Perhatian Arska

Sampai di rumah, Arska langsung membuka pintu mobilnya dan membangunkan Fella. "Sayang, bangun, udah sampai rumah." ucapnya sambil mengguncang lengan Fella dengan pelan. Gadis itu membuka matanya, terlihat ia masih mengantuk, karena sesekali ia mengusap-usap matanya. "Emmm...udah sampai ya?" tanya Fella sambil menutupi mulutnya karena menguap.

"Masih pusing, sayang?" tanya Arska memastikan.

"Udah... agak mendingan kok sayang, tapi masih agak ngilu, dikit." balas Fella seraya memegangi lukanya dan beranjak untuk turun dari mobil. Lelaki itu membantu memapahnya. Saat sampai di teras rumah, kaki Fella tiba-tiba terasa ngilu, ia segera memegangi kaki kirinya, matanya terpejam sesaat, dahinya berkerut manahan sakit. "Kamu kenapa, sayang?" tanya Arska cemas.

"Nggak tau ni yang, tiba-tiba ngilu. Berat banget rasanya buat jalan, terus sakit lagi." keluh Fella yang masih memegangi kakinya.

"Sini, coba aku liat dulu." Arska membungkukkan badannya dan segera berjongkok, lelaki itu memeriksa kaki Fella dengan sangat hati-hati. Matanya membulat saat mendapati kaki gadis tersebut ternyata membengkak. "Astaga, pantesan aja sakit, kaki kamu bengkak kaya gini, masak kamu nggak ngerasain sih, Ay?" tanya Arska dengan ekor mata melirik ke atas.

"Tapi. Tadi, kayaknya baik-baik aja deh yang, cuma kening, sama telapak tangan aku aja yang luka," ucapnya sambil memandangi luka yang ada di telapak tangannya.

Arska menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menepuk keningnya pelan. Ya Tuhan kenapa cewek yang ada di hadapannya ini begitu teledor, sampai-sampai dia tak sadar kalau kakinya sendiri bengkak. Tanpa menunggu Fella bersuara kembali. Arska langsung mengendong-nya, terlihat dengan sangat jelas jika dia sangat khawatir dengan ke adaan Fella saat ini.

"Turunin aku Arska! Aku malu kalau sampai di liat bunda gimana?" tanyanya sembari mengerucutkan bibirnya. Gadis itu juga mencubit dada bidan lelaki tersebut.

"Aw! Sakit Ay." rintih Arska.

"Cepetan turunin aku!" perintahnya.

"Aku nggak akan turunin kamu sayang. Lagian, cubitan kamu ini justru nandain kalau kamu manja sayang. Kalaupun Tante tau juga nggak masalah, toh kita udah punya ikatan. Lagian juga masih siang gini, Tante pasti juga belom pulang, masih di butik." kata Arska sedikit menggoda kekasihnya itu.

Fella mengerucutkan bibir, gadis itu kesal lantaran Arska terus saja menggodanya, bahkan ia harus membuang mukanya agar tak melihat tampang Arska yang menyebalkan itu.

Sampai di ruang tamu, Arska langsung menurunkan Fella di sofa. Lelaki itu segera membungkukkan badannya, dan mengambil posisi jongkok. Arska segera membuka tali sepatu yang masih menempel di kaki Fella, dengan sangat hati-hati lelaki itu melepaskan sepatu yang di kenakan oleh kekasihnya itu. Sesekali ia mencuri pandangannya agar bisa melihat wajah cantik Fella, begitu pula sebaliknya, Fella juga melakukan hal ya sama.

"Kenapa bisa kaya gini sih, Ay. Kamu jatuh?" tanya Arska seraya menatap Fella dari bawah.

Fella menggelengkan kepalanya pelan, dan mengigit bibir bawahnya. Sesekali ia menelan saliva-nya karena takut memberi tahukan akan hal yang sebenarnya. Arska mengerutkan keningnya dengan mengangkat satu alisnya, rasa penasaran pun mulai timbul karena Fella tak juga memberi tahunya. Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya, mendekatkan wajahnya ke arah wajah Fella yang nampak ketakutan itu.

"Tatap mata aku, Ay. Aku, tanya sekali lagi, kenapa kening, tangan dan kaki kamu bisa luka kaya gini?" mata Arska menatap tajam matik mata Fella.

Fella yang merasa jarak di antara mereka terlalu dekat, segera memundurkan tubuhnya, gadis itu mulai menundukkan wajahnya.

Senyum sinis kembali muncul dari sudut bibir Arska. Lelaki itu mengalihkan pandangannya, saat melihat bi Rahmi yang sejak tadi mondar-mandir tanpa henti. Arska segera memanggilnya, bi Rahmi mengangguk pelan dan mendekat.

"Iya... den Arska, ada yang bisa bibi bantu den?" tanya bi Rahmi sedikit gugup.

"Bibi tau kontak obatnya ada dimana?"

"Emmm... setahu saya, ada di kamar non Fella den." perempuan itu menunjuk ke arah Fella dengan ibu jarinya.

"Ya udah, makasih ya bi."

"Mau saya ambilin den?" tawar bi Rahmi.

"Nggak perlu bi, nanti biar Arska sendiri aja yang ambil." balas Arska dengan tersenyum, sambil melirik ke arah Fella.

Mata Fella menyipit, bibirnya mengerucut, dahinya berkerut. "Nyariin kotak obat? Emangnya buat ngobatin apaan sih, yang? Lagian kamu nggak boleh main masuk ke kamar aku."

Arska hanya tersenyum, "Sayang aku izin masuk ke kamar kamu, ya. Pokoknya harus boleh." paksa Arska.

"Nggak boleh!" tegas Fella.

Tanpa menanggapi ucapan kekasihnya itu, Arska langsung bangkit dari sofa dan menuju kelantai dua, dimana kamar Fella berada. Arska tak mempedulikan panggilan Fella. Sampai di depan pintu kamar, Arska menguar senyumnya, ia melihat tulisan Arska Aregan Love Fella Anastasya Cantika Forever, yang di coret-coret mengenakan spidol berwarna merah muda. Segera ia membuka pintu dan masuk ke kamar gadis itu, kamar bercat pink, dengan semua perabot berwarna pink, menambah kesan feminim untuk pemilik kamar. Arska lagi-lagi tersenyum karena begitu mengetahui isi kamar tunangannya itu, ia segera mengambil kotak obat yang ada di atas meja, lelaki itu juga melihat fotonya yang terpajang di samping meja tempat tidur. Lagi-lagi ia tersenyum, karena dia sudah berhasil meluluhkan si es batu yang keras kepala itu. Arska benar-benar bersyukur karena dirinya yang sekarang sudah bisa menguasai hati Fella.

"Keliatannya aja sok cuek, ternyata isi kamarnya ngebucin semua." ucap Arska seraya geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar kamar.

Arska yang menuruni anak tangga, di sambut dengan tatapan mata Fella dari bawah. Seketika wajah kusut Fella terlihat oleh Arska dengan jelas.

"Kenapa sih kusut amat, ini muka." ucap Arska sambil mencubit pipi Fella dengan gemas.

"Pasti, tadi pas mau masuk ke kamar aku, kamu banyak senyam-senyumnya, iya kan? Ngaku nggak." selidik Fella.

"Emangnya kenapa sih, kaya nggak pernah liat aku senyum aja. Aslinya nggak cuma senyum sih, malah ketawa ngeliat kata-kata di depan pintu masuk tadi." lelaki itu malai terkekeh.

"Tuh kan, beneran ketawa. Ya udah aku hapus aja biar nggak malu-maluin." ancam Fella yang mulai mengerucutkan bibirnya.

"Ehh, ya jangan dong Ay. Sayangkan kalau di hapus, biar ada sejarahnya, kita dulu pernah susah buat deket, terus sekarang biasa sedekat ini sampai kita udah tunangan. Susah tau dapetin hatinya si es batu yang keras kepala ini." Arska mulai menggoda Fella kembali.

"Jangan ketawain lagi, kalau nggak mau aku hapus!" tegas Fella mengerucutkan bibirnya kembali. "Terus. Mau buat apaan sih, tuh kotak obat, Ka?" tanyanya sambil mengangkat dagunya memberi isyarat agar Arska berhenti menggodanya.

"Bukan Ka, tapi sayang!" perjelas Arska. "Kamu salah panggil Ay, aku nggak mau di panggil Arska." Arska memasang wajah memelas.

"Iya sayang, nyariin kotak obat buat apaan sih?" Fella mengulangi ucapannya.

Senyum lepas terlukis di wajah Arska. Tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Arska langsung membuka perban yang melekat di kening Fella dengan sangat hati-hati.

"Aw! Kenapa harus di lepas sih sayang, sakit tau!" kata Fella menahan sakit.

"Aku nggak ikhlas aja, kalau liat kening kamu di perban sama orang lain."

Fella mengerutkan keningnya sambil melongo. Ia masih mencoba mencerna ucapan Arska barusan. " Ya ampun. Ini Bella yang perban sayang, masak gitu aja kamu cemburu"

"Tetep aja, aku nggak ikhlas, seharusnya orang pertama yang ngelakuin itu aku, ay!" tegas Arska yang nampak cemburu.

"Over banget sih jadi cowok!" Fella tak percaya jika tunangannya itu sangatlah kolot.

"Bukannya over, Ay. Aku ngelakuin itu karena aku pengen di anggap ada di hati kamu. Aku pengen jadi orang pertama yang tau soal keadaan kamu, sebelum keluarga kamu dan sahabat-sahabat kamu yang tau, sampai sini paham kan, sayang!"

"Nggak paham. Karena kamu nyerocos terus."

"Suatu saat nanti kamu juga akan paham kok, Ay." lelaki itu seperti anak kecil jika menginginkan sesuatu. "Nah, gini kan lebih enak ngeliatnya, hasil perbanan tunangan sendiri." ucap Arska nyengir kuda.

"Hem... sekarang udah puas?"

"Udah. Ehhh... belom puas tau, kurang dikit," kata Arska segera mencium kening Fella. "Nahh... kalau sekarang baru puas, cepat sembuh ya sayang." lanjut Arska sambil mengelus pucuk kepala Fella pelan.

"Nggak cool ni cowok aku, kalau di luar aja gayanya cuek, dingin,tapi giliran kalau di depan aku, sok cute, sok romantis. Dasar kamu tuh ya." kata Fella, seraya mengacak-acak rambut kekasihnya itu.

"Biarin lah, aku cuek di luar sana, daripada aku di luar sana sok cute dan sok perhatian, yang ada cewek-cewek diluar sana ngerasa dapat kesempatan buat deket sekaligus nyari perhatian dari aku."

"Coba aja kalau berani, aku bakalan ikat kamu biar nggak bisa kemana-mana. Dan aku juga bakalan hajar mereka sampai bonyok, kalau berani deketin kamu!" jelas Fella sambil melotot ke arah Arska.

Arska hanya mampu menahan tawanya. "Makanya, biar adil itu, cuma kamu yang bisa dapetin perhatian aku. Yang lain nggak jangan harap." ucap Arska sambil menarik hidung Fella. Gadis itu lagi-lagi meringis kesakitan karena ulah lelaki tersebut, dengan cepat ia mengusap-usap hidungnya. Melihat tingkah kekasihnya yang begitu manja, Arska segera mengangkat kaki Fella dan menaruhnya di atas bahanya, lelaki mengoleskan salep pada kakinya yang bengkak.

"Lain kali, nggak boleh teledor kaya gini ya, sayang. Aku khawatir banget, Aku nggak mau liat kamu kaya gini lagi!"

Gadis itu hanya mampu mengangguk tanpa mengeluarkan kata sedikit pun. Dia sungguh beruntung mendapatkan lelaki yang benar-benar perhatian dan sayang kepadanya. Sesekali gadis itu tersenyum, sampai tak sadar kalau tingkahnya itu terus di perhatikan oleh Arska.

Lelaki itu memiringkan kepalanya, ia memegangi dagu Fella agar menghadap ke arahnya, Arska ingin bertanya kembali mengenai kejadian yang di alami kekasihnya itu. "Ow, ya bukannya aku tadi nanyain kamu? Tapi kamu belum jawab." katanya dengan tangan yang masih sibuk mengoleskan salep.

Fella mengernyitkan kening, ia merasa bingung dengan pertanyaan Arska barusan. "Nanyain apaan sih, yang. Aku lupa."

Berdehem sesaat. "Kening, tangan sama kaki kamu, kenapa bisa luka kaya gini?" jelas Arska.

Fella memalingkan wajahnya, ia membuang napasnya dengan cukup kasar. "Aku cerita, tapi jangan diketawain, ya."

Arska mengangguk, " Iya, sayang, aku nggak akan ngetawain kamu, janji." balasnya.

"Ini itu, gara-gara pacarnya Andy, dia yang udah bikin aku kaya gini sayang."

"Andy mantan kamu itu?" selidik Arska dengan wajah tak mengenakkan.

"Hem...."

"Memang dia kenapa lagi, sampai ceweknya ngamuk."

"Katanya, aku sering gangguin cowoknya. Makanya di murka dan ngehajar aku." Fella mulai mengerucutkan bibirnya kembali.

Melihat tampang Fella yang mengerucut dengan ekspresi masanya, Arska bukannya iba justru malah tertawa tanpa dosa. Sepertinya Fella tak mau mengungkit prihal mantan kekasihnya itu lagi, sejak menyebut nama Andy, gadis itu langsung berekspresi lain.

"Terus aja ketawa! Nggak mau ngelanjutin ceritanya lagi, aku." Fella melempar bantal yang sejak tadi ada di pahanya.

Arska memungut bantal itu dan menaruhnya disisi samping lengannya, "Maaf sayang aku nggak ketawa lagi, bibir aku udah terkunci rapat." ucap Arska merapatkan bibirnya.

"Jadi tadi tuh, di kantin tiba-tiba si Jessy nyamperin aku, dia marah-marah katanya aku mau merebut Andy dari dia. Ya udah kan aku bentak balik, terus dia nggak terima kalau Andy ngajakin aku balikan.." gadis itu langsung membungkam mulutnya sendiri.

Mata Arska mulai menyipit, ia segera menggeser duduknya agar bersampingan dengan Fella.

"Kenapa... nggak di lanjutin ngomongnya, Ay? Andy ngajakin balikan terus..." ucap Arska yang langsung menyandarkan tangan kanannya di belakang bahu Fella. "Kalau nggak ngomong jujur, aku cium kamu sekarang juga." ancam Arska dengan muka datarnya.

Fella menelan saliva-nya, dengan tangan yang masih membekap mulutnya. 'Kenapa hampir keceplosan, sih. Dasar mulut nggak bisa di rem.' batin Fella sambil sesekali melirik ke arah Arska.

"Mau jujur apa aku cium." jelas Arska sekali lagi.

Gadis itu membulatkan matanya. 'Dasar, ni cowok, katanya nggak pernah pacaran, kok kata-katanya fulgar terus, main cium-cium segala lagi. Emangnya dia pikir aku cewek apaan.' batin Fella meronta-ronta.

Arska tersenyum sinis, wajahnya mulai mendekat. Namun, Fella langsung menutupi wajah Arska dengan kedua telapak tangannya. "Dasar.... mesum sukanya nyari kesempatan dalam kesempitan. Tukang maksa." teriak Fella.

Arska tertawa, ia sungguh berhasil membuat Fella salah tingkah dengan tindakannya itu. "Aku bukannya mesum, sayang. Aku tuh cuma pengen kamu tuh jujur, bukannya malah bikin kamu mikir yang macem-macem."

Dengan kesal Fella memukul dada Arska pelan. "Nggak lucu tau! Jadi lanjutin nggak ni ceritanya?"

Arska menguar tawanya. "Ya jadi dong sayang, tapi kamu jangan cemberut kaya gini lagi."

Gadis itu menoleh kesamping, dengan muka datar sambil melanjutkan ceritanya kembali. "Habis itu, Jessy makin kesal dan narik rambut aku, aku coba ngelawan tapi nggak bisa, Jessy langsung aja ngedorong aku, sampai jatuh dahi aku kepentok kaki meja, udah gitu aja kejadiannya. Nggak perlu di perluas!"

"Emm.... ternyata cewek kalau lagi cemburu ekstrim juga ya, kalau marah." Arska mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk.

"Sebenernya wajar aja, sih. Kalau sesuatu yang kita miliki terusik sama orang lain, aku pasti akan marah juga."

"Begitu juga. Kalau aku di gangguin cewek-cewek, kamu bakalan ngelakuin hal yang sama?" tanya Arska dengan tangan menyunggar rambutnya kebelakang. Lelaki itu sudah sangat PD.

"Enggak!"

"Kenapa enggak, Ay. Aku kan di gangguin cewek-cewek ni, semisal." protesnya.

"Langsung ke kamu nya aja ngelabraknya, gak usah ke cewek-cewek yang gangguin kamu, buang tenaga yang ada!" tegas Fella. "Nggak usah komentar! Kalau kamu aja bisa over thinking aku juga bisa posesif sama kamu!" lanjutnya dengan kedua tangan terlipat.

"Bales dendam ni ceritanya."

"Iya. Kenapa? Mau protes!"

Arska bukanya takut melihat ekspresi Fella saat ini, lelaki itu justru menguar tawanya. "Hahaha.... kamu ini, Ay. Nggak mau ngalah."

"Nggak mau lah, masak iya ada sejarahnya cewek di suruh ngalah sama cowok, yang ada mah, cowok yang harus ngalah sama cewek!"

"Iya. Iya kamu yang menang, udah jangan ngambek lagi ya!" rayu Arska seraya mengelus-elus bahu Fella.

...~Cinta Untuk Fella~...

Malam hari, Arska masih setia menemani kekasihnya itu. Lelaki itu belum tega meninggalkannya gadisnya sendirian di rumah. Arska masih menunggu kedatangan Merry, sedangkan Angga masih di luar kota.

Tak berselang lama, Merry pun membuka pintu ruang tamu dengan pelan, ia sedikit terkejut saat melihat Arska masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Loh... Arska belom pulang?" tegur wanita setengah baya itu.

"Belom Tante. Aya nggak mau di tinggal sendirian, katanya masih kangen." ucap Arska ngasal.

Fella mengernyitkan keningnya, gadis itu langsung mencubit lengan Arska cukup kuat.

"Aw! Sakit sayang." keluhnya.

"Suyukurin. Siapa suruh bohong sama Bunda."

Merry tersenyum melihat berdebatan diantara keduanya. Menurutnya, mereka terlihat imut jika seperti itu. Sampai mata Merry tertuju kearah kening anaknya yang sudah terperban, segera ia mendekati putrinya.

"Lah... ini kenapa sayang?" tanya Merry khawatir.

"Nggak papa kok bun, cuma luka kecil."

"Di cakar macan Tante." sahut Arska.

Fella melirik sekilas ke arah Arska, memberi kode agar kekasihnya itu tak bermulut ember. "Jangan di dengerin bun, Arska bohong."

"Terus kenapa bisa kaya gini?" tanya Merry sambil membolak-balikan muka anaknya.

"Nggak papa bun, Aya cuma kurang hati-hati aja, makanya Aya kepleset sewaktu ikut olah raga." ucap Fella berbohong.

Arska tersenyum samar, ia salut kepada kekasihnya itu, dia tak seperti gadis-gadis pada umumnya yang di cerita sinetron, yang selalu mengadukan kejadiannya kepada orang tuanya.

"Kalian cuma berdua aja?" tanya Merry serambi celingukan.

"Tadi sih bertiga sama bi Rahmi bun, cuma bi Rahmi izin pulang cepat, katanya ada urusan mendadak."

"Kalian udah makan, makan dulu gih kalau belom."

"Kita udah makan kok bun, Arska tadi yang masak." sahut Fella.

Arska meraih tas yang ada di samping meja, lelaki itu segera berpamitan, karena waktu memang sudah terlalu malam. "Berhubung calon Mama Arska udah pulang, Arska pamit pulang dulu ya Tante." ucapnya seraya mencium tangan Merry.

"Ya udah... hati-hati pulangnya, salam buat Mama sama Papahkamu ya."

"Siap Tante," balas Arska sambil memberi hormat. Dengan iseng Arska mencubit pipi Fella. "Cepat sembuh ya, sayang." katanya seraya mengelus-elus pucuk rambut Fella.

"Uh..... nyebelin!" tukas Fella.

Arska menyeringai, dan langsung melangkahkan kakinya dengan cepat, karena waktu sudah menunjukan pukul 21.00. Arska tak mau membuat kedua orang tuanya khawatir.

Terpopuler

Comments

IchaLove

IchaLove

Astaga, Arska bikin baper

2022-04-16

0

nunu

nunu

cowok impian dah si Arska tuh

2022-01-06

1

SoVay

SoVay

nanti kalau senggang tak baca satu per satu 🥰🥰

2021-11-26

1

lihat semua
Episodes
1 Wajah Mendung Fella
2 Peduli
3 Gadis kecil yang mengemaskan
4 Pagi hari yang suram
5 Pertemuan
6 Luluhnya Hati Arska
7 Rasa Suka Arska
8 Harapan untuk Arska
9 Kedekatan Antara Fella dan Arska
10 Rasa Sesak itu Muncul lagi
11 Hari Bahagia
12 Pertikaian di Kantin
13 Perhatian Arska
14 Puisi Cinta Untuk Arska
15 Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16 Rahasia Brayu
17 Biyang Gosip di kelas
18 Play Boy Galau
19 Rencana Fella dan Arska
20 Pertemuan Yang di Sengaja
21 Ciuman Pertama Fella dan Arska
22 Menjaga Hati Faya
23 Gagalnya Rencana Mona
24 Spesial Biodata:
25 Ketulusan Hati Seorang Arska
26 Pesan Teror untuk Arska
27 Kebahagian Fella yang Paling Penting
28 Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29 Trending Topik di Sekolahan
30 Pusat Perhatian
31 Lagu Indah untuk Arska
32 Penculikan
33 Kepanikan Arska
34 I Hate You Mona
35 Tuduhan Dilan
36 Another Threat !!
37 Between Confused and Love
38 Rasa Curiga Fella
39 Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40 Are You Okay, Fella!!
41 Pengakuan Cinta Dilan
42 Pengakuan Cinta Dilan 2
43 Pengakuan Cinta Dilan 3
44 Violla yang Syok
45 Fella Pingsan
46 Mimpi atau Nyata
47 Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48 KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49 Faya Matre
50 Isi Hati Fella
51 Kecelakaan
52 Bangun Sayang!!!
53 Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54 Pura-Pura Amnesia
55 Pura-pura Amnesia 2
56 Mulut Ember Faya
57 Trik yang Membuahkan Hasil
58 Rindu yang Mengebu
59 Liburan
60 Suara Petir yang Marah
61 Sorak Sorai di Pagi Hari
62 Iseng
63 Berdua itu Lebih Romantis
64 Sikap yang Berubah-ubah
65 Demam
66 Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67 Balik Jakarta
68 Go to School
69 Terpaksa Pulang Bareng
70 Perang Batin yang Berujung Manis
71 Belajar Bersama
72 Pajak Jadian
73 Seharian Bersama Arska
74 Baku Hantam
75 Tawa Malam di Kediaman Moregan
76 Leon dan Genk Motornya
77 Cibiran di Pagi Hari
78 Mikirin Kamu
79 Saran dari Mantan
80 Kejutan yang Menyebalkan
81 Senam Jantung
82 Mata-Mata Untuk Arska
83 Rasa Cemburu Arska
84 Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85 Ikut Camping
86 Berangkat Camping
87 Terlambat
88 Jadi Kakak Pembimbing
89 Cemburu
90 Kamu Injak Kaki Aku!!
91 Saling Cemburu
92 Hukuman yang Manis
93 Nasi Goreng
94 Putus Lebih Baik
95 Malam Api Unggun
96 Kebersamaan
97 Teori Lima Detik
98 Teori Lima Detik 2
99 Teori Lima Detik 3
100 Kesempatan
101 Terjebak Hujan
102 Menginap di Rumah Fella
103 Penganggu
104 Hari Yang di Tunggu
105 Pertukaran Cincin
106 Hari Pertama Ospek
107 Menjadi Incaran Para Senior
108 Perkelahian
109 Hari ke Dua Ospek
110 Gosip atau Fakta
111 Pura-Pura Jadi Pacar
112 Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113 Identitas Asli Bella
114 Merasa Bersalah
115 Fella Sakit
116 Nasehat Dari Arska
117 Bella Vs Brayu
118 Kekonyolan Fella
119 Terlalu Nyaman
120 Sisi Lain Arska
121 Jiwa Akutansi
122 Kesedihan Brayu
123 Merasa di Rugikan
124 Ajakan untuk Menikah
125 Menghadap Calon Mertua
126 Bahan Candaan
127 Cari Muka
128 Paksaan dari Brayu
129 Cuma Pacar
130 Kesuraman
131 Wanita Gila!!
132 Tentang Perasaan Bella
133 Menyerah
134 Terlihat Imut
135 Calon Pengantin Pria
136 Hari Bahagia Itu Datang
137 Lelah Yang Membahagiakan
138 Pengantin Baru
139 Merebutkan Bella
140 Ciuman tak Langsung
141 Undangan Dari Bella
142 Ulang Tahun Bella
143 Sesakit Ini?
144 Kuatkan Diri
145 Bahan Bullyan!!
146 Kecemburuan Arska
147 Ingin di Nikahkan!
148 Tersulut Emosi
149 Menurunkan Ego!
150 Menyelesaikan Maslah
151 Rencana Gagal
152 Undangan Pernikahan
153 SAH!!
154 Malam Pertama (Perdebatan)
155 Menginginkan Cucu!!
156 Menginginkan Cucu 2
157 Menahan Rasa Malu
158 Jogja!
159 Tragedi di Jogja!
160 Sasange
161 Heha SKY View
162 Menjadi Tersangka
163 Ketakutan!!
164 Ketakutan 2
165 Masa Liburan Telah Berakhir!
166 Terpojok!
167 Rey Kampret !
168 Tiga Syarat!
169 Mengakhiri Drama!
170 Meminta Bantuan Bella
171 Kencan
172 Kencan Yang Gagal.
173 Terjebak Di Perpustakaan
174 Rasa Kesal!
175 Dia Spesial Di Mata Ku!
176 Terlalu PD
177 Romantisme Hilang Sekejab
178 Tak Ada Kabar
179 Meminta Maaf!
180 Kesialan Kevin
181 Elo Lagi!
182 Morning Kiss
183 Fella Ngidam
184 Gara-gara Mie Instan
185 Menjadi Penguntit
186 Terlalu Polos
187 Salah Sasaran
188 Acara Pertunangan
189 Mendapat Restu
190 Balikan!
191 Kelahiran Sang Penerus (END)
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Wajah Mendung Fella
2
Peduli
3
Gadis kecil yang mengemaskan
4
Pagi hari yang suram
5
Pertemuan
6
Luluhnya Hati Arska
7
Rasa Suka Arska
8
Harapan untuk Arska
9
Kedekatan Antara Fella dan Arska
10
Rasa Sesak itu Muncul lagi
11
Hari Bahagia
12
Pertikaian di Kantin
13
Perhatian Arska
14
Puisi Cinta Untuk Arska
15
Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16
Rahasia Brayu
17
Biyang Gosip di kelas
18
Play Boy Galau
19
Rencana Fella dan Arska
20
Pertemuan Yang di Sengaja
21
Ciuman Pertama Fella dan Arska
22
Menjaga Hati Faya
23
Gagalnya Rencana Mona
24
Spesial Biodata:
25
Ketulusan Hati Seorang Arska
26
Pesan Teror untuk Arska
27
Kebahagian Fella yang Paling Penting
28
Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29
Trending Topik di Sekolahan
30
Pusat Perhatian
31
Lagu Indah untuk Arska
32
Penculikan
33
Kepanikan Arska
34
I Hate You Mona
35
Tuduhan Dilan
36
Another Threat !!
37
Between Confused and Love
38
Rasa Curiga Fella
39
Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40
Are You Okay, Fella!!
41
Pengakuan Cinta Dilan
42
Pengakuan Cinta Dilan 2
43
Pengakuan Cinta Dilan 3
44
Violla yang Syok
45
Fella Pingsan
46
Mimpi atau Nyata
47
Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48
KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49
Faya Matre
50
Isi Hati Fella
51
Kecelakaan
52
Bangun Sayang!!!
53
Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54
Pura-Pura Amnesia
55
Pura-pura Amnesia 2
56
Mulut Ember Faya
57
Trik yang Membuahkan Hasil
58
Rindu yang Mengebu
59
Liburan
60
Suara Petir yang Marah
61
Sorak Sorai di Pagi Hari
62
Iseng
63
Berdua itu Lebih Romantis
64
Sikap yang Berubah-ubah
65
Demam
66
Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67
Balik Jakarta
68
Go to School
69
Terpaksa Pulang Bareng
70
Perang Batin yang Berujung Manis
71
Belajar Bersama
72
Pajak Jadian
73
Seharian Bersama Arska
74
Baku Hantam
75
Tawa Malam di Kediaman Moregan
76
Leon dan Genk Motornya
77
Cibiran di Pagi Hari
78
Mikirin Kamu
79
Saran dari Mantan
80
Kejutan yang Menyebalkan
81
Senam Jantung
82
Mata-Mata Untuk Arska
83
Rasa Cemburu Arska
84
Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85
Ikut Camping
86
Berangkat Camping
87
Terlambat
88
Jadi Kakak Pembimbing
89
Cemburu
90
Kamu Injak Kaki Aku!!
91
Saling Cemburu
92
Hukuman yang Manis
93
Nasi Goreng
94
Putus Lebih Baik
95
Malam Api Unggun
96
Kebersamaan
97
Teori Lima Detik
98
Teori Lima Detik 2
99
Teori Lima Detik 3
100
Kesempatan
101
Terjebak Hujan
102
Menginap di Rumah Fella
103
Penganggu
104
Hari Yang di Tunggu
105
Pertukaran Cincin
106
Hari Pertama Ospek
107
Menjadi Incaran Para Senior
108
Perkelahian
109
Hari ke Dua Ospek
110
Gosip atau Fakta
111
Pura-Pura Jadi Pacar
112
Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113
Identitas Asli Bella
114
Merasa Bersalah
115
Fella Sakit
116
Nasehat Dari Arska
117
Bella Vs Brayu
118
Kekonyolan Fella
119
Terlalu Nyaman
120
Sisi Lain Arska
121
Jiwa Akutansi
122
Kesedihan Brayu
123
Merasa di Rugikan
124
Ajakan untuk Menikah
125
Menghadap Calon Mertua
126
Bahan Candaan
127
Cari Muka
128
Paksaan dari Brayu
129
Cuma Pacar
130
Kesuraman
131
Wanita Gila!!
132
Tentang Perasaan Bella
133
Menyerah
134
Terlihat Imut
135
Calon Pengantin Pria
136
Hari Bahagia Itu Datang
137
Lelah Yang Membahagiakan
138
Pengantin Baru
139
Merebutkan Bella
140
Ciuman tak Langsung
141
Undangan Dari Bella
142
Ulang Tahun Bella
143
Sesakit Ini?
144
Kuatkan Diri
145
Bahan Bullyan!!
146
Kecemburuan Arska
147
Ingin di Nikahkan!
148
Tersulut Emosi
149
Menurunkan Ego!
150
Menyelesaikan Maslah
151
Rencana Gagal
152
Undangan Pernikahan
153
SAH!!
154
Malam Pertama (Perdebatan)
155
Menginginkan Cucu!!
156
Menginginkan Cucu 2
157
Menahan Rasa Malu
158
Jogja!
159
Tragedi di Jogja!
160
Sasange
161
Heha SKY View
162
Menjadi Tersangka
163
Ketakutan!!
164
Ketakutan 2
165
Masa Liburan Telah Berakhir!
166
Terpojok!
167
Rey Kampret !
168
Tiga Syarat!
169
Mengakhiri Drama!
170
Meminta Bantuan Bella
171
Kencan
172
Kencan Yang Gagal.
173
Terjebak Di Perpustakaan
174
Rasa Kesal!
175
Dia Spesial Di Mata Ku!
176
Terlalu PD
177
Romantisme Hilang Sekejab
178
Tak Ada Kabar
179
Meminta Maaf!
180
Kesialan Kevin
181
Elo Lagi!
182
Morning Kiss
183
Fella Ngidam
184
Gara-gara Mie Instan
185
Menjadi Penguntit
186
Terlalu Polos
187
Salah Sasaran
188
Acara Pertunangan
189
Mendapat Restu
190
Balikan!
191
Kelahiran Sang Penerus (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!