fella pelan.
"Nggak cool ni cowok aku, kalau di luar aja gayanya cuek, dingin,tapi giliran kalau di depan aku, sok cute, sok romantis. Dasar kamu tuh ya." kata Fella, seraya mengacak-acak rambut kekasihnya itu.
"Biarin lah, aku cuek di luar sana, daripada aku di luar sana sok cute dan sok perhatian, yang ada cewek-cewek diluar sana ngerasa dapat kesempatan buat deket sekaligus nyari perhatian dari aku."
"Coba aja kalau berani, aku bakalan ikat kamu biar nggak bisa kemana-mana. Dan aku juga bakalan hajar mereka sampai bonyok, kalau berani deketin kamu!" jelas Fella sambil melotot ke arah Arska.
Arska hanya mampu menahan tawanya. "Makanya, biar adil itu, cuma kamu yang bisa dapetin perhatian aku. Yang lain nggak jangan harap." ucap Arska sambil menarik hidung Fella. Gadis itu lagi-lagi meringis kesakitan karena ulah lelaki tersebut, dengan cepat ia mengusap-usap hidungnya. Melihat tingkah kekasihnya yang begitu manja, Arska segera mengangkat kaki Fella dan menaruhnya di atas bahanya, lelaki mengoleskan salep pada kakinya yang bengkak.
"Lain kali, nggak boleh teledor kaya gini ya, sayang. Aku khawatir banget, Aku nggak mau liat kamu kaya gini lagi!"
Gadis itu hanya mampu mengangguk tanpa mengeluarkan kata sedikit pun. Dia sungguh beruntung mendapatkan lelaki yang benar-benar perhatian dan sayang kepadanya. Sesekali gadis itu tersenyum, sampai tak sadar kalau tingkahnya itu terus di perhatikan oleh Arska.
Lelaki itu memiringkan kepalanya, ia memegangi dagu Fella agar menghadap ke arahnya, Arska ingin bertanya kembali mengenai kejadian yang di alami kekasihnya itu. "Ow, ya bukannya aku tadi nanyain kamu? Tapi kamu belum jawab." katanya dengan tangan yang masih sibuk mengoleskan salep.
Fella mengernyitkan kening, ia merasa bingung dengan pertanyaan Arska barusan. "Nanyain apaan sih, yang. Aku lupa."
Berdehem sesaat. "Kening, tangan sama kaki kamu, kenapa bisa luka kaya gini?" jelas Arska.
Fella memalingkan wajahnya, ia membuang napasnya dengan cukup kasar. "Aku cerita, tapi jangan diketawain, ya."
Arska mengangguk, " Iya, sayang, aku nggak akan ngetawain kamu, janji." balasnya.
"Ini itu, gara-gara pacarnya Andy, dia yang udah bikin aku kaya gini sayang."
"Andy mantan kamu itu?" selidik Arska dengan wajah tak mengenakkan.
"Hem...."
"Memang dia kenapa lagi, sampai ceweknya ngamuk."
"Katanya, aku sering gangguin cowoknya. Makanya di murka dan ngehajar aku." Fella mulai mengerucutkan bibirnya kembali.
Melihat tampang Fella yang mengerucut dengan ekspresi masanya, Arska bukannya iba justru malah tertawa tanpa dosa. Sepertinya Fella tak mau mengungkit prihal mantan kekasihnya itu lagi, sejak menyebut nama Andy, gadis itu langsung berekspresi lain.
"Terus aja ketawa! Nggak mau ngelanjutin ceritanya lagi, aku." Fella melempar bantal yang sejak tadi ada di pahanya.
Arska memungut bantal itu dan menaruhnya disisi samping lengannya, "Maaf sayang aku nggak ketawa lagi, bibir aku udah terkunci rapat." ucap Arska merapatkan bibirnya.
"Jadi tadi tuh, di kantin tiba-tiba si Jessy nyamperin aku, dia marah-marah katanya aku mau merebut Andy dari dia. Ya udah kan aku bentak balik, terus dia nggak terima kalau Andy ngajakin aku balikan.." gadis itu langsung membungkam mulutnya sendiri.
Mata Arska mulai menyipit, ia segera menggeser duduknya agar bersampingan dengan Fella.
"Kenapa... nggak di lanjutin ngomongnya, Ay? Andy ngajakin balikan terus..." ucap Arska yang langsung menyandarkan tangan kanannya di belakang bahu Fella. "Kalau nggak ngomong jujur, aku cium kamu sekarang juga." ancam Arska dengan muka datarnya.
Fella menelan saliva-nya, dengan tangan yang masih membekap mulutnya. 'Kenapa hampir keceplosan, sih. Dasar mulut nggak bisa di rem.' batin Fella sambil sesekali melirik ke arah Arska.
"Mau jujur apa aku cium." jelas Arska sekali lagi.
Gadis itu membulatkan matanya. 'Dasar, ni cowok, katanya nggak pernah pacaran, kok kata-katanya fulgar terus, main cium-cium segala lagi. Emangnya dia pikir aku cewek apaan.' batin Fella meronta-ronta.
Arska tersenyum sinis, wajahnya mulai mendekat. Namun, Fella langsung menutupi wajah Arska dengan kedua telapak tangannya. "Dasar.... mesum sukanya nyari kesempatan dalam kesempitan. Tukang maksa." teriak Fella.
Arska tertawa, ia sungguh berhasil membuat Fella salah tingkah dengan tindakannya itu. "Aku bukannya mesum, sayang. Aku tuh cuma pengen kamu tuh jujur, bukannya malah bikin kamu mikir yang macem-macem."
Dengan kesal Fella memukul dada Arska pelan. "Nggak lucu tau! Jadi lanjutin nggak ni ceritanya?"
Arska menguar tawanya. "Ya jadi dong sayang, tapi kamu jangan cemberut kaya gini lagi."
Gadis itu menoleh kesamping, dengan muka datar sambil melanjutkan ceritanya kembali. "Habis itu, Jessy makin kesal dan narik rambut aku, aku coba ngelawan tapi nggak bisa, Jessy langsung aja ngedorong aku, sampai jatuh dahi aku kepentok kaki meja, udah gitu aja kejadiannya. Nggak perlu di perluas!"
"Emm.... ternyata cewek kalau lagi cemburu ekstrim juga ya, kalau marah." Arska mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk.
"Sebenernya wajar aja, sih. Kalau sesuatu yang kita miliki terusik sama orang lain, aku pasti akan marah juga."
"Begitu juga. Kalau aku di gangguin cewek-cewek, kamu bakalan ngelakuin hal yang sama?" tanya Arska dengan tangan menyunggar rambutnya kebelakang. Lelaki itu sudah sangat PD.
"Enggak!"
"Kenapa enggak, Ay. Aku kan di gangguin cewek-cewek ni, semisal." protesnya.
"Langsung ke kamu nya aja ngelabraknya, gak usah ke cewek-cewek yang gangguin kamu, buang tenaga yang ada!" tegas Fella. "Nggak usah komentar! Kalau kamu aja bisa over thinking aku juga bisa posesif sama kamu!" lanjutnya dengan kedua tangan terlipat.
"Bales dendam ni ceritanya."
"Iya. Kenapa? Mau protes!"
Arska bukanya takut melihat ekspresi Fella saat ini, lelaki itu justru menguar tawanya. "Hahaha.... kamu ini, Ay. Nggak mau ngalah."
"Nggak mau lah, masak iya ada sejarahnya cewek di suruh ngalah sama cowok, yang ada mah, cowok yang harus ngalah sama cewek!"
"Iya. Iya kamu yang menang, udah jangan ngambek lagi ya!" rayu Arska seraya mengelus-elus bahu Fella.
...~Cinta Untuk Fella~...
Malam hari, Arska masih setia menemani kekasihnya itu. Lelaki itu belum tega meninggalkannya gadisnya sendirian di rumah. Arska masih menunggu kedatangan Merry, sedangkan Angga masih di luar kota.
Tak berselang lama, Merry pun membuka pintu ruang tamu dengan pelan, ia sedikit terkejut saat melihat Arska masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Loh... Arska belom pulang?" tegur wanita setengah baya itu.
"Belom Tante. Aya nggak mau di tinggal sendirian, katanya masih kangen." ucap Arska ngasal.
Fella mengernyitkan keningnya, gadis itu langsung mencubit lengan Arska cukup kuat.
"Aw! Sakit sayang." keluhnya.
"Suyukurin. Siapa suruh bohong sama Bunda."
Merry tersenyum melihat berdebatan diantara keduanya. Menurutnya, mereka terlihat imut jika seperti itu. Sampai mata Merry tertuju kearah kening anaknya yang sudah terperban, segera ia mendekati putrinya.
"Lah... ini kenapa sayang?" tanya Merry khawatir.
"Nggak papa kok bun, cuma luka kecil."
"Di cakar macan Tante." sahut Arska.
Fella melirik sekilas ke arah Arska, memberi kode agar kekasihnya itu tak bermulut ember. "Jangan di dengerin bun, Arska bohong."
"Terus kenapa bisa kaya gini?" tanya Merry sambil membolak-balikan muka anaknya.
"Nggak papa bun, Aya cuma kurang hati-hati aja, makanya Aya kepleset sewaktu ikut olah raga." ucap Fella berbohong.
Arska tersenyum samar, ia salut kepada kekasihnya itu, dia tak seperti gadis-gadis pada umumnya yang di cerita sinetron, yang selalu mengadukan kejadiannya kepada orang tuanya.
"Kalian cuma berdua aja?" tanya Merry serambi celingukan.
"Tadi sih bertiga sama bi Rahmi bun, cuma bi Rahmi izin pulang cepat, katanya ada urusan mendadak."
"Kalian udah makan, makan dulu gih kalau belom."
"Kita udah makan kok bun, Arska tadi yang masak." sahut Fella.
Arska meraih tas yang ada di samping meja, lelaki itu segera berpamitan, karena waktu memang sudah terlalu malam. "Berhubung calon Mama Arska udah pulang, Arska pamit pulang dulu ya Tante." ucapnya seraya mencium tangan Merry.
"Ya udah... hati-hati pulangnya, salam buat Mama sama Papahkamu ya."
"Siap Tante," balas Arska sambil memberi hormat. Dengan iseng Arska mencubit pipi Fella. "Cepat sembuh ya, sayang." katanya seraya mengelus-elus pucuk rambut Fella.
"Uh..... nyebelin!" tukas Fella.
Arska menyeringai, dan langsung melangkahkan kakinya dengan cepat, karena waktu sudah menunjukan pukul 21.00. Arska tak mau membuat kedua orang tuanya khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
IchaLove
Astaga, Arska bikin baper
2022-04-16
0
nunu
cowok impian dah si Arska tuh
2022-01-06
1
SoVay
nanti kalau senggang tak baca satu per satu 🥰🥰
2021-11-26
1