Pagi hari yang suram

Seperti biasa, ketika kelas kosong suasana kelas yang gaduh dan ramai menjadi rutinitas setiap hari di SMA Gabriel Senjaya. SMA Favorit di Jakarta. Meskipun sekolahan swasta, tetapi tak mudah untuk setiap orang masuk di sekolahan tersebut. Fella bisa masuk ke sekolahan itu karena dia berprestasi sejak kecil, nilai-nilainya selalu bagus, ia selalu mendapat peringkat pertama.

Pagi itu, Fella yang masih sibuk dengan buku-bukunya, tiba-tiba dikagetkan dengan kehadiran seorang gadis yang sengaja berteriak memanggil namanya dengan sangat keras, dan lantang. Suaranya terdengar nyaring dan cempreng, saat masuk ke gendang telinga siapa pun yang mendengarnya.

"Fella Anastasya Cantika!" begitu cara memanggilnya. Seketika, semua mata langsung tertuju ke arah suara yang begitu berisik itu. Fella tersentak mendengar siapa yang memanggil namanya dengan begitu lengkap.

Merasa kesal, dengan apa yang di dengarnya, Fella pun menoleh, menatap lurus ke sumber suara, yang benar saja. Suara itu ternyata suara Jessy, kekasih barunya Andy. Gadis itu berteriak dari ambang pintu kelas. Dengan cepat Jessy menghampiri tempat duduk Fella seraya berkata. "Hay! Fella, gimana tidur elo semalam! Nyenyak enggak!" serunya seraya duduk di sebelah Fella. Fella tak langsung menjawab sapaan dari Jessy, karena jika menjawab pertanyaannya itu, Fella hanya akan terpancing dengan trik licik Jessy.

Fella kembali fokus dengan buku-buku yang ada dihadapannya, tanpa mempedulikan orang yang ada di sampingnya itu. Merasa kesal dengan sikap dingin Fella yang tak juga meresponnya, Jessy kembali berkata. "Maaf ya Fel, Andy sekarang kan udah jadi milik gue! Jadi gue harap elo jangan terlalu berharap. Apa lagi coba deketin dia lagi!" seru Jessy dengan keras dan lantang.

Sehingga membuat seisi kelas mulai berbisik, dan bergosip. Sebagian dari mereka memang belum mengetahui tentang berita tersebut, karena kedua pasangan yang terkenal sangat serasi itu, selalu terlihat baik-baik saja sebelumnya, yang membuat mereka heran adalah kenapa mereka bisa sampai 'putus' mungkinkah ada orang ketiga?

Fella masih saja tak merespon ucapan Jessy. Gadis itu justru terlihat biasa saja, dan seakan hanyut dalam materi-materi pelajaran yang sedang ia pelajari saat ini.

Kedua sahabat Fella yang melihat kejadian itu langsung kesal, ada perasaan emosi tersendiri di dalam hati mereka, saat melihat kesombongan yang di tunjukan di depan umum oleh gadis itu. Mereka pasti juga tidak terima kalau Fella di permalukan begitu saja, sama cewek tengik yang nggak ada apa-apanya di bandingkan dengan sahabatnya itu.

"Eh, mulut cabe. Kalau punya mulut itu di jaga dong! Fella itu cuma diem, dia nggak pernah mempermasalahkan hal itu lagi. Kalau pun Andy mau jadian sama elo. Nggak ada urusannya sama Fella, toh masalahnya udah kelar." ucap Faya kesal.

"Gue nggak ngomong sama elo ya! Jadi please diem! Gue ngomong sama Fella. Fella-nya aja yang sok budek pura-pura nggak denger!" seru Jessy ketus.

Fella yang kesal dan merasa terusik sejak tadi. Langsung saja membanting buku tebalnya itu ke atas meja.

BRAKKKKKK....

Gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya. "Udah berisiknya. Ganggu konsentrasi belajar aja! Celotehan kamu itu nggak bermutu sama sekali. Cuma gara-gara hal yang nggak penting, yang mau kamu omongin ke aku!" seru Fella kesal, gadis itu sesegera mungkin meninggalkan kelas. Semua mata tertuju kearah gadis itu, tak sedikit teman sekelasnya yang terkejut saat melihat sikap Fella yang sudah benar-benar berubah total.

Jessy yang puas mempermalukan Fella, dan dengan kata lain Jessy menuduh Fella sebagai perusak hubungan orang lain. Gadis menjengkelkan itu akhirnya beranjak dari tempat duduknya, tak lupa, ia menendang kursi yang ada di sebelahnya, karena merasa jengkel dengan dengan sikap Faya yang sudah membentaknya tadi. Jessy segera meninggalkan kelas tersebut.

"Dasar! Cewek bedebah!" teriak Faya sambil memegangi dadanya yang berdebar cukup kencang, gadis itu sangat kaget.

Fella pergi ke roof top sekolah yang di ketahui Fella, kalau di sana lebih nyaman untuk menyendiri, karena jarang ada orang yang datang ke sana ketika jam kosong. Dengan kesal hati, Fella berteriak dengan sangat kerasnya.

"Nyebelin.... siapa yang peduli! Andy mau jadian sama siapa itu bukan urusan aku! Tapi nggak perlu bikin orang malu, kan!" teriak Fella sambil mengatur napasnya, sesekali gadis itu menelan saliva-nya. Dan tanpa disadarinya air matanya pun mulai menetes.

"Kenapa sakit ini masih terasa pedih. Kenapa aku harus mengalami ini semua. Aku ingin menjadi orang yang tegar dan masa bodoh dengan urusan orang lain!" seru Fella pelan, ia memegangi dadanya yang terasa sesak. Sambil terus meneteskan air matanya, dan duduk berjongkok dengan tangan terlipat di antara dua lututnya, sesekali dia mengusap air matanya yang sudah membanjir itu.

'Fella, kamu harus kuat! Kamu harus buktiin kalau kamu bisa. Jangan mau kalau ditindas lagi. Apalagi itu cuma MANTAN busuk yang ngucillin kamu.' ucap Fella dalam hati, meyakinkan kalau dirinya mampu, seraya berdiri dan bersandar di dinding, mengatur napasnya yang terasa berat.

Merasa sudah cukup tenang Fella kembali ke kelas dengan wajah yang biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu terhadap dirinya. Kedua sahabatnya itu langsung menghampiri Fella dan berkata. "Fel, lo nggak pa-pa kan?" tanya Faya sambil menepuk bahu Fella pelan. Fella hanya tersenyum dan mengangguk tanda kalau dia memang baik-baik saja.

"Syukurlah, kalau elo emang baik-baik aja, kita dari tadi nyariin elo. Kita takut kalau elo kenapa-napa. Abis tuh cewek cabe-cabean omongannya pedes banget, pengen gue tampar dah rasanya." ketus Bella yang semakin kesal.

"Udah biarin aja. Dia mau ngomongin apa? Mulut-mulut dia sendiri. Yang pentingkan aku nggak peduli. Tapi yang buat aku kesel itu, kenapa nasib aku hari ini jelek banget, suram lagi!" titah Fella dengan memajukan bibirnya. Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Fella, Faya dan Bella tak tega juga melihat sahabatnya itu bersedih. Mereka berdua langsung memeluk Fella dan berkata. "Kita akan selalu ada buat elo Fel, susah maupun seneng, kita nggak bakalan rela kalau elo di hina sama itu cewek cabe." jelas Bella.

"Iya Fel, kita nggak akan ninggalin elo, meski apapun masalah lo, kita pasti akan selalu ada buat elo dan ngedukung elo, sampai kapan pun," tambah Bella.

Fella tersentuh mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu, mereka begitu menyayanginya. Bahkan, disaat dia ada di titik terendah pun, mereka selalu datang untuk membelanya.

"Makasih ya. Kalian itu sahabat aku yang paling baik, bersyukur aku punya kalian," ucap Fella pelan tapi penuh makna.

...~Cinta Untuk Fella~...

 

Beberapa hari berlalu, banyak cowok-cowok yang mendekati Fella. Karena mereka tau Fella sekarang sedang jomblo. Tapi gadis itu tak pernah meresponnya, justru dia semakin dingin dan tak peduli. Mereka yang mengagumi Fella dari dulu tak pernah menyerah, meski Fella bersikap tak baik terhadap mereka. Justru mereka menganggap itu sebuah tantangan, demi mendapatkan hati seseorang yang pada dasarnya berhati lembut dan baik. Hanya saja, sekarang hati itu sedang membeku, dan butuh perjuangan untuk meluluhkan kebekuan hati yang di miliki oleh Fella saat ini.

"Fel, nanti pulang sekolah kita ngemall yuk, nonton atau makan es krim mumpung ada promo. Siapa tau nanti dapet gratisan juga," ucap Faya merayu Fella.

Fella mengangkat satu alisnya, seraya berkata. "Nggak mau, entar kaya yang udah-udah. Kalian ngajakin gebetan kalian masing-masing, sedangkan aku cuma jadi obat nyamuk." Lirikan mata Fella begitu menyebalkan.

"Enggak, kemarin itu hanya kebetulan aja kita ketemu mereka," ucap Faya cepat.

"Hem, padahal kemarin juga ada yang ninggalin kita, nggak tau ngeluyur kemana." sindir Bella.

Fella melihat ke arah Bella seraya tersenyum dan berkata. "Ya Maaf, aku lebih tertarik sama gadis kecil yang imut itu, di banding sama kalian. Jadi, aku mutusin buat ninggalin kalian." Gadis itu seperti tak mempunyai dosa saat mengatakan hal tersebut.

"Awas aja, ya. Kalau entar elo ninggalin kita lagi! " ancam Faya sambil mengerutkan keningnya, gadis itu menatap sinis ke arah Fella, sambil melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.

Fella tak menggubrisnya ia memilih kembali fokus kepada buku catatannya. Satu jam berlalu dan jam pulang sekolah pun tiba, Fella dan kedua sahabatnya segera menuju tempat tujuan dengan mobil Faya, tapi di tengah-tegah perjalan, Faya justru membelokan mobilnya. Arah jalannya menuju ke rumah Faya. Mungkin dia merasa risih dan nggak PD dengan seragam sekolah yang ia kenakan saat ini, dan berinisiatif berganti baju di rumahnya terlebih dahulu.

"Loh, Fay. Kok kita malah ke rumah elo sih?" tanya Bella terheran.

"Hehehe, bentar ya. Kita ganti baju dulu. Soalnya kan nggak enak, masak anak SMA bukannya langsung pulang, malah keluyuran ngemall." kata Faya nyengir kuda.

"Bilang aja, elo mau ketemuan sama Brayu, kan!" tebak Bella dengan cepat, karena Bella menyadari kalau Faya menyukai Brayu.

"Ya ampun Fay. Biasanya juga gimana sih, pulang sekolah juga keluyuran kok. Pakai nggak enak segala sama orang lain, alasan yang nggak mutu," sahut Fella dengan senyum sinis.

Faya tak mampu mengelak lagi, gadis itu hanya bisa cengar-cengir, karena gerak geriknya sudah di ketahui oleh kedua sahabatnya itu. Tak butuh waktu lama untuk mereka berganti baju dan berdandan. Sesegera mungkin Faya melajukan mobilnya di atas rata-rata. Sesampainya di sana ,Faya masih sibuk dengan kacanya.

"Udah cantik, nggak usah ngaca terus, Fay!" seru Bella nampak sewot. "Sakit ni mata gue, liat lo dari tadi ngaca muluk," lanjutnya.

"Yang lagi kasmaran, juga kaya gitu, dong. Kalau ngalamin sakit hati, baru deh ngerengek nangis- nangis." sindir Fella.

Faya hanya mencebirkan bibirnya, gadis itu memilih meninggalkan kedua sahabatnya.

Di satu sisi, ada Clara dan Arska sendang berjalan beriringan. Karena Mamanya sibuk membeli belanjaan yang di butuhkan untuk bulan berikutnya.

"Adek jangan nakal ya. Sama kakak baik-baik, jangan kabur-kaburan lagi." perintah Violla. Gadis kecil itu menjawab dengan anggukan.

"Kakak, beliin Clara es krim, dong. Mau yang rasa coklat." Pinta Clara manja.

"Oke.. kakak pesanin dulu, ya. Tapi Clara tetep disini ya!" pesan Arska sambil menitipkan ponselnya ke adiknya itu. Sesaat Arska sibuk mengantri. Manik matanya berkeliaran kesana-kemari, dan tanpa sengaja Clara melihat sosok yang dicari beberapa hari ini. Ya sosok itu adalah Fella. Dengan cepat Clara berlari menghampiri Fella sambil berteriak. "Kak Cantika..." teriak Clara.

Fella yang terkejut dengan kedatangan Clara, langsung saja menyapanya balik. "H-hey... Clara, kok disini? Mama kamu kemana?" tanya Fella seraya berjongkok dan memegang bahu Clara.

"Clara sama kakak, tapi kakak lama ngantri es krimnya. Terus, Clara liat kak Cantika ya udah Clara samperin kesini," ucap Clara dengan ekspresi wajah polosnya.

"Ya ampun sayang. Jangan suka bikin khawatir ya. Nanti kalau di culik gimana?" gadis itu mengerutkan keningnya. Bisa bahaya jika anak seimut itu di culik orang.

"Kalau yang nyulik kak Cantika, aku rela kok," kata Clara pasrah.

"Yah, kok gitu, sih. Nanti kakak kena masalah gimana?" Fella semakin terkekeh mendengar ucapan Clara, dan tanpa sadar Fella melupakan kedua sahabatnya itu, karena kedatangan Clara.

"Kak Cantika, ayo ikut aku. Aku pengan kenalin kak Cantika sama kakak. Kakak aku ganteng banget loh kak," ucap Clara polos. Merasa lucu dengan tingkah gadis kecil itu, Fella semakin tersenyum dan tak kuasa menahan tawa.

Sejenak Clara mengamati Fella. "Kak Cantika kenapa, sih. Dari tadi ketawa terus."

Fella menghentikan tawanya, "Habisnya kamu, gemesin banget. Makanya kakak pengen ketawa terus kalau liat kamu, bahagia banget hati kakak," ucap Fella dengan lembut, gadis itu mengembangkan senyumnya.

Fella dan Clara pergi ke toko es krim. Gadis kecil itu, ingin mengenalkan Fella dengan kakaknya, tetapi sampai di sana, mereka tak menemukan sosok yang di cari, lelaki itu sudah pergi terlebih dahulu. Clara memanyunk karena merasa kecewa.

Di satu sisi Arska kebingungan mencari adiknya pasti nanti Arska kena omelan dari Viola. Fella yang bingung akhirnya mengajak Clara berjalan-jalan.

"Udan ya, Clara jangan cemberut lagi, nanti pasti ketemu, kok. Atau Clara ingat no. telpon kakaknya, mungkin. Clara bisa telpon pakai ponsel kakak kalau mau," tawar Fella seraya menyodorkan ponsel miliknya.

"Ponsel kakak. Clara yang bawa, terus kakak nggak bawa ponsel," jelasnya, gadis kecil itu merasa sedih dan sesekali meneteskan air matanya. Fella semakin bingung dan merasa kasihan melihat sikap Clara.

"Main aja yuk, dari pada sedih. Nanti juga ketemu kakak," ucap Fella mencoba menghibur, sambil menghapus air mata gadis kecil tersebut.

Sesaat kemudian Clara tersenyum mendengar ucapan Fella. Akhirnya mereka bermain sepuasnya, hingga Fella merasa capek dan mereka pun beristirahat sejenak.

"Kak Cantika, foto bareng Clara ya," pinta Clara dengan tersenyum.

"Oke, pakai ponsel kakak aja ya." jawab Fella.

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. "Pakai ponsel kakak aku aja ya kak. Kan Clara pengen punya fotonya kak Cantika. Biar Clara kalau kangen bisa liatin foto kakak," pinta Clara dengan muka memelas-nya.

Fella menghela napas pelan, ia akhirnya menuruti kemauan Clara. Tapi sesekali Fella berfoto menggunakan ponselnya sendiri. "Kakak makasih ya, udah mau nemenin Clara main, Clara seneng banget," ucap Clara penuh kebahagiaan. Fella tersenyum mendengar ucapan tulus yang keluar dari mulut Clara.

"Kakak juga seneng banget, bisa main bareng sama kamu. Dan yang paling penting, nanti foto kakak di hapus ya. Takutnya nanti Clara kena marah sama kakaknya." pinta Fella memohon, gadis itu tak mau jika fotonya sampai di lihat orang lain.

Clara menggeleng pelan dan berkata. "Nggak mau, Clara mau simpan. Kalau Clara kangen sama kak Cantika, tinggal liatin foto kak Cantika." balas Clara, dengan memasang wajah merengut.

Akhirnya Fella memutuskan untuk mengalah, berdebat dengan anak kecil itu sungguh melelahkan. Tak mungkin dia mengalah sedangkan kita lebih dewasa darinya.

"Clara telpon Mama ya, nanti kakak anterin Clara ketemu Mama. Biar Mama nggak khawatir." kata Fella seraya, mengelus pucuk kepala Clara dengan lembut. Kemudian mencari nomor ponsel Mama Clara dan mereka akhirnya bertemu di pusat informasi pembelanjaan.

"Ya Tuhan, sayang. Jangan bikin Mama jantungan terus. Kak Arska pasti bingung nyari kamu," titah Viola, sambil mengendong putrinya.

"Maaf ya nak, anak Tante pasti ngerepotin kamu ya?" tanya Violla pelan.

Fella menggeleng pelan. "Nggak papa kok Tante , justru Fella seneng," balasnya dengan sopan, di iringi dengan senyum manisnya.

"Ya ampun, cantik sekali. Pasti Arska seneng kalau liat gadis secantik kamu, udan nemenin adeknya yang bendel." puji Violla.

"Makasih Tante, atas pujiannya. Tapi Clara sebenernya nggak nakal kok, Tante. Dia anaknya nurut." kata Fella sambil menguar senyumnya.

Sampai ia baru sadar, jika dia pergi bersama ke dua sahabatnya. Fella langsung berpamitan dan pergi. Di sisi lain, Arska yang berdiri tak jauh dari tempat Violla berdiri. Hanya bisa mematung lelaki itu terpesona, saat melihat kecantikan dan kebaikan Fella terhadap Adiknya itu. Sedangkan selama ini, gadis-gadis yang sok bersikap baik dengan adiknya itu, hanya modus untuk deketin Arska. Setelah Fella pergi Arska melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Viola dan Clara berdiri.

"Ma, Clara udah ketemu?" tanya Arska saat sudah berdiri di belakang Viola.

Seketika Violla menoleh ke belakang dan berkata, "Kamu dari mana aja Ka? Tadi Mama habis ketemu sama bidadari cantik," tutur Viola.

Arska hanya tersenyum. "Aku udah liat kok ma tadi, dia emang cantik, pantas saja Clara suka," balasnya sambil mendekati Viola dan Clara. Clara menoleh ke arah kakaknya, sambil menyodorkan ponselnya. Arska mengambilnya, lelaki itu tersenyum penuh arti, setelah melihat layar ponselnya. "Adek kakak emang pinter, bisa dapetin foto kakak yang cantik itu," ucapnya sambil mengacak-acak rambut Clara hingga tak beraturan.

Clara nyengir kuda mendengar pujian dari Arska. Violla yang melihat anaknya tersenyum senang pun ikut menggodanya.

"Jangan-jangan kamu naksir Ka," ucap Viola seraya menyenggol lengan anak laki-lakinya itu.

"Gimana nggak naksir ma, cantik kaya gini orangnya." Arska memperlihatkan layar ponselnya.

"Ya ampun, ini pasti kerjaan Clara, niat banget ya, kamu nyomblangin kakak kamu ini sama kakak yang tadi." Viola langsung mencubit pipi Clara pelan. Mereka kembali tertawa sebelum akhirnya pulang.

...~Cinta Untuk Fella~...

Di dalam kamar, Arska terus mengembangkan senyumnya, bagaimana tidak, lelaki itu terus saja memandangi ponselnya. Galerinya penuh dengan foto gadis yang mungkin saja akan ia dekati untuk beberapa waktu terdekat ini.

"Astaga, kenapa gue jadi ke bayang-bayang terus sama ini cewek," kata Arska pada dirinya sendiri.

Tanpa sadar, lelaki itu memilih beberapa foto Fella untuk di jadikan wallpaper pada ponselnya. "Nggak pa-pa cepat atau lambat, dia bakalan jadi milik gue," ucapnya dengan bangga.

Padahal lelaki itu belum pernah bertatap muka langsung dengan Fella, tapi lelaki itu sudah sangat PD, ia percaya jika dirinya bisa meluluhkan hatinya.

"Semoga, di alam mimpi gue bisa ketemu sama elo."

Arska seperti orang yang kehilangan akal sehatnya, bisa-bisanya ia mengajak ngobrol foto Fella. Bahkan lelaki itu terus menerus menguar senyumnya.

Terpopuler

Comments

IchaLove

IchaLove

Dasar cewek ngeselin 😡😡

2022-04-16

0

Ama

Ama

smangat kk


#AmalliaPenaAutoon

2022-01-12

1

Alya lii

Alya lii

keren nih ceritanya..

#penaautoon salam what I think❤

2022-01-12

3

lihat semua
Episodes
1 Wajah Mendung Fella
2 Peduli
3 Gadis kecil yang mengemaskan
4 Pagi hari yang suram
5 Pertemuan
6 Luluhnya Hati Arska
7 Rasa Suka Arska
8 Harapan untuk Arska
9 Kedekatan Antara Fella dan Arska
10 Rasa Sesak itu Muncul lagi
11 Hari Bahagia
12 Pertikaian di Kantin
13 Perhatian Arska
14 Puisi Cinta Untuk Arska
15 Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16 Rahasia Brayu
17 Biyang Gosip di kelas
18 Play Boy Galau
19 Rencana Fella dan Arska
20 Pertemuan Yang di Sengaja
21 Ciuman Pertama Fella dan Arska
22 Menjaga Hati Faya
23 Gagalnya Rencana Mona
24 Spesial Biodata:
25 Ketulusan Hati Seorang Arska
26 Pesan Teror untuk Arska
27 Kebahagian Fella yang Paling Penting
28 Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29 Trending Topik di Sekolahan
30 Pusat Perhatian
31 Lagu Indah untuk Arska
32 Penculikan
33 Kepanikan Arska
34 I Hate You Mona
35 Tuduhan Dilan
36 Another Threat !!
37 Between Confused and Love
38 Rasa Curiga Fella
39 Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40 Are You Okay, Fella!!
41 Pengakuan Cinta Dilan
42 Pengakuan Cinta Dilan 2
43 Pengakuan Cinta Dilan 3
44 Violla yang Syok
45 Fella Pingsan
46 Mimpi atau Nyata
47 Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48 KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49 Faya Matre
50 Isi Hati Fella
51 Kecelakaan
52 Bangun Sayang!!!
53 Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54 Pura-Pura Amnesia
55 Pura-pura Amnesia 2
56 Mulut Ember Faya
57 Trik yang Membuahkan Hasil
58 Rindu yang Mengebu
59 Liburan
60 Suara Petir yang Marah
61 Sorak Sorai di Pagi Hari
62 Iseng
63 Berdua itu Lebih Romantis
64 Sikap yang Berubah-ubah
65 Demam
66 Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67 Balik Jakarta
68 Go to School
69 Terpaksa Pulang Bareng
70 Perang Batin yang Berujung Manis
71 Belajar Bersama
72 Pajak Jadian
73 Seharian Bersama Arska
74 Baku Hantam
75 Tawa Malam di Kediaman Moregan
76 Leon dan Genk Motornya
77 Cibiran di Pagi Hari
78 Mikirin Kamu
79 Saran dari Mantan
80 Kejutan yang Menyebalkan
81 Senam Jantung
82 Mata-Mata Untuk Arska
83 Rasa Cemburu Arska
84 Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85 Ikut Camping
86 Berangkat Camping
87 Terlambat
88 Jadi Kakak Pembimbing
89 Cemburu
90 Kamu Injak Kaki Aku!!
91 Saling Cemburu
92 Hukuman yang Manis
93 Nasi Goreng
94 Putus Lebih Baik
95 Malam Api Unggun
96 Kebersamaan
97 Teori Lima Detik
98 Teori Lima Detik 2
99 Teori Lima Detik 3
100 Kesempatan
101 Terjebak Hujan
102 Menginap di Rumah Fella
103 Penganggu
104 Hari Yang di Tunggu
105 Pertukaran Cincin
106 Hari Pertama Ospek
107 Menjadi Incaran Para Senior
108 Perkelahian
109 Hari ke Dua Ospek
110 Gosip atau Fakta
111 Pura-Pura Jadi Pacar
112 Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113 Identitas Asli Bella
114 Merasa Bersalah
115 Fella Sakit
116 Nasehat Dari Arska
117 Bella Vs Brayu
118 Kekonyolan Fella
119 Terlalu Nyaman
120 Sisi Lain Arska
121 Jiwa Akutansi
122 Kesedihan Brayu
123 Merasa di Rugikan
124 Ajakan untuk Menikah
125 Menghadap Calon Mertua
126 Bahan Candaan
127 Cari Muka
128 Paksaan dari Brayu
129 Cuma Pacar
130 Kesuraman
131 Wanita Gila!!
132 Tentang Perasaan Bella
133 Menyerah
134 Terlihat Imut
135 Calon Pengantin Pria
136 Hari Bahagia Itu Datang
137 Lelah Yang Membahagiakan
138 Pengantin Baru
139 Merebutkan Bella
140 Ciuman tak Langsung
141 Undangan Dari Bella
142 Ulang Tahun Bella
143 Sesakit Ini?
144 Kuatkan Diri
145 Bahan Bullyan!!
146 Kecemburuan Arska
147 Ingin di Nikahkan!
148 Tersulut Emosi
149 Menurunkan Ego!
150 Menyelesaikan Maslah
151 Rencana Gagal
152 Undangan Pernikahan
153 SAH!!
154 Malam Pertama (Perdebatan)
155 Menginginkan Cucu!!
156 Menginginkan Cucu 2
157 Menahan Rasa Malu
158 Jogja!
159 Tragedi di Jogja!
160 Sasange
161 Heha SKY View
162 Menjadi Tersangka
163 Ketakutan!!
164 Ketakutan 2
165 Masa Liburan Telah Berakhir!
166 Terpojok!
167 Rey Kampret !
168 Tiga Syarat!
169 Mengakhiri Drama!
170 Meminta Bantuan Bella
171 Kencan
172 Kencan Yang Gagal.
173 Terjebak Di Perpustakaan
174 Rasa Kesal!
175 Dia Spesial Di Mata Ku!
176 Terlalu PD
177 Romantisme Hilang Sekejab
178 Tak Ada Kabar
179 Meminta Maaf!
180 Kesialan Kevin
181 Elo Lagi!
182 Morning Kiss
183 Fella Ngidam
184 Gara-gara Mie Instan
185 Menjadi Penguntit
186 Terlalu Polos
187 Salah Sasaran
188 Acara Pertunangan
189 Mendapat Restu
190 Balikan!
191 Kelahiran Sang Penerus (END)
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Wajah Mendung Fella
2
Peduli
3
Gadis kecil yang mengemaskan
4
Pagi hari yang suram
5
Pertemuan
6
Luluhnya Hati Arska
7
Rasa Suka Arska
8
Harapan untuk Arska
9
Kedekatan Antara Fella dan Arska
10
Rasa Sesak itu Muncul lagi
11
Hari Bahagia
12
Pertikaian di Kantin
13
Perhatian Arska
14
Puisi Cinta Untuk Arska
15
Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16
Rahasia Brayu
17
Biyang Gosip di kelas
18
Play Boy Galau
19
Rencana Fella dan Arska
20
Pertemuan Yang di Sengaja
21
Ciuman Pertama Fella dan Arska
22
Menjaga Hati Faya
23
Gagalnya Rencana Mona
24
Spesial Biodata:
25
Ketulusan Hati Seorang Arska
26
Pesan Teror untuk Arska
27
Kebahagian Fella yang Paling Penting
28
Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29
Trending Topik di Sekolahan
30
Pusat Perhatian
31
Lagu Indah untuk Arska
32
Penculikan
33
Kepanikan Arska
34
I Hate You Mona
35
Tuduhan Dilan
36
Another Threat !!
37
Between Confused and Love
38
Rasa Curiga Fella
39
Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40
Are You Okay, Fella!!
41
Pengakuan Cinta Dilan
42
Pengakuan Cinta Dilan 2
43
Pengakuan Cinta Dilan 3
44
Violla yang Syok
45
Fella Pingsan
46
Mimpi atau Nyata
47
Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48
KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49
Faya Matre
50
Isi Hati Fella
51
Kecelakaan
52
Bangun Sayang!!!
53
Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54
Pura-Pura Amnesia
55
Pura-pura Amnesia 2
56
Mulut Ember Faya
57
Trik yang Membuahkan Hasil
58
Rindu yang Mengebu
59
Liburan
60
Suara Petir yang Marah
61
Sorak Sorai di Pagi Hari
62
Iseng
63
Berdua itu Lebih Romantis
64
Sikap yang Berubah-ubah
65
Demam
66
Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67
Balik Jakarta
68
Go to School
69
Terpaksa Pulang Bareng
70
Perang Batin yang Berujung Manis
71
Belajar Bersama
72
Pajak Jadian
73
Seharian Bersama Arska
74
Baku Hantam
75
Tawa Malam di Kediaman Moregan
76
Leon dan Genk Motornya
77
Cibiran di Pagi Hari
78
Mikirin Kamu
79
Saran dari Mantan
80
Kejutan yang Menyebalkan
81
Senam Jantung
82
Mata-Mata Untuk Arska
83
Rasa Cemburu Arska
84
Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85
Ikut Camping
86
Berangkat Camping
87
Terlambat
88
Jadi Kakak Pembimbing
89
Cemburu
90
Kamu Injak Kaki Aku!!
91
Saling Cemburu
92
Hukuman yang Manis
93
Nasi Goreng
94
Putus Lebih Baik
95
Malam Api Unggun
96
Kebersamaan
97
Teori Lima Detik
98
Teori Lima Detik 2
99
Teori Lima Detik 3
100
Kesempatan
101
Terjebak Hujan
102
Menginap di Rumah Fella
103
Penganggu
104
Hari Yang di Tunggu
105
Pertukaran Cincin
106
Hari Pertama Ospek
107
Menjadi Incaran Para Senior
108
Perkelahian
109
Hari ke Dua Ospek
110
Gosip atau Fakta
111
Pura-Pura Jadi Pacar
112
Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113
Identitas Asli Bella
114
Merasa Bersalah
115
Fella Sakit
116
Nasehat Dari Arska
117
Bella Vs Brayu
118
Kekonyolan Fella
119
Terlalu Nyaman
120
Sisi Lain Arska
121
Jiwa Akutansi
122
Kesedihan Brayu
123
Merasa di Rugikan
124
Ajakan untuk Menikah
125
Menghadap Calon Mertua
126
Bahan Candaan
127
Cari Muka
128
Paksaan dari Brayu
129
Cuma Pacar
130
Kesuraman
131
Wanita Gila!!
132
Tentang Perasaan Bella
133
Menyerah
134
Terlihat Imut
135
Calon Pengantin Pria
136
Hari Bahagia Itu Datang
137
Lelah Yang Membahagiakan
138
Pengantin Baru
139
Merebutkan Bella
140
Ciuman tak Langsung
141
Undangan Dari Bella
142
Ulang Tahun Bella
143
Sesakit Ini?
144
Kuatkan Diri
145
Bahan Bullyan!!
146
Kecemburuan Arska
147
Ingin di Nikahkan!
148
Tersulut Emosi
149
Menurunkan Ego!
150
Menyelesaikan Maslah
151
Rencana Gagal
152
Undangan Pernikahan
153
SAH!!
154
Malam Pertama (Perdebatan)
155
Menginginkan Cucu!!
156
Menginginkan Cucu 2
157
Menahan Rasa Malu
158
Jogja!
159
Tragedi di Jogja!
160
Sasange
161
Heha SKY View
162
Menjadi Tersangka
163
Ketakutan!!
164
Ketakutan 2
165
Masa Liburan Telah Berakhir!
166
Terpojok!
167
Rey Kampret !
168
Tiga Syarat!
169
Mengakhiri Drama!
170
Meminta Bantuan Bella
171
Kencan
172
Kencan Yang Gagal.
173
Terjebak Di Perpustakaan
174
Rasa Kesal!
175
Dia Spesial Di Mata Ku!
176
Terlalu PD
177
Romantisme Hilang Sekejab
178
Tak Ada Kabar
179
Meminta Maaf!
180
Kesialan Kevin
181
Elo Lagi!
182
Morning Kiss
183
Fella Ngidam
184
Gara-gara Mie Instan
185
Menjadi Penguntit
186
Terlalu Polos
187
Salah Sasaran
188
Acara Pertunangan
189
Mendapat Restu
190
Balikan!
191
Kelahiran Sang Penerus (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!