Sebulan sudah, Fella dan Arska bertunangan. Namun, tak seorang pun tau akan hal itu. Arska si gunung es sudah mempunyai pendamping hidup di dalam hatinya. Bahkan, sahabat-sahabatnya pun belum ada yang mengetahui akan hal itu. Lelaki itu sengaja tak memberi tahu sahabat-sahabat agar seluruh sekolahan tak menjadi heboh dan menjadikanya trending topik di papan pengumuman, bisa bahayakan kalau sampai itu terjadi.
"Ka. Minta minum lo dong! Gue haus," ucap Aldy merengek.
"Lo. Beli sendiri aja! Ini bekas bibir gue, entar di kirain gue homo, gara-gara ciuman nggak langsung sama lo!" ketus Arska dengan tangan sibuk memainkan ponselnya.
"Ya elah Ka. Pelit amat, sih elo. Sama sohib sendiri juga. Di kantin udah abis yang kaya gini, makanya gue minta punya elo." lelaki itu kembali merengek sepeti anak kecil yang meninta balon.
Alis kiri Arska terangkat, senyum sinis terukir di sudut bibirnya. Segera ia memberikan minumannya kepada Aldy. "Nie... gue kasih yang baru! Gue nggak mau ciuman nggak langsung sama lo! Ngebayangin aja udah ngeri," kata Arska sesekali melirik kerarah sahabatnya itu.
"Ya ampun. Thank you Ka, lo emang sohib gue yang paling baek," puji Aldy dengan lebay-nya.
"Ngerayu aja terus. Sana gih, belajar ngerayu cewek. Jangan ngerayu gue mulu, gue masih normal soalnya," ucap Arska mengejek.
Aldy memanyunkan bibirnya, matanya berkedip-kedip. Lelaki itu menunjukan mimik wajah memelas bahkan membuat lelaki itu semakin menggelikan.
"Jangan pasang muka memelas, Dy. Gue nggak bakalan kasihan sama lo lagi!" jelas Arska sekali lagi.
"Tega amat sih lo, Ka. Gue kan sayang sama lo," ucap Aldy sengaja mengeraskan suaranya, agar penghuni kantin dapat mendengarkan ucapannya.
Dilan dan Brayu yang baru saja menyusul mereka berdua ke kantin, langsung ikutan menimbrung.
"Aduh... Ka, pantesan aja nggak ada yang nyantol sama lo! Lo suka sama sesama jenis kaya gini." sahut Dilan yang langsung ikutan duduk di meja Arska sambil menguar tertawa.
"Lebih parahnya lagi udah enam bulan ngincer cewek, tapi sampai saat ini belom juga ada kabar. Apa gara-gara itu, lo jadi frustasi! Makanya lo balikan lagi sama Aldy," lanjut Brayu yang sudah duduk di sebelahnya.
Arska tersenyum sinis, saat mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu. 'Kalian aja yang nggak update, coba kalian tau yang sebenernya. Mulut kalian pasti udah pada nyinyir, ngomong sana-sini,' ucap Arska dalam hati sambil meraih ponselnya.
"Dari pada lo Bray, sampai kapan lo, mau gonta-ganti cewek, nggak takut kena karma lo!" sindir Arska mengalihkan topik pembicaraan.
Brayu tersenyum samar. "Ya elah.... itu mah masalah hati. Hati gue aja, yang belom siap, kalau mau serius sama satu cewek, gue nyari yang pas buat hati gue, tapi sayangnya gue belom nemuin yang tepat. Jadi harap maklum," sahut Brayu sok cool.
Dilan dan Aldy saling melirik, sambil memasang muka memelas-nya, mereka iri terhadap kedua sahabatnya itu. Yang satu di cap sebagai playboy cap kadal, dan yang satunya lagi di cap sebagai gunung es yang susah di dapetin, banyak cewek-cewek yang rela ngantri, tapi tak seorang pun yang mampu meluluhkan-nya.
"Kalian mah enak, direbutin banyak cewek-cewek mulu, lah kita. Belajar ngerayu aja malah kena siram air, satu ember lagi," ucap Aldy memanyunkan bibirnya sambil menaruh dagunya di atas meja.
"Gue... nggak se-ngenes elo juga kali, Dy." bela Dilan.
"Iya nggak se-ngenes gue, bedanya lo di tolak mentah-mentah. Sedangkan gue, kena siram air." jelas Aldy sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Anjay. Mulut lo itu dasar racun Dy. Buka aib gue di depan mereka berdua, mau di taruh mana muka gue ini!" seru Dilan dengan tampang seriusnya.
"Muka tuh di taruh depan sini," ucapnya sambil memegangi wajahnya. "Ya kali, muka lo mau di taruh di pantat, apa kata tetangga gue." lanjutnya sambil mengusap wajah Dilan kemudian menepuk-nepuk pantatnya sendiri.
"Anjirrrr..... bener-bener ngajakin ribut lo, ya!" seru Dilan yang mulai sewot dan tak terima dengan lelakuan Aldy.
"Hahaha... kalian sesama jomblo di larang saling berebut! Jomblo aja belagu," ucap Brayu sambil nyengir kuda.
Mereka berempat kompak tertawa.Tiba-tiba dari arah belakang ada seorang gadis yang mendekati meja mereka, sambil membawa beberapa batang coklat.
Gadis itu langsung menepuk pundak Arska. "Ka... dapet titipan dari ketua OSIS, katanya buat lo! Jangan lupa di buka, katanya," ucap Sari teman sekelas Arska.
"Oh... taruh situ aja di situ!" kata Arska dengan tampang datar.
"Ya udah. Gue taruh disini. Jangan lupa di buka, orangnya udah nungguin di depan kantin soalnya, gue pamit dulu," ucap Sari sambil meninggalkan tempatnya.
"Hemm....." balas Arska dengan malas, lelaki itu kembali fokus dengan ponselnya.
"Anjirrrr..... mimpi apa lo semaleman Ka, dapet coklat dari ketua OSIS yang semok itu," ucap Dilan.
Arska hanya menaikan bahunya, memberi isyarat bahwa dirinya tidak tau, lelaki itu engan membuka suaranya.
"Widih... auranya keluar lagi ni, dari aroma dan bau-baunya mau di keroyok satu sekolahan lagi ni." tambah Aldy.
"Lo aja, gue udah nggak minat," balas Arska cuek. Lelaki itu kembali melirik ke arah Aldy.
"Makan aja kalau lo mau Dy, nggak usah malu-malu, dari pada mubazir, nanti juga ujung-ujungnya cuma gue buang," ucap Arska sambil melirik ke arah Aldy, ia tau sejak tadi sahabatnya itu terus menerus memandangi coklat yang ada di hadapannya itu.
"Thank you ya Ka, lo emang the best," puji Aldy sambil membuka satu batang coklat, dan ternyata di balik bungkusnya ada sepucuk surat yang pastinya di tunjukan untuk Arska. Mata Aldy menyipit. "Gue nemu surat cinta coy," ucapnya sambil melirik ke arah Dilan yang sedang memakan coklat.
"Coba lo bacain gue pengen denger, Dy," sahut Brayu yang juga penasaran dengan isi surat tersebut.
"Ehemm..... ehemmm dengerin ya! Gue bacain ni," ucapnya sambil sesekali melirik ke arah Arska, tapi lelaki ita tak juga merespon, Arska masih sibuk dengan ponselnya.
Jika aku jadi air mata mu
Aku akan lahir jadi mata mu
Hidup di pipi mu
Dan mati di bibir mu
Tapi...
Bila kamu jadi air mata ku
Aku tak kan pernah menangis
Karena aku takut kehilangan mu
Jangan lupa di makan ya kak coklatnya, biar aku semangat buat deketin kakak. 🥰🥰
By. Mona Xl IPA 3
"Tuh.... kan, bener dari si semok Mona yang kirim ini coklat," ucap Aldy.
"Kita cuma punya ketua OSIS satu nyettt! Jadi siapa lagi kalau bukan Mona si semok yang ngasih coklat ini," ucap Dilan kesal. Lelaki itu memukul kepala Aldy pelan.
Aldy memegangi kepalanya dan langsung nyengir kuda. Saat mendengar ucapan Dilan yang begitu sewot terhadap dirinya, ya si Aldy ini emang biangnya onar kalau di gengnya. Cowok yang sampai sekarang masih awet lumutan karena jomblo akut!
"Siapa tau ada Mona yang lain, Lan." balasnya.
"Terserah lo aja nyettt! Gue udah capek ngeladenin lo ngoceh terus."
Aldy dengan bibirnya yang di buat-buat, menirukan ucapan Dilan dengan bibir yang di majukan.
"Sial...! Di kasih tau, malah ngikutin gue ngomong, lo!" seru Dilan sambil ngeloyor kepala Aldy. Seisi meja sontak tertawa. Melihat aksi dari kedua jomblo itu.
"Aw! sakit s a y a n g, jadi pusing ini kepala, gue," ucap Aldy dengan nada yang di buat-buatnya. Lelaki itu begitu menggelikan saat menirukan gaya bencong di perempatan.
"Surat cinta buat lo ternyata romantis juga ya, Karena, Ka!" sindir Brayu dengan bibir terangkat sebelah.
"Gue nggak tertarik!" jawab Arska simpel.
Mona yang tak sabar melihat ekspresi wajah dari lelaki yang dikaguminya itu, langsung saja menghampiri meja Arska and teh gang. Jantungnya berdetak sangat kencang, saat ia berdiri di sebelah Arska.
"Thanks ya kak, udah mau nerima coklat pemberian aku, kata temen-temen aku, kakak tuh.. nggak pernah mau nerima sesuatu dari orang lain. Kalau kakak nggak suka. Berhubung kakak mau terima pemberian aku, itu tandanya kakak suka sama aku." ucap Mona sambil terus memandang kearah Arska, gadis itu dengan PD-nya mengatakan hal itu.
Brayu menggeleng pelan. "Lo salah ngira Mon, Arska nggak nerima pemberian coklat dari elo! Tuh...coklat pemberian lo, di habisin Aldy sama Dilan." jelas Brayu sambil menunjuk ke arah Aldy dan Dilan dengan dagunya.
Mona menganga, mulutnya terbuka cukup lebar, surat yang di tujukan untuk Arska sudah terbuka lebar di atas meja.
'Berarti mereka udah baca surat dari aku, duh ngesilin,' pikirnya penuh kekesalan.
"Kok di abisin sih kak Aldy, kak Dilan. Itu kan buat kak Arska," ucap Mona masih menahan rasa kesalnya.
"Arska, yang ngasih ke kita. Katanya daripada di buang mending kita yang makan," ucap Aldy santai. "Terus surat cinta lo, juga udah kita baca, hehehe .... sweet banget sih Mon, elo itu " lanjut Aldy sambil mengunyah coklatnya.
Regina yang mendengar keluhan Mona, langsung menghampiri gadis itu, tentu saja dengan muka yang siap mengejek.
"Ya elahh.... lagian lo ngapain juga, sih. Repot-repot ngasih coklat sama pernyataan cinta dengan surat lo itu ke pacar gue! Ya dia nggak bakalan terima lah, secara Arska kan pengen ngejaga hati gue," ucap Regina dengan PD-nya.
"What! Kata temen-temen aku, kak Arska itu belum punya pacar. Jangan ngaku-ngaku ya kak," ucap Mona sedikit meninggikan nada bicaranya.
Dilan menelan saliva-nya saat melihat kedua gadis yang ada di depannya itu terus berdebat. Lelaki itu berinisiatif untuk melerainya. "Aduh.... para gadis-gadis cantik. Jangan berantem di sini ya, kita nggak mau terlibat dalam masalah kalian. Oke!!" seru Dilan mencoba melerai.
"Diem lo!! Gue nggak butuh nasehat dari lo!!" ucap mereka kompak.
"Ya udah... di lanjutin aja, adu mulutnya. Gue sama yang lain jadi penonton kalian aja," lanjut Brayu tak mencoba menghentikan perdebatan di antara kedua gadis itu.
"Gue itu emang pacarnya Arska dari kelas satu, temen-temen lo aja yang nggak pada update, Arska nggak pernah mempublikasikannya, makanya gue nggak pernah di anggap sama kalian," ucapnya sambil melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
"Itu... baru pendapat lo! Kalau kak Arska kan belom mutusin, jadi gue nggak mungkin mundur gitu aja!" seru Mona menantang.
Di saat kedua gadis itu saling adu mulut. Arska justru sibuk menunggu WhatsApp dari kekasihnya itu. Ia tak menghiraukan orang-orang yang berada di sekelilingnya, tatapannya lurus menghadap layar ponselnya sejak tadi. Hingga tepukan tangan Brayu di pundaknya menyadarkannya agar Arska segera melerai kedua gadis-gadis yang tengah memperebutkan-nya itu.
"Pusing gue! Dengerin dua cewek itu ribut muluk, lo pisahin gih. Ka!" perintah Brayu.
Arska melirik sekilas ke arah Gina dan Mona. "Lo pisahin aja sendiri Bray, gue paling males kalau suruh misahin yang kaya gituan, yang ada abis ini badan gue kena tarik."
"Mereka kan ngerbutin elo Ka, bukan gue! Jadi yang harus nengahin itu lo, paham!!!"
"Suruh aja si Aldy apa si Dilan yang pisahin, kalau gue misahin mereka, takutnya nanti tunangan gue ngambek." cetusnya sambil terus memegangi ponselnya.
Brayu mengernyitkan keningnya, matanya menyipit. "Lo barusan bilang apa, Ka? Tunangan lo? Lo nggak lagi bercanda kan?" tanya Brayu mencoba memastikan.
"Sejak kapan? Gue kalau ngomong nggak pernah bener? Kalau gue bilang punya, ya berarti punya. Kalau gue bilang enggak, berarti enggak." jelas Arska sambil memperlihatkan jari manisnya.
"Jadi. Cincin yang lo pakai selama ini, bukan cincin aksesoris biasa? Lo beneran udah punya tunangan?" tanya Brayu masih tak percaya.
Belom sempat Arska menjawab pertanyaan Brayu, ponselnya tiba- tiba berdering vidio call dari gadis yang ia tunggu-tunggu sejak tadi.
"Assalamualaikum sayang," ucap Fella dari sebrang telpon
"Waalaikum sayang, eh.... salah, wa'alaikum'salam sayang," ucap Arska lembut dengan khasnya yang kocak. Lelaki itu menjadi salah tingkah. Bahkan tingkah konyolnya mulai terlihat.
"Ih.... genit banget sih, jangan-jangan sama cewek lain, kaya gini juga." protes Fella memajukan bibirnya.
"Ya enggak lah sayang, mana berani aku, takut lah... kalau kamu ngambek." balas Arska dengan cepat.
"Em.... gitu, syukur deh... kalau nggak genit sama cewek lain, berarti aku udah nemuin yang tepat. Emm....terus kamu udah makan belom, yang? Harusnya kan, sekarang udah jam istirahat, ya?" tanya Fella sambil membenarkan selimutnya di seberang sana.
"Aku udah makan kok sayang. Terus kamu sendiri, jam segini udah pulang? Bolos ya!" selidik Arska.
Fella menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak, aku tadi izin pulang lebih awal, gara-gara perut aku sakit, magh aku kambuh sayang, tadi lupa sarapan," ucapnya mencoba menjelaskan.
"Ya ampun sayang. Pantesan muka kamu pucat gitu, ya udah. Nanti pulang sekolah, aku langsung ke rumah ya. Nanti, mau aku beliin apa?" tanya Arska.
"Beliin es krim aja sayang. Pengen makan yang manis-manis"
"Orang sakit kok mintanya es krim. Lagian kamu itu udah manis ngapain makan yang manis-manis." godanya.
"Udah sembuh, katanya tadi nawarin minta di beliin apa? Gimana sih kamu tuh yang. Iya, saking manisnya kemana-mana di ikutin terus sama semut." Fella memajukan bibirnya.
"Hehe... ya udah, nanti aku beliin. Tapi Bella sama Faya nggak boleh duluin aku ya. Pokoknya harus aku duluan yang samapi ke rumah kamu."
"Idih.... dasar posesif, sahabat aku mau jengukin masak nggak dibolehin." protesnya.
"Hahaha.... Bercanda sayang, udah jangan cemberut lagi. Makin kangen godain kamu-nya kalau ekspresi kamu kaya gitu," ucap Arska sambil sesekali mengacak rambutnya, ia benar-benar salah tingkah kalau di depan cewek yang ia sayangi seperti saat ini.
Semua mata yang tadinya sibuk menonton adu mulut sampai jambak-menjambak antara Regina dan Mona akhirnya beralih menatap ke arah Arska dengan tatapan penuh keheranan. Dilan dan Aldy yang tadinya ikut melerai Regina dan Mona serempak menoleh ke arah Arska. Mereka melihat ekspresi wajah Arska yang jarang sekali mereka lihat selama ini. Senyum yang ramah, lelucon yang keluar dari mulut bibirnya, bahkan kata-kata romantis yang keluar dari mulut dinginnya itu, membuat mereka semua tak percaya.
Gadis-gadis yang memang mengagumi lelaki tersebut, merasa takjub dengan sikap si gunung es yang kesehariannya tak pernah menunjukan sikap hangatnya kepada gadis lain. Aldy yang sudah mulai penasaran sampai ke ubun-ubun langsung saja me-nimbrung dengan merebut ponsel milik Arska.
"Subhanallah bidadari mana ini? Kok mau sama elu sih, Ka? Cantiknya kaya gini. Pantesan, lu kesemsem sampai lo nolak cewek-cewek yang ada di sekolahan ini. Dan lebih parahnya lagi elo juga cengar-cengir udah kaya orang gila," ucap Aldy nyerocos tak karuan.
Di seberang telpon sana, Fella yang terkejut melihat penampakan yang muncul pada layar ponselnya, langsung saja menutupi separuh wajahnya dengan selimut miliknya. Arska yang mulai jengah dengan kelakuan Aldy langsung saja merebut ponselnya kembali.
"Jangan naksir, udah punya gue! Lo ngintip sekali lagi, gue sumpahin mata lo bintilan!" tegas Arska dengan mata melototnya.
"Ya elah, pelit banget elu, Ka. Gue cuma mau liat, cewek mana si yang bisa bikin lo luluh." lelaki itu mengerucutkan bibirnya. Hingga sebuah ide konyol muncul di dalam otak kecilnya itu. "Ihhh. Sayang pelit, udah punya cewek terus aku ditelantarin huhuhu..." ucap Aldy merajuk manja, dengan tangan menggelayut di lengan milik Arska dan seakan tak ingin melepaskannya.
Fella yang mendengar suara Aldy, sontak tertawa kecil. "Ampun deh sayang. Temen kamu lucu banget, jangan-jangan selama ini kamu tunangan sama aku cuma buat nutupin itu.." tunjuk Fella dengan dagunya.
Arska yang mendengar suara Fella langsung melotot ke layar ponselnya. "Itu apa? Sih sayang."
"Itu.. pacar cowok kamu!" seru Fella sambil tertawa ringan, tangan kanannya menutupi mulutnya agar tak terdengar sampai kemana-mana.
Arska langsung menoleh ke arah kirinya, di sana Aldy sudah nyengir kuda.
"Sialan lo... cewek gue jadi mikir yang macem-macem kan!" katanya sambil menggeloyor kepala Aldy dengan tangan kirinya.
"Hihihi.... abis cewek lo cakep gitu, bikin iri gue aja."
Brayu dan Dilan pun saling melirik, mereka juga penasaran seperti apa wajah gadis yang saat ini sedang vidio call dengan sahabatnya itu.
"Widih... cantik gini, sisain buat gue satu dong, Ka." rengek Dilan dengan tampang melasnya.
Brayu yang memegangi dagunya sejak tadi, dengan spontan langsung saja menyapanya, tanpa mempedulikan ketiga lelaki itu. "Hay... Fel? Gimana kabar lo? Lama nggak ketemu ya," ucapnya dengan santai.
Arska, Aldy, dan Dilan pun serempak menoleh ke arah Brayu. Mereka sedikit lantaran Dilan sudah lebih dahulu mengenal tunangan Arska.
"Ngapain lo pada ngeliatin gue sampai segitunya! Gue cuma nyapa temen lama gue, dong. Nggak lebih. Ekspresi kalian langsung berubah kaya gitu." kata Brayu dengan melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
Lain hanya dengan Fella yang memang sudah mengenal Brayu terlebih dahulu. Gadis itu segera menyapanya tanpa menuggu nanti. "Alhamdulillah baik kak Brayu. Kak Brayu gimana kabar? Lama nggak nongol. Di cariin tuh sama Faya," ucapnya dari sebrang telpon sana.
Arska beralih melihat ke layar ponselnya. "Kamu kenal sama dia sayang?" tanya Arska sambil menunjuk kearah Brayu dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Sempet, beberapa kali ketemu. Dia temennya Bella sama Faya." jelas gadis itu.
Arska menoleh dengan tatapan sinis-nya. Namun, Brayu dengan santainya melihat ke arah Arska dan menaik turunkan kedua alisnya. Lelaki itu kembali melihat ke arah layar ponsel sahabatnya dengan mengembangkan senyumnya.
"Alhamdulillah gue juga baik juga. Salam ya, buat Faya," balas Brayu yang langsung memalingkan wajahnya dan kembali membenarkan posisi duduknya, ia sudah tak penasaran lagi.
Fella mengangguk pelan, Arska yang mulai cemburu langsung saja menatap ke layar ponselnya dengan wajah yang berubah drastis.
"Manggilnya nggak usah kakak juga kali, bikin panas hati aja! Tau sendiri pacar kamu ini cemburuan-nya banget!" seru lelaki itu dengan nada rada sewot.
Fella menguar tawanya, gadis itu merasa geli saat melihat ekspresi wajah tunangannya yang begitu menyebalkan. "Ya udah... nggak lagi-lagi manggil kakak. Tapi, kamu jangan cemberut kaya gitu lagi. Nanti cool-nya ilang loh. Ow iya, aku juga sekalian mau pamit, aku mau istirahat dulu ya sayang." ucapnya.
"Iya. Selamat istirahat ya sayang ku, semoga cepat sembuh, ya. Kalau kelamaan vidio call-nya, aku juga nggak ikhlas kamu diliatin sama tiga cowok ngeselin ini. Apalagi sama si Playboy di samping aku ini!" serunya seraya menunjuk kearah Brayu menggunakan dagunya. "Gawat kan, kalau dia sampai naksir kamu." bibir Arska sudah mengerucut karena moodnya tiba-tiba menghilang.
Gadis itu menggeleng-geleng kepalanya pelan, saat mendengar ucapan tunangannya yang terdengar posesif dan kolot terhadap dirinya itu. Sedangkan ketiga laki-laki itu dengan kompaknya menguar tawa saat melihat ekspresi wajah Arska yang biasanya cool, berubah menjadi konyol dan tak ketulungan itu.
"Ya udah. Sampai ketemu nanti ya sayang, cemberutnya udahan, gih. Jelek tau. Entar machonya hilang, loh." kata Fella diiringi tawa ringan.
Arska mengangguk pelan. Lelaki itu menuruti perkataan kekasihnya. "Sayang buruan istirahat, gih. Mereka pada ngeliatin kamu turus, tau. Bikin aku makin kesel." lanjutnya, dengan bibir yang semakin mengerucut
"Hahaha, iya. Love you muachhh..... Assalamualaikum sayang," ucap Fella berpamitan. Gadis itu masih tertawa ringan.
Arska melebarkan matanya, ia melihat ke kanan dan ke kiri, ekor matanya benar-benar sinis saat menata ketiga sahabatnya itu. "Ciumannya bukan buat kalian, tapi buat gue! Kalian jangan pernah ngarep!" serunya sambil sesekali mengerucutkan bibirnya. "Wa'alaikum'salam... LOVE YOU TO sayang muuachhh.." balas Arska seraya mencium layar ponselnya dan mematikannya dengan cepat.
Ketiga laki-laki itu kembali menguar tawanya, saat melihat kekonyolan yang di buat oleh Arska. Entah setan mana yang merasuki kepala seorang Arska Aregan. Hingga si gunung es
"Aduhh... gue jijik banget liat tingkah lo kaya gitu Ka" sindir Dilan.
"Kaya lo... nggak pernah ngerasain jatuh cinta aja!" tukas Arska sewot.
"Tapi sumpah ya !!... demi apa? Lo beneran kaya buka Arska yang kita kenal selama ini njirr.... lo yang biasanya kaku, cuek sama cewek, tiba-tiba berubah jadi lemah lembut, kan syokk gue" ejek Dilan.
"Tapi kayaknya enggak dengan cewek-cewek yang ngeliatin ke arah lo deh ka, mereka makin gemes sama lo tuh nyatanya" ucap Aldy sambil menaruh kepalanya di tangan kirinya.
Arska melihat ke sekelilingnya, matanya membulat sempurna, anjay dia jadi tontonan seisi kantin, mau di taruh mana mukanya yang sok cool itu.
Sesekali Arska mengaruk kepalanya yang tak gatal, ia mencoba mengatur nafasnya. Dengan tegas ia kembali seperti semula.
"Gue kaya gini cuma sama orang yang gue sayang" ucapnya dater.
"Dengerin tu, Gina sama Mona, cuma sama orang yang Arska sayang. Jadi mendingan kalian mundur aja, udah nggak ada ruang buat kalian di hati Arska" ucap Dilan sambil mengibas-ngibaskan tangannya, menyuruh agar Gina dan Mona segera pergi.
"Arska, nggak beneran punya cewek kan?" ucap Regina pelan.
"Kak Arska bohong kan, kalau kakak udah punya pacar?" lanjut Mona.
Arska tersenyum sinis, ia berlagak sok cool seperti biasanya. "Gue bukan cuma punya pacar, tapi gue udah tunagangan" ucap Arska datar.
Regina dan Mona melotot hampir bersamaan.
"Bohong mana buktinya, kalau lo udah punya tunangan" ucap Gina penasaran.
Arska menaikan jarinya, disana sudah terpasang cincin, segera ia memberikan ponselnya kepada Gina, agar ia dapat melihat foto perempuan yang menjadi tunangannya. Gina dan Mona semakin melongo, Mona menggigit bibir bawahnya, sedangkan Gina mengepalkan tangan kirinya, pupus sudah harapan mereka memperjuangkan cinta yang tak tersampaikan itu. Muka cemberut serta seragam dan rambut mereka yang acak-acakan membuat mereka semakin nelangsa. Arska berdiri seraya mengambil ponselnya dari tangan Gina. "Jangan kelamaan ngeliatinnya nanti naksir" ucap Arska sambil memasukan ponselnya ke saku celannya.
"Yang sabar ya, daftar pacar gue sama Aldy masih longgar kok, kalian bisa daftar" ucap dilan sambil menepuk-nepuk bahu Gina dan Mona.
Mona dan Gina mengibaskan tangan Dilan, "Gue nggak minat" ucap mereka kompak.
Brayu mendekat ke arah Arska. "Gue nggak nyangka, Fella si cewek jutek yang nggak pernah merespon cowok sama sekali, bisa tahluk sama cowok kaya lo, ka" ucapnya sambil menepuk bahu Arska. "Aduhhh.... kenapa sih, cewek yang gue taksir harus jadi tunangan sahabat gue, ngenes banget hidup gue" lanjutnya sambil melirik ke arah Arska, sebelum meninggalkannya karena Arska akan segera mengamuk.
Mata Arska membulat, keriputan di keningnya mulai terlihat. " Naksir???, anjay.... lo mau nikung sahabat lo sendiri" ucapnya seraya berlari mengejar Brayu. Tapi sebuah teriakan muncul dari bibir Mona.
"Gue... nggak bakalan nyerah buat dapetin hati lo kak!!" Teriak Mona dengan tak tahu malunya. Regina yang melihat tingkah Mona menjadi ilfil.
"Udah nyerah aja, di hati Arska udah ada yang ngisi, nggak usah malu-maluin diri lo sendiri" ucap Regina sambil meninggalkan Mona sendirian.
...•*°•™©inta Untuk Fella™°•°*...
Sepulang sekolah Arska langsung pergi menjenguk Fella. Di sana ia sudah di sambut oleh Bella dan Faya. Wajah kusutnya terlihat jelas oleh kedua sahabatnya itu.
"Muka lo kenapa?, kusut amat sih ka, udah kaya pakaian nggak di setrika selama seminggu aja" ucap Bella sambil memakan kacang atom yang ada di meja ruang tamu.
"Iya...., manyun muluk enggak ada seneng-senengnya" lanjut Faya.
"Lagi nggak mood " ucap Arska singkat.
"Idih.... singkat banget ngomongnya, lo mau ketularan kaya Fella yang dulu, irit ngomong" ledek Bella.
Arska mengerutkan keningnya, ia menegakkan badannya sedikit kemudian ia menyadarkan tubuhnya ke pinggiran sofa. Senyum sinis terukir di sudut bibirnya. " Emang Fella pernah irit ngomong" selidik Arska.
"Bukan cuma irit, ngajak ngobrol aja ogah, saking males nya gue"
"Hehehehe.... gue aduin loh" ancam Arska.
"Aduin aja siapa takut, lah... lo nanya ya gue jawab" tantang Bella.
Tiba-tiba Fella datang dengan membawa lemon tea
kesukaan Arska. "Ngobrolin apaan sih, kayaknya seru banget?" ucap Fella seraya meletakan minumannya ke meja dan langsung duduk di samping Arska.
"Ngobrolin elo fel" ucap Bella singkat.
"Emang gue kenapa? kok pada ngobrolin gue" ucap Fella sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Tanya tuh... sama tunangan elo" jawab Faya.
"Emangnya aku kenapa sih sayang?" tanya Fella penasaran.
"Katanya... kamu tuh irit ngomong sayang, padahal aku juga udah tau" ucap Arska dengan bibir yang di buat-buat.
"Idih.... kelakuan cowok lo fel, bikin merinding" ucap Bella. "Kalau gue tau sifat asli cowok lo kaya gini, gue nyesel pernah bilang cowok lo keren " lanjut Bella sambil terus memakan kacang atom.
"Tuh kan sayang, aku di bully sama Bella" ucap Arska sambil memeluk lengan Fella.
Bella melotot ke arah Arska. "Siapa yang bully siapa?" ucapnya sambil melempar kacang atom ke arah Arska. "Cowok lo, katanya moodnya lagi nggak baik tuh fel" ledek Bella sambil menjulurkan lidahnya.
Fella mengerutkan keningnya, ia melihat ke arah Arska yang sedang mengumpat di balik lengannya. "Mood kamu lagi enggak bagus, karena apa sih?"
"Ya... ada pokoknya" ucap Arska yang langsung membenarkan posisi duduknya.
"Gara-gara pacar cowok kamu, yang namanya siapa tadi... lupa aku" ucap Fella sambil menaikan dagunya.
"Pacar cowok apa lagi, orang yang lain kok" ucap Arska masih memanyunkan bibirnya.
"Tuhhhh.... mulai lagi kan, kaya baju nggak di seterika seminggu" timbrung Bella sambil menunjuk ke arah Arska.
"Arska homo ya?" tanya Faya ngawur.
"Homo, pala lu fay, gue normal tau, gue salam min ke Brayu, kalau lo berani ngejek gue lagi"
"Lah... lo, kenal sama Brayu?"
"Kenal. Dia sahabat gue dari TK, tapi ati-ati aja, dia itu playboy cap kadal, jangan sampai lo kecantol sama dia" ucap Arska memperingatkan.
Faya memanyunkan bibirnya, ia sebal dengan perkataan Arska.
"Nggak usah manyun gitu lah fay, ada untungnya juga kan lo di kasih tau Arska, jadi lo harus lebih hati-hati" ucap Bella menasehati.
"Daripada sedih mikirin hal yang nggak jelas, mending makan es krim aja, buat pendinginan otak" timbrung Fella.
"Gue mau dong, es krim yang di bawa Arska tadi" ucap Faya sambil meraih es krim yang ada di depan Fella.
"Sayang... Faya udah abis 5 es krimnya, aku nggak kebagian" rengek Fella sambil memanyunkan bibirnya.
"Nggak usah manyun nanti aku beliin lagi sayang" ucap Arska sambil mengelus-elus pucuk rambut Fella.
"Tuh... kan bikin iri terus, mesra-mesraan aja terus di depan gue" ucap Faya memanyunkan bibirnya. Bella yang sedang menikmati es krimnya kini beralih melihat ke arah Faya. " Udah dong bapernya, tunangan sahabat lo sendiri, masak mau lo embat" ledek Bella.
"Bukannya gitu bel, gue pengen kaya mereka berdua, cariin gue pacar bel" rengek Faya.
Mata Bella terbelalak, "Gue aja , masih lumutan belom punya pacar, lo nggak usah ngejek gue deh fay"
"Nyari bareng yok?"
"Ogah...." ucap Bella singkat.
Faya memanyunkan bibirnya, ia membuat mimik wajahnya memelas.
"Ya... elah fay, lo udah kaya sahabat gue si Aldy aja" sahut Arska.
"Miripnya gimana, apa jangan-jangan kita jodoh ?" ucap Faya penuh harapan.
"Miripnya... sama-sama ngeselin" ucap Arska singkat, padat, jelas.
"Ya elah... gitu amat sih, udah berharap mirip, cocok, apa gimana gitu, malah dikatain mirip ngeselin" oceh Faya.
Fella yang gemas dengan kelakuan Faya ikut-ikutan berkomentar. "Kalau udah jodohnya besok bakalan ketemu fay, tenang aja, Bella aja yang jomblo akut aja masih nyantai"
Bella yang merasa tersindir sontak tersedak oleh es krim yang baru ia makan. "Uhuk.... uhuk.... jangan bawa nama-nama gue kali, gue tuh, baru nyari yang sesuai sama isi hati gue, nggak ngasal nyari" ketus Bella.
"Akhirnya... gue seneng banget bel, lo bisa move on dari Ferdy" ucap Fella bahagia.
"Nggak ada yang bisa gantiin Ferdy fel, Ferdy tetap ada di hati gue, makanya gue gue nyari yang pas di hati itu susah"
"Sorry ya bel, gue nggak maksud buat ngingetin masalalu lo sama Ferdy" ucap Fella sedih.
"Nggak masalah, santai aja, gue orangnya nggak baperan kok" sindir Bella sambil melirik ke arah Faya.
Mereka bertiga tertawa, karena Faya lagi-lagi menjadi bahan bullyan.
"Tapi kalau di lihat-lihat Bella tuh cantik loh, cuma sedikit tomboy" ucap Arksa sambil memperhatikan Bella.
Fella melirik ke samping. "Udah mau pindah kelain hati" ucap Fella sambil mencubit perut Arska yang datar.
"Aw... bukan gitu sayang, maksud aku, Bella kan cantik kenapa enggak ada cowok yang nempel, kaya kamu" ucap Arska seraya berusaha melepas cubitan Fella dari perutnya.
"Pada takut sama Bella yang, makanya nggak ada yang berani deket" Bisik Fella.
"Nggak usah bisik-bisik, gue udah denger" tegas Bella.
"Takut kenapa sih?, Bella anggun gitu, cuma agak tomboy aja"
"Lo nggak tau aja, kalau Bella marah gimana ka" sahut Faya.
"Gimana emangnya kalau marah fay" ucap Arska penasaran.
"Lo bisa kena tonjok berkali-kali lipat, bahkan tulang-tulang lo bisa sampai patah, kalau dia ngamuk"
Arska menelan salivanya, "Kasihan dong, besok yang jadi suaminya fay kalau kaya gitu"
Bella melirik ke arah Arska, ia menatap dengan muka datar tanpa ekspresi.
"Ampun bel, gue bercanda" ucap Arska nyengir kuda.
"Bener sayang, hati-hati ya sama Bella, jangan sampai bikin Bella ngamuk" lanjut Fella.
"Juara 1 taekwondo, tahun lalu" ucap Faya bangga.
"Nggak nyangka kalau lo, jago bela diri bel, gue salut sama lo. Titip cewek gue ya bel, kau gue nggak ada di samping dia"
"Enggak lo suruh gue udah jagain Fella sama Faya ka, meskipun dulu dahi Fella sempat luka, karena kesalahan gue" ucapnya merasa bersalah.
Fella memanyunkan bibirnya, ia segera berdiri dan menghampiri Bella, segera ia memeluk Bella dengan erat. "Emmm.... jangan ngomong gitu, gue kan jadi merasa bersalah". Faya yang duduk tak jauh dari Bella dan Fella ikutan memeluk sahabatnya itu.
" Lah... gue nggak ikut di peluk ni" keluh Arska
"Nggak penting!!" ucap mereka bertiga hampir bersamaan. Tawa mereka semakin memecah, karena kekonyolan yang di buat Arska.
Jangan lupa comment and like nya ya guys biar Author semangat updatenya. Salam manis dari Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
IchaLove
ya ampun mulai meresahkan 😒
2022-04-16
0
Bundanya M Arya
bafer the
2022-04-06
0
nunu
wah.. fella kalau tau cemburu kagak ini calo suaminya di taksir cewek lain😏😏
2022-01-06
1