Bella mengikuti Fella sampai ke rooftop sekolah. Ia membuka pintu rooftop dan menemukan Fella tengah duduk di sofa. Bella berjalan mendekat. "Lo bolos kelas?" tanya Bella.
Fella tak terkejut sama sekali. Ia sudah sadar sejak tadi bahwa Bella mengikutinya. "Bu Dian nggak masuk, kelas kosong," jawab Fella.
Bella mengerutkan kening. "Beneran? kok, gue nggak tahu? apa gue pas ke toilet tadi, makannya gue nggak tau pengumumannya? Entahlah, nggak perlu gue pikirin, toh seharusnya gue bersyukur," gerutu Bella cukup keras. Bella menepuk bahu Fella, menyuruh gadis itu untuk geser.
"Apa?" Pekik Fella kesal.
"Geser, gue juga mau duduk." perintah Bella.
Fella mendengus pelan memberikan raut tak nyaman atas tindakan sahabatnya itu. Namun, ia tetap melakukan apa yang di minta Bella, Fella menggeser tubuhnya.
"Lo kenapa?" tanya Bella sambil duduk di sebelah Fella, tak mau basa-basi.
"Maksudnya?"
"Sikap lo aneh dari kemarin?"
"Belajar ngedukun di mana lo?" sinis Fella.
Bella membalas senyum Fella lebih sinis. "Gue kenal lo nggak cuma setahun dua tahun, tapi dari SMP, Fel!" ujar Bella. "Lo lagi ada masalah?" selidik Bella.
"Nggak,"ucap Fella cepat.
"Ada hubungannya sama cowok yang kemarin ketemu di kafe?" tanyanya semakin menjerumus.
Kali ini Fella tak langsung menjawab seperti tadi. Bella tersenyum penuh arti, ia mendapatkan jawabannya. Sebenarnya Bella sudah menebak dari pertama kali lelaki itu manggil nama Fella, di tambah dengan sikap aneh sahabatnya yang langsung pergi begitu saja, membuatnya semakin penasaran.
"Lo nggak mau cerita tentang cowok ganteng itu ke gue?" tanya Bella lagi.
"Gue nggak kenal!"
Bella menoleh ke arah Fella. "Beneran nggak kenal?" selidik Bella mengernyitkan keningnya.
"Gue beneran nggak kenal!"
"Tapi ini apa?" tanya Bella, seraya menyodorkan ponselnya. "Gue kemarin nggak sengaja pas pulang dari kafe ngeliat lo sama cowok itu di taman dekat kafe, awalnya sih gue nggak percaya tapi... "
Belum sempat Bella melanjutkan pertanyaan Fella menyela.
"Itu bukan gue Bel, lo salah liat!" elak Fella masih dengan ekspresi tegasnya.
"Tapi ini kan elo, Fel! Mau elo nyangkal sampai seribu kali pun, ini tetap aja elo!" desak Bella.
"Bukan! lo salah liat!" seru Fella dengan cepat.
"Hem, oke! Gue percaya." Bella mengangguk-anggukkan kepala, menahan untuk tidak tersenyum. 'Liat aja, Fel. Gue bakalan mergokin elo dengan mata kepala gue sendiri, gue yakin lo udah move on dari Andy.' gumam Bella dalam hati. "Ehh. Tapi cowok yang kemaren itu beneran ganteng banget tau, dia kelihatan keren, cool lagi. Lo beneran nggak tertarik, Fel. Padahal gue tertarik banget sama dia, coba aja. Gue bisa deket sama dia, pasti seneng banget." ujar Bella sambil melirik ke arah Fella. Gadis itu sengaja ingin memancing Fella agar segera bersuara.
"Cowok yang mana, sih? Gue kok lupa ya, kalau ada cowok seperti apa yang lo sebutin barusan." Fella manggut-manggut dengan jari telunjuk mengetuk-ngetuk dagunya, agar terlihat sedang membayangkan seseorang.
"Kenapa lo nggak jujur aja sih, Fel?" pojok Bella karena pancingannya tak masuk perangkap.
"Jujur apa lagi sih, Bel!" muka Fella masih terlihat datar.
"Tentang cowok yang kemaren."
"Gue nggak kenal dia!" jelas Fella.
"Padahal kalau kenal juga nggak papa." sudutnya.
"Gue nggak mau!"
"Kenapa nggak mau sih, Fel. Kayaknya orangnya lebih baik, daripada si mantan Lo itu." sindir Bella sambil mencebirkan bibirnya.
Fella terdiam sesaat, gadis itu benar-benar di buat pusing oleh Bella, dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang terus saja mendesak dan terus-terusan menyindirnya.
"Coba move on deh, Fel. Jangan gara-gara Andy yang ninggalin elo. Elo jadi kayak sekarang ini, lo yang sekarang itu ngeselin banget! Tau nggak! Coba deh, lo belajar dari masa lalu. Lo harus maju, Fel. Masak iya, lo mau jalan di tempat terus," ujar Bella sok bijak.
"Lo sendiri, kapan nggak mau move on dari Ferdy?" Fella membalik pertanyaan Bella, gadis itu menatap ke arah Bella.
Sesaat Bella terdiam, dia bisa menasehati sahabatnya, tetapi dia sendiri gagal move on
dari orang yang pernah mengisi hari-harinya.
"Nggak ada yang bisa gantiin Ferdy. Dia selalu ada di hati gue, Fel. Tapi gue beda sama lo, Fel. Gue tetap tegar, nggak mau mikirin yang aneh-aneh tentang masa lalu gue, dan gue nggak berubah, gue tetap sama. Nggak murugan and cuek kayak lo!" tegas Bella, mencoba menghibur diri sendiri.
"Lo enak, Bel. Di perjuangin sama cowok yang beneran sayang sama lo. Sampai dia rela ngorbanin nyawanya cuma demi elo. Nggak kaya gue ngenes banget, putus cuma satu pihak." kata Fella sambil tersenyum kecu.
Bella menahan air matanya agar tak menetes, matanya mulai memanas, namun ia urung memperlihatkan kesedihannya di depan sahabatnya itu.
"Andai waktu bisa di putar kembali. Gue pengen Ferdy nggak nolongin gue. Pasti dia masih hidup sekarang." hati Bella terasa tertotok jika mengingat hari dimana pacarnya meninggal di depan matanya dan itu semua gara-gara dirinya.
"Yang sabar ya, Bel. Kehidupan memang tak sesuai dengan ekspetasi, " ucap Fella menepuk bahu Bella seraya beranjak dari tempat duduknya, ia tak mau berlama-lama membahas masa lalu Bella yang amat pait itu, karena Fella tau, itu akan membuat sahabatnya itu menjadi sedih.
"Gue mau balik ke kelas." Fella melangkahkan kakinya.
Ucapan Fella membuat Bella segera tersadar dari lamunannya, dan segera mengikutinya menuruni anak tangga.
POV Bella.
Dia adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya yang memiliki kekuasaan di kotanya. Ayahnya adalah bos mafia besar dan Juga CEO dari Antero Grup yang terkenal mempersulit perusahaan lain jika melawannya.
Ferdy adalah pengawal kesayangan Rahendra Moregan, ayah dari Bella. Gadis itu dulu terkenal manja dan tak bisa apa-apa. Makanya, Rahendra mengutus Ferdy agar menjadi pengawal pribadi Bella. Namun seiring berjalannya dengan waktu, tumbuh rasa suka terhadap diri Bella dan Ferdy, mereka akhirnya memutuskan untuk berpacaran. Sampai saat penculikan yang di lakukan oleh musuh bebuyutan keluarga Moregan membuat Bella tersiksa. Ferdy harus jatuh ke tangan kotor mereka dan merenggang nyawanya tepat di hadapan Bella. Bella sempat tak sadarkan diri dengan waktu yang cukup lama, ia terlalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya yang berusaha melindungi nyawanya itu.
...~Cinta Untuk Fella~...
"Pulang sekolah main yok!" rengek Faya, dengan bergelayut di lengan kiri Bella.
"Gue, langsung pulang udah ada janji sama nyokap." ucap Bella sambil memainkan ponselnya.
Fella memasang muka datarnya, ia tak merespon ucapan dari sahabatnya itu.
"Fel, cuci-cuci mata yok, ngeliat cowok ganteng." pinta Faya dengan ekspresi memelas.
"Woi, Faya ngajakin lo jalan itu, Fel. Jangan diem aja napa, sih. Lagi mikirin Abang ganteng yang kemarin itu, ya." sindir Bella memancing Fella agar membuka suaranya.
Fella hanya menatap ke arah ke dua sahabatnya secara bergantian, dengan wajah datarnya.
"Kusut amat sih nie muka," ucap Bella sambil mengusap muka Fella dengan kasar.
"Anjir! Sakit ini muka gue! M A H A L kalau lecet lo bisa ganti!" sentak Fella dengan memegangi wajahnya.
"Hahahaha... kucel kaya gitu, udah kayak cucian direndam berhari-hari, mahal dari mananya coba, gue aja negok kagak mau." celoteh Bella sambil memakan kacang atom yang ada di hadapannya
"Sial lo!" seru Fella dengan cepat.
"Jadi nggak ada yang mau nemenin gue jalan, ni." Faya memasang muka melasnya. Gadis itu menyangga dagunya dengan tampang cemberut.
Fella dan Bella serentak menggelengkan kepala. "Lo mending cari cowok deh, biar lo ada yang nemenin." Bella memberi saran.
"Punya sahabat dua aja di ajak jalan susah banget, malah di suruh nyari cowok." keluh Faya memanyunkan bibirnya sambil menurunkan kepalanya keatas meja.
"Sabar ya dedek Faya. Nggak boleh sedih, kakak-kakak yang cantik ini baru banyak kesibukan. Jadi nggak bisa di ganggu dulu." Bella mencoba menghibur Faya sambil sesekali mengusap-usap pucuk kepala rambut Faya, dan mencubit pipi Faya yang mengembang karena bibirnya mengerucut.
"Enak Bel, usap terus yak, gue jadi ngantuk ni," pinta Faya dengan menutup matanya.
"Yah, elo kok jadi ke enakan, sih." tangan Bella ngeloyor kepala Faya pelan.
"S A K I T!" teriak Faya mengusap-usap kepalanya, muka Faya semakin masam dengan tindakan Bella barusan. Sedangkan Bella, hanya tertawa melihat sahabatnya itu merengek kesakitan karena ulahnya. Sementara Fella hanya memandang ke arah Bella, ia berpikir, kenapa Bella bisa setegar itu, sedangkan dia malah kacau karena hal sepele dan memilih menjadi orang yang super menyebalkan.
...~Cinta Untuk Fella~...
Di kamar, Fella memainkan gitarnya untuk mengusir kejenuhannya yang terus menghinggap di kepalanya. Hingga, sebuah ketukan pintu membuatnya berhenti memetik senar gitar yang ada di pangkuannya itu.
Tok... tok ...tok ....
Merry membuka pintu kamar, dengan tubuh masih berada di luar pintu dan hanya kepalanya saja yang masuk kedalam kamar.
"Sayang, bisa tolongin Bunda nggak?"
"Minta tolong apa Bun?" jawab Fella cepat.
"Beliin Bunda bahan kue ya sayang, Banda masih repot ni."
"Ya elah Bun, tinggal loncat ke depan aja," keluh Fella sambil geleng-geleng kepalanya pelan.
"Loncat-loncat, emangnya bunda kodok, apa?"
"Hahahaha... emang Bunda mau jadi kodok, nanti Ayah nikah lagi loh Bun, kalau Bunda jadi kodok." ejek Fella penuh kemenangan.
"Wah, ini anak ngedoain Bundanya jadi kodok, dasar anak durhaka Bunda kutuk jadi Aya kundang mau kau!" Merry memasang wajah sok galak.
"Hahahaha, ampun lah Bun, jangan marah, Aya langsung berangkat, nih." ucap Fella beranjak dari atas kasur.
Kedua orang tuanya memanggilnya Aya sebagai panggilan kesayangan. Jadi wajar saja jika dia di perlakukan masih seperti anak kecil.
"Nggak usah bawa motor, cuma deket aja." pesan Merry.
Fella mengangguk, mengerti maksud ucapan dari Bundanya itu, melangkahkan kakinya menuju mini market yang tak jauh dari rumahnya. Gadis itu hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong serta sendal jepit yang siap mengalasi kakinya.
...~Cinta Untuk Fella~...
Sesampainya di mini market, Fella langsung mencari apa yang di perlukan oleh sang Bunda. 'Sekalian beli cemilan mumpung di luar,' pikir Fella.
Senyum manis terukir di wajahnya ketika melihat softdrink rasa strobery dan tumpukan coklat di hadapannya. Saat tangannya ingin menggambil beberapa coklat, tiba-tiba seseorang meraih tangannya, entah sengaja atau tidak yang pasti itu membuat Fella kaget dan segera memundurkan tangannya.
"Ehhh.... sorry gue sengaja." suara Cowok yang tak asing di telinga Fella.
'Kayak suara siapa ya? Kok gue kaya nggak asing,' gumang Fella dalam hati sambil menengok kesamping.
Mata Fella membulat dengan sempurna saat di lihatnya cowok tersebut adalah Arska. Fella mendengus kesal, dengan cepat Fella memutar tubuhnya, sebelum Arska sadar kalau yang ada di sampingnya itu dia.
"Mau kemana, Fel? " tanyanya seraya menarik tangan Fella agar tak kunjung pergi dari sampingnya. Tarikan Arska yang cukup kuat membuat Fella berbalik menghadap lelaki itu dengan cepat.
"SIAL!" umpat Fella pelan.
"Gue tau itu lo, gue liat Lo dari kasir tadi, makannya gue buru-buru kesini!" jelas Arska.
Fella semakin mendengus, kesal sudah pasti, ia tak tau harus berucap apa untuk menghadapi lelaki seperti Arska ini.
"Lo, kalau senyum makin cantik loh, Fel. Gue tadi nggak sengaja liat pemandangan langka itu, biasanya gue cuma lihat lo jutek terus." Arska membungkukkan tubuh jangkungnya agar sejajar dengan Fella.
Fella memundurkan badannya beberapa langkah. Sudut bibir Arska terangkat sedikit, menimbulkan senyuman yang jarang ia tunjukan ke sembarang orang kecuali sama keluarganya, sahabat-sahabatnya dan tentu saja dengan orang yang ia sukai seperti saat ini.
"Lo sasange ya? Kemana aja gue pergi, selalu ada lo!" seru Fella kesal.
Arska mengangkat satu alisnya, bibirnya menahan agar tidak tertawa. "Ya, mungkin aja kita jodoh, makanya kita kemana-mana selalu aja di pertemukan!" jelas Arska dengan pedenya.
"Idih, lo tuh jadi orang jangan sok kepedean, deh. Siapa juga yang mau jadi jodoh elo!" kata Fella ketus.
Hingga, salah seorang pembeli yang ada di dekat mereka pun ikut membuka suara. "Kalau mbaknya nggak mau, saya mau kok berjodoh sama masnya yang ganteng ini." ucap salah seorang gadis itu, sambil menyenggol lengan Arska dengan sikunya.
Kedua remaja itu melongo, mendengar ucapan mbaknya. Arska yang spontan langsung saja berucap asal.
"Maaf, ya mbak tunangan saya ini emang suka ngomong ngaco, soalnya kita baru berantem mbak, jadi asal ngomong!" jelas Arska sambil menegakan badannya dan segera menarik tangan Fella agar meninggalkan tempat itu.
Fella tak percaya dengan kegilaan Arska yang mengakuinya sebagai tunangannya. Baru beberapa minggu yang lalu mereka berkenalan, main ngaku-ngaku aja cowok itu. Fella yang jengah dengan sikap Arska buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman tangan lelaki tersebut.
"Lo gila ya! Udah ngaku-ngaku tanpa seizin gue. Narik-narik tangan gue ,seenak jidat lo sendiri! Oke fiks, gue yakin lo emang cowok nggak waras!" ketus Fella, segera pergi dari hadapan Arska.
"Ya, gue emang nggak waras kalau di hadapan lo, Fel" kata Arska sambil mengacak-acak rambutnya.
Fella meninggalkan mini market dengan langkah lebar-lebar takut Arska membuntutinya. Tapi Arska yang tak ketinggalan ide sudah berdiri di luar menunggu Fella seperti satpam yang menunggu rumah majikanya.
"Fel, gue anterin pulang lo ya, sebagai tanda permintaan maaf gue, yang udah lancang ke lo tadi." pinta Arska dengan wajah memelas.
"Sial! Gue kalah cepat, ternyata lo udah di luar duluan " Fella membuang napasnya secara kasar, karena hatinya masih menahan rasa kesal terhadap lelaki tersebut.
"Gue sengaja nungguin lo."
"Gue nggak mau di tungguin, sama cowok kayak lo!" tegas Fella.
"Lo jutek banget sih Fel sama gue, salah gue apa?" tanya Arska sambil membungkukkan badannya.
"Salah lo banyak, pakai nanya lagi. Dan satu hal lagi yang harus lo tau. Gue nggak suka sama C O W O K kayak elo! Yang cuma ngandelin tampang dan fisik doang! Semua cowok tuh sama aja! Sama-sama bikin kesel." ketus Fella sambil menendang lutut Arska cukup keras.
"Awwww sakit, Fel" rintih Arska.
"Bodo amat, lo yang mulai duluan." kata
Fella seraya pergi meninggalkan Arska.
Arska yang tak mau menyerah sesegera mungkin mengejar Fella, dengan cepat tangannya meraih pergelangan tangan Fella, dan menarinya cukup kuat. Membuat tubuh Fella berbalik dan langsung memeluk tubuh kekar milik Arska.
"Kasih gue kesempatan, Fel. Elo cewek pertama yang bisa bikin hati gue luluh. Lo cewek pertama yang bisa bikin gue susah tidur. Meskipun gue belom terlalu lama kenal sama lo. Gue udah bisa ngerasain ada yang beda dari diri gue, kalau gue ngeliat elo. Dan gue baru ngerasain pertama kali ini, Fel" tutur Arska sambil mengatur napasnya. Tak mudah untuk seorang Arska mengucapkan kata-kata tersebut.
Fella terkejut dengan apa yang di lontarkan dari mulut bibir Arska tersebut. Tapi yang namanya Fella tetap saja keras kepala, ia tak mau mengulangi rasa sakit yang sama. 'Astaga, gue meluk ini cowok, bisa gede kepala kalau dia sadar.' pikirnya sesaat.
Gadis itu kemudian meronta, saat merasakan pelukan Arska yang semakin erat. "Lepasin gue! Gue nggak suka sama cowok yang peluk-peluk cewek di depan umum kaya gini! Dan malem-malem pula, gue masih punya harga diri, harusnya lo ngerti!" ketus Fella sambil berusaha melepaskan diri.
Ucapan Fella berhasil membuat pelukan Arska terlepas. Tubuhnya lemas seketika. Ia seperti lelaki yang tak bermoral saja.
"Apa ini sebuah penolakan," ucapnya dengan wajah tertunduk.
Fella memundurkan badannya, seraya berucap "Ya angap aja sama, kayak lo yang udah nolak banyak cewek, mereka berjuang buat dapetin hati lo. Tapi lo selalu cuek sama mereka. Angap aja kita itu sama!" Fella melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
"Ya angap aja sebuah perjuangan. Semakin penasaran dengan suatu hal, maka kita akan semakin ingin lebih mengejar dan semakin ingin milikinya!" tegas Fella, seraya membalikan badannya Dan melangkah dengan lebar meniggalkan Arska.
Arska memandang punggung Fella Yang semakin menjauh, hatinya sedikit bergetar mendengar ucapan dari mulut bibir gadis tersebut. Senyum puas terlukis di wajah tampannya, entah mengapa semangatnya semakin menjadi mendengar ucapan Fella yang terakhir itu.
"Gue masih punya harapan, dia masih ngasih kesempatan ke gue, biar gue bisa berjuang YES!! Thanks, Fel!" teriak Arska sambil loncat-loncat kegirangan.
Namun tatap orang-orang yang melihatnya sejak tadi pun, membuatnya tersadar, lelaki itu sudah menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu-lalang karena sikap hebohnya barusan.
"SIAL!" umpatnya pelan, sambil mengusap mukanya dan sesekali mengacak rambutnya. Dengan sikap sok cool-nya, Arska melangkahkan kakinya menuju parkiran dan segera masuk kedalam mobilnya. Di dalam mobil, ia meluapkan kebahagiaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
IchaLove
Masih ada harapan ttp semangat Arska
2022-04-16
0
Ama
hadir lagi kka
#AmalliaPenaAutoon
2022-01-20
2
nunu
🥰🥰🥰
2022-01-06
1