Rasa Sesak itu Muncul lagi

Hampir setiap hari Arska berkunjung ke rumah Fella, sikap Fella yang dingin tak membuat Arska menyerah begitu saja. Justru itu membuatnya semakin bersemangat untuk meluluhkan hati si cewek jutek itu, sekeras-kerasnya batu kalau terkena air lama-kalamaan akan melunak juga, pendirian itu di terapkan ke pada Fella. Yah, seberapa keras Fella menolaknya suatu saat dia juga akan menerima kehadiran Arska.

"Ay, sampai kapan sih, kamu mau cuekin Arska terus. Kasihan dia, kan? Dia anaknya baik ,sopan lagi. Sayang kan kalau di sia-siain." Merry mencoba memberi nasehat kepada anaknya itu.

Fella mengalihkan pandangannya ke arah Merry, dengan wajah yang sedikit murung. Fella hanya menggeleng kan kepalanya pelan, ia masih belum yakin akan perasaannya saat ini.

"Nggak tau Bun. Aya, masih bingung sama perasaan Aya sekarang ini." ucap Fella memelas.

"Bunda mau tanya sekali lagi, sebenernya kamu suka nggak sih, sama Arska. Menuru kamu, Arska itu tipe cowok yang gimana, sih?" pancing Merry, agar anaknya itu mau berbicara sejujurnya.

"Arska itu baik, sopan, ganteng pula, selain itu Arska tuh tipe cowok yang suka ceplas-ceplos, suka ngomong ngelantur, tapi dari hal ngelanturnya itu yang ngebuat Aya yakin, kalau itu ungkapan dari isi hati dia yang sebenernya Bun." Jelas Fella.

Senyum menguar terpancar dari sudut bibir Merry, jawaban yang sangat memuaskan telah ia dapatkan, sedangkan Arska sangat bahagia setelah mendengar kejujuran dari gadis yang selama ini ia sukai, ingin rasanya ia menghampiri Fella. Tapi, Merry melarangnya dengan tangan yang mengisyaratkan agar Arska tetap berada di tempatnya.

"Ay, Bunda mau nanya lagi ni, sebenernya kamu itu suka nggak si sama Arska, jawab jujur ya, Ay. Bunda nggak cerita- cerita kok sama Arska atau pun yang lain. Bunda cuma mau mastiin aja. Soalnya, kasihan juga sama Arska, tiap hari main kesini kamu selalu aja cuekin dia, nggak ada sikap manis-manisnya kalau ngeliat Arska." tutur Merry sedikit menasehati. Wanita setengah baya itu, mengelus-elus pucuk rambut Fella dengan lembut, dan sesekali ia melirik ke belakang, ia ingin memastikan jika Arska masih berada ditempatnya berdiri.

Fella mengerutkan keningnya, ia mencoba berfikir sejenak akan hatinya yang sedang gundah gulana itu, sesegera ia duduk dari baringnya. Gadis itu menghadap kearah Merry dengan mata menyipit.

"Bunda suka ngerasa kasihan, ya? Sama sikap Aya yang keterlaluan ke Arska?" tanya Fella yang langsung membuang nafasnya dengan kasar.

Merry hanya menganggukkan kepalanya pelan. Menyetujui perkataan putrinya itu.

"Sebenernya Aya juga sering ngerasa gitu, sikap Aya keterlaluan, tapi Aya ngelakuin itu juga buat ke baikan Arska."

Merry mengerutkan keningnya, wanita itu belum puas dengan jawaban Fella yang masih menggantung.

"Buat kebaikan Arska? Kebaikan gimana maksudnya, Ay? Bunda makin nggak ngerti!"

"Sebenernya Aya udah mulai suka sama Arska, Bun. Aya cuekin Arska, biar Arska nggak kaget waktu tau sikap Aya yang kaya gini. Aya nggak mau lagi-lagi di kecewa-in sama cowok Bun, Aya masih takut Bun." intonasi bicara Fella tiba-tiba merendah, ia menggigit bibir bawahnya sambil menundukkan wajahnya. Dengan nafas panjang Fella membuangnya kemudian ia berdiri dan berpamitan kepada Merry.

"Aya ke kamar duluan ya, Bun, otak Aya mulai capek buat mikir. Nanti, kalau Arska main kesini, Bunda aja yang nemenin, terus Bunda nggak usah ngasih tau ke Arska tentang perasaan Aya yang sebenernya. Takutnya nanti Arska makin gede kepala." ucap Fella lesu tanpa ada cahaya yang menyinari wajahnya. Langkah pelan ia pergi meninggalkan Merry sendirian di ruang keluarga.

Merry menoleh ke belakang dan segera menyuruh Arska agar menghampirinya, wanita itu memandang Arska sambil mengerutkan keningnya. "Kamu tadi denger sendiri kan, Ka. Jangan buat anak tante kecewa ya, dia nggak mau kecewa buat kesekian kalinya." ujar Merry.

Arska hanya mengangguk, sambil tersenyum. Dia bahagia karena usahanya tak lagi sia-sia. "Arska bakalan setia sama Aya, Tan. Arska nggak mungkin nyakitin hati Aya." ucap Arska tulus, diiringi dengan seulas senyuman.

Merry tersenyum, sesekali ia menepuk-nepuk bahu Arska. "Tante percaya sama kamu, Ka."

...~Cinta Untuk Fella~...

Di kamar, Fella di sibukkan dengan ponselnya yang sejak tadi berdering tapi Fella tak kunjung mengangkatnya, Fella melemparkan ponselnya ke kasur samping kanan tempat ia berbaring. Sekali lagi Fella memandang kearah ponselnya, ia masih penasaran dengan nomor yang tak ia kenal terus-terusan menggangunya.

Fella membuang kasar napasnya, ia mengontrol agar tak terpancing oleh emosi, segera ia mengambil ponsel dan mengangkatnya.

"Halo.... maaf ini siapa, ya?" Fella memelankan suaranya.

"Hallo, ini Fella, ya. Lama ya nggak denger suara elo, gue kangen." ucap seorang lelaki yang tak asing dari seberang telpon sana.

Fella yang tak asing mendengar suara lelaki tersebut mengerutkan keningnya. Gadis itu nampak berpikir sejenak, tapi ia masih belum yakin akan pikirannya saat ini, dengan sedikit kesal Fella berucap. "Udah nggak usah basa-basi, keburu kadaluarsa, lo sebenernya siapa sih? Kenapa sok akrab banget sama gue!" ketus Fella.

Di seberang telpon sana. Lelaki itu menguar senyumnya, ketika mendengar suara Fella yang merespon ucapannya. Buru-buru ia membuka suaranya kembali, sebelum Fella mematikan sambungan telpon darinya.

"Gue Andy, Fel. Mantan elo. Gue mau minta maaf, atas semua perlakuan gue ke lo, gue bener-bener nyesel udah mutusin elo, gue mau kita balikan lagi kaya dulu, Fel. Gue nggak bakalan nyakitin hati lo lagi, gue janji, gue sayang sama elo. Gue khilaf waktu itu." suara memohon Andy membuat Fella semakin geram, tanpa banyak bicara Fella langsung mematikan sambungan telponnya.

Mata Fella tiba-tiba saja memanas. Bagaimana mungkin hanya dengan mendengar perkataan Andy barusan, Fella merasa sesak di dadanya yang dulu hilang sekarang muncul kembali. Andy benar-benar keterlaluan, kenapa ia mengungkit masa lalu yang sudah lama ia kubur. Fella menahan agar tak menangis, tapi rasa sesak di dadanya semakin kuat hingga membuatnya susah bernapas.

Beberapa menit kemudian, ponsel Fella kembali bergetar.

Drettt.

Drettt..

Tanda notifikasi pesan wechat masuk. Fella membuka pesan tersebut, untung saja bukan dari Andy si cowok sialan itu. Fella membuka pesan tersebut sebelum membalasnya.

Arska Aregan

"Belum tidur, Ay?"

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Bisa kasih gue satu lelucon sebelum tidur?"^^^

Arska Aregan

"Kenapa, Ay?"

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Gue mau ketawa aja sebelum tidur"^^^

Arska Aregan

"Elo baik-baik aja kan, Ay?"

Mata Fella lagi-lagi memanas, ingin rasanya ia menangis tapi ia tetap menahannya. Fella meletakan ponselnya yang masih menampilkan percakapan dengan Arska di atas meja. Rasa sesak di dadanya semakin menumpuk, Fella tak lagi bisa menahannya, rasa sakit hati itu kenapa muncul. Tangannya kini sibuk membekap mulutnya sendiri agar suara isak tangisnya tidak sampai terdengar oleh Merry.

Sekian lama Fella tidak membalas, pesan baru kembali masuk.

Arska Aregan

"Elo nggak lagi nangis kan, Ay?"

Arska Aregan

"Kalau jadi cewek jangan cengeng! Kalau punya masalah cerita ke gue, dong!"

Arska Aregan

"Tadi gue main ke rumah lo, kata tante lo lagi nggak mau di ganggu."

Fella mengusap air mata yang membasahi pipi, lalu meraih kembali ponselnya.

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Siapa juga yang nangis? Sok tau, lo!"^^^

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Iya, gue males ngeladenin elo, makanya gue langsung ke kamar!"^^^

Arska Aregan

"Jangan gitu lah Ay, sama calon pacar."

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Hemmm...ngarep banget sih jadi cowok gue. Ow iya ka, gue mau curhat ni, tapi lo jangan ketawa ya."^^^

Arska Aregan

"Ngarep nggak papa, siapa tau jadi kenyataan. Ow ya, lo mau cerita apa? Cerita aja, gue dengerin kok."

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Gimana perasaan lo, kalau lo udah bener-bener cinta dan sayang sama orang, tapi tiba-tiba dia mutusin lo secara sepihak, dan sekarang orang itu ngajakin lo balikan."^^^

Arska Aregan

"Yang pastinya sakit, nyesek udah pasti."

Arska Aregan

"Lo nggak mungkin terima dia lagi kan, Ay? Nasib gue gimana? Kalau lo balikan lagi sama mantan lo yang brengsek itu?"

Fella tersenyum penuh arti, tak percaya dengan apa yang iya baca, Arska benar-benar menjadi obat yang mujarab baginya hatinya, tidak ada kata yang tidak membuatnya tertawa.

^^^Fella Anstasia Cantika^^^

^^^"Tergantung."^^^

Arska Aregan

"Kok tergantung sih, Ay? Gue maunya gandengan, nggak mau di gantung!"

^^^Fella Anastasia Cantika^^^

^^^"Ya tergantung, lo tulus suka sama gue, apa enggak!!"^^^

^^^FellaAnastasiaCantika^^^

^^^"Gue mau tidur dulu Ka, udah ngantuk, ni."^^^

Arska tersenyum sinis, saat membaca pesan terakhir dari Fella. Dia lagi-lagi menghempas napas secara perlahan. Sepertinya akan ada lampu hijau yang menyambutnya.

...~Cinta Untuk Fella~...

Di koridor kelas IPA XI 3, Fella tanpa sengaja berpapasan dengan Andy. Gadis itu tak menunjukan respon apa pun. Hingga lelaki itu mulai melirik ke arah Fella. Tangan kanannya mencoba menahan tangan kiri Fella agar tak meninggalkannya begitu saja.

"Fel, yang semalam itu g-gue..."

Belom sempat melanjutkan ucapannya, Bella memotongnya, gadis itu sudah sangat kesal melihat sikap. "Ihhhhh... jangan pegang-pegang tau, nanti suka lagi, kan bahaya!" sindir Bella sambil mencoba melepaskan tangan Andy dari pergelangan tangan sahabatnya itu.

Andy pun tak merespon perkataan Bella, meskipun ia ingin sekali marah. "Fel, g-gue pengen ngomong serius sama lo! Tapi jangan di sini, gue mau ngomong empat mata sama lo! Di sini banyak pengganggu!" bujuk Andy yang langsung melirik ke arah Bella dan Faya secara bergantian.

"Hah, pengganggu! Kita bukan pengganggu kok, kita cuma pengen ngerecokin, aja! Kalau mau ngomong, gue saranin di sini aja. Ngapain harus ngomong empat mata sama Fella, gue takut lo ngapa-ngapain sahabat gue!" ketus Bella.

"Gue nggak ngomong sama lo, ngerti !!" seru Andy sambil menunjuk ke arah Bella menggunakan dagunya, lelaki itu mulai emosi, saat melihat sikap Bella yang begitu ingin ikut campur di dalam urusannya.

"Iya.... gue tau, lo nggak ngomong sama gue. Tapi gue sebagai sahabatnya, gue mewakili Fella ngomong sama orang kaya lo!" Bella mulai meninggikan nada bicaranya.

"Gue nggak perlu ceramah lo!" nada bicara Andy tak kalah meninggi.

"Ehh, Andy yang ganteng, tapi nggak lebih ganteng daripada Arska, Fella tuh udah muak sama elo, ya. Mungkin liat muka lo aja juga dia udah ogah!" Bella kembali meninggikan nada bicaranya.

Fella yang mendengar nama Arska di sebut, sontak melirik ke arah Bella. 'Ya ampun, ni anak kenapa bawa-bawa Arska, sih.' batin Fella.

Andy yang mulai jengah dengan sikap menyebalkan Bella melengos sambil mengatur napasnya agar tidak semakin tersulut emosi.

"Sorry, Ndy. Buat kata-kata lo yang semalem, gue jawab enggak!" Fella mulai membuka suara agar suasana tak semakin panas.

"Beri gue satu alasan, kenapa lo nggak bisa nerima gue lagi. Gue yakin kalau lo masih sayang sama gue. Begitu juga gue yang masih sayang sama lo!" jelas Andy seraya meraih kedua tangan Fella, tapi buru-buru di tepis oleh Bella.

"PD banget bilang sayang, tapi ninggalin gitu aja demi cewek lain!" ketus Bella.

"Ngajakin balikan lagi, nggak punya malu banget sih jadi cowok! Dasar muka tembok!" sahut Faya.

Andy menundukkan kepalanya sejenak, yang di bilang Bella dan Faya barusan memang benar, lelaki itu mengakui kesalahannya. Dia mulai mengatur napasnya agar ia bisa mengontrol hatinya yang mulai panas.

Fella nampak berpikir, bagaimana caranya agar Andy tak terus mengganggunya lagi. Persetan dengan cibiran apa yang nanti akan dia terima dari mulut mercon ke dua sahabatnya itu.

"Gue udah punya tunangan, Ndy. Makanya gue nggak bisa nerima lo lagi. Gue nggak mungkin nyakitin perasaan tunangan gue, demi balikan lagi sama lo, gue nggak mau di pandang sebagai cewek serakah apa lagi egois." jelas Fella dengan melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.

Bella dan Faya saling bertukar pandang, mereka mengerutkan keningnya secara bersamaan, sambil mengangkat ke dua bahu mereka. Mereka masih bingung dengan perkataan Fella barusan. Sementara Andy syok mendengar perkataan Fella yang menurutnya mustahil, hatinya terasa tersayat, pupus sudah harapannya untuk mendapatkan hati Fella kembali.

"Lo, pasti bohong kan, Fel. Lo lagi bercanda kan? Lo pengen gue nyerah dan nggak ngejar elo lagi, kan?"

Fella menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat serius agar tak ada yang curiga kalau dirinya memang berbohong. Andy tersenyum sinis, dia yakin bahwa Fella telah membohonginya. "Gue yakin, Fel Lo pasti bohong, karena lo nggak mau ke ganggu lagi sama kehadiran gue, kan? Jujur aja, Fel. Hati gue sakit!" seru Andy sambil memegangi dadanya yang bidang. Lelaki itu memukul-mukul dadanya beberapa kali.

"Gue nggak bohong, gue bener-bener udah tunangan, Bella sama Faya aja udah kenal kok sama tunangan gue, namanya Arska, dia nggak sekolah di sini. Makanya gue nggak bisa kenalin ke elo, jadi jangan coba-coba lo nyari tahu soal dia, gue paling nggak suka! Kalau kehidupan gue terusik untuk kedua kalinya!" tegas Fella.

Bella dan Faya melongo, mereka mengedip-gedipkan matanya beberapa kali. Mulut mereka seakan terkunci dan tak bisa bersuara lagi. Agar lebih meyakinkan Andy, Fella pun mengangkat jarinya, di sana sudah terpasang sebuah cincin yang indah, padahal dua minggu yang lalu Merry yang membelikannya, karena nilai ulangan matematika Fella sangat sempurna dan memuaskan.

"Dua minggu yang lalu gue udah tunangan, sorry kalau bikin lo kecewa. Tapi, gue nggak bakalan ngecewain orang yang bener-bener sayang sama gue, cuma demi balikan sama MANTAN!" jelas Fella sambil pergi meninggalkan Andy.

Andy masih memandangi punggung Fella yang semakin menjauh darinya. Pandangan lelaki itu tak lepas dari ketiga gadis yang telah meninggalkannya sendirian itu. Matanya mulai memanas, ingin rasanya ia berteriak tapi ia urungkan. Andy yakin suatu saat dia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, ia tak mau menyerah begitu saja.

"Gue bakalan rebut lo dari tunangan brengsek lo, Fel. Liat aja, meskipun kedengarannya gue agak serakah, tapi gue nggak mau tinggal diem gitu aja! Gue belum kalah." kata Andy pada dirinya sendiri. lelaki itu mulai mengepalkan kedua tangannya.

...~Cinta Untuk Fella~...

Suasana kantin yang ramai karena semua murid sudah lapar membuat bising seisi kantin. Bella dan Faya yang masih penasaran langsung bertanya.

"Beneran lo udah tunangan, Fel? Kok lo nggak ngasih tau kita, sih. Jahat banget!" ucap Bella sambil mengaduk-aduk mangkok bakso yang ada di depannya dengan raut wajah masamnya.

"Iya ni, ngakunya sahabat. Tapi nggak mau ngasih tau!" tambah Faya dengan wajah masamnya juga.

Kedua gadis itu sama-sama memasang wajah kesal mereka. Fella yang melihat ekspresi wajah serius dari kedua sahabatnya itu, langsung tertawa tanpa dosa. Bella dan Faya saling lirik mereka merasa jengkel dengan sikap kekanakan dari sahabatnya itu, bukan jawaban yang mereka terima, Fella justru tertawa seenak jidatnya sendiri.

"Nanya serius, ni. Kita tuh lagi nggak ngelawak, malah lo ketawa seenak jidat lo sendiri!" ketus Bella.

Fella semakin menguar tawanya. "Gini ya, gue tuh cuma bohong sama Andy, biar dia nggak deketin gue lagi, ya kali gue mau balikan sama dia, ogah banget, kan!" jawab Fella diiringi sisi tawa.

Tak merasa puas dengan jawaban Fella, Bella pun pengangkat satu alis, matanya melihat ke arah jari manis milik Fella dagunya terangkat sedikit. "Itu di jari manis lo. ada cincin?" selidik Bella.

Fella makin tertawa tak karuan. "Ini itu, cincin yang ngasih Bunda, waktu gue dapetin nilai Matematika yang sempurna." ucapnya sambil memandangi cincin yang ia pakai.

"Gue pikir lo udah tunangan beneran sama Arska, nggak taunya, lo cuma mau ngebohongi si Andy." sahut Faya dengan memajukan bibirnya.

"Kok kalian jadi nggak semangat gitu, sih. Setelah gue cerita hal yang sebenernya." Fella langsung meletakan sendok-nya.

"Gue berharap, kalau eli beneran jadian atau tunangan sama Arska, Fel. Gue nggak mau lo sedih terus, karena kepikiran si Andy." jawab Bella lesu.

"Iya, Fel. Gue setuju sama Bella, gue harap lo bisa move on dari si Andy kutu kupret itu." sambung Faya.

"Move On sih udah, masalah tunangan, gue belom kepikiran sampai situ, jadian aja belum. Ya kali, ada keajaiban buat kabulin doa kalian." balas Fella mengerucutkan bibirnya.

Sekarang yang tertawa malah Bella dan Faya meraka saling lirik, tak bisa menahan tawanya lagi, mereka berhasil mengerjai sahabatnya itu. Secara tak langsung Fella sudah mengaku kalau dia sudah memiliki rasa terhadap Arska. Buktinya, gadis itu berharap bisa bertunangan dengan lelaki tampan itu.

Fella mengerutkan keningnya, ia memandangi kedua sahabatnya secara bergantian. Fella heran kepada sikap kedua sahabatnya itu. "Lo, kenapa pada ketawain gue, sih. Tadi gue ngetawain kalian, kalian pada marah, sekarang giliran kalian yang ngetawain gue!" nada bicara Fella terlihat kesal.

"Abisnya lo lucu sih, Fel. Lain di mulut lain pula di hati." ejek Faya sambil memegangi perutnya yang mengeras karena tawa yang berlebihan.

"Iya Fel, ngomongnya nggak suka nyatanya ngarep tunangan sama dia, hahahahaha...." sahut Bella yang makin mengeraskan suara tawanya.

"Jadi, kalian tadi tuh cuma pura-pura ngambek sama gue. Tau gitu ogah gue jujur." gadis itu langsung melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada, punggungnya menyandar di meja belakangnya, saraya melotot ke arah Bella dan Faya.

"Hahaha.... udah lah, Fel. Nggak usah malu-malu gitu, sampai ngambek segala." ledek Bella.

"Rese, lo pada! Kalau bukan sahabat gue udah gue tendang kalian berdua!"

"Udah ah, Fay. Perut gue sakit, nih. Gara-gara ngerjain manusia satu ini." celoteh Bella dengan menunjuk kearah Fella.

"Sama Bel, perut gue juga sakit nih," balas Faya.

"Syukurin! Siapa suruh ngerjain orang!" ketus Fella.

"Tuh Bel, mulai lagi ngambeknya."

Mereka berdua semakin tertawa tak karuan. Sesaat Bella menghentikan tawanya. "Semoga, aja ada malaikat yang lewat, terus lo, beneran tunangan sama Arska. Fel. Biar impian elo jadi kenyataan." ucap Bella sambil meminum softdrink yang ia pegang.

"Aamiin.... semoga tuan putri kita ini, nggak ngeselin lagi kaya yang udah-udah." sahut Faya.

Fella memandangi kedua sahabatnya

"Semoga, gue bener- bener bisa bahagia." sahut Fella dengan merendahkan nada bicanya.

Terpopuler

Comments

IchaLove

IchaLove

Dasar mantan 🥶🥶😤

2022-04-16

0

Bundanya M Arya

Bundanya M Arya

makin penasaran

2022-04-06

1

Ama

Ama

semangat kk

2022-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 Wajah Mendung Fella
2 Peduli
3 Gadis kecil yang mengemaskan
4 Pagi hari yang suram
5 Pertemuan
6 Luluhnya Hati Arska
7 Rasa Suka Arska
8 Harapan untuk Arska
9 Kedekatan Antara Fella dan Arska
10 Rasa Sesak itu Muncul lagi
11 Hari Bahagia
12 Pertikaian di Kantin
13 Perhatian Arska
14 Puisi Cinta Untuk Arska
15 Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16 Rahasia Brayu
17 Biyang Gosip di kelas
18 Play Boy Galau
19 Rencana Fella dan Arska
20 Pertemuan Yang di Sengaja
21 Ciuman Pertama Fella dan Arska
22 Menjaga Hati Faya
23 Gagalnya Rencana Mona
24 Spesial Biodata:
25 Ketulusan Hati Seorang Arska
26 Pesan Teror untuk Arska
27 Kebahagian Fella yang Paling Penting
28 Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29 Trending Topik di Sekolahan
30 Pusat Perhatian
31 Lagu Indah untuk Arska
32 Penculikan
33 Kepanikan Arska
34 I Hate You Mona
35 Tuduhan Dilan
36 Another Threat !!
37 Between Confused and Love
38 Rasa Curiga Fella
39 Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40 Are You Okay, Fella!!
41 Pengakuan Cinta Dilan
42 Pengakuan Cinta Dilan 2
43 Pengakuan Cinta Dilan 3
44 Violla yang Syok
45 Fella Pingsan
46 Mimpi atau Nyata
47 Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48 KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49 Faya Matre
50 Isi Hati Fella
51 Kecelakaan
52 Bangun Sayang!!!
53 Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54 Pura-Pura Amnesia
55 Pura-pura Amnesia 2
56 Mulut Ember Faya
57 Trik yang Membuahkan Hasil
58 Rindu yang Mengebu
59 Liburan
60 Suara Petir yang Marah
61 Sorak Sorai di Pagi Hari
62 Iseng
63 Berdua itu Lebih Romantis
64 Sikap yang Berubah-ubah
65 Demam
66 Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67 Balik Jakarta
68 Go to School
69 Terpaksa Pulang Bareng
70 Perang Batin yang Berujung Manis
71 Belajar Bersama
72 Pajak Jadian
73 Seharian Bersama Arska
74 Baku Hantam
75 Tawa Malam di Kediaman Moregan
76 Leon dan Genk Motornya
77 Cibiran di Pagi Hari
78 Mikirin Kamu
79 Saran dari Mantan
80 Kejutan yang Menyebalkan
81 Senam Jantung
82 Mata-Mata Untuk Arska
83 Rasa Cemburu Arska
84 Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85 Ikut Camping
86 Berangkat Camping
87 Terlambat
88 Jadi Kakak Pembimbing
89 Cemburu
90 Kamu Injak Kaki Aku!!
91 Saling Cemburu
92 Hukuman yang Manis
93 Nasi Goreng
94 Putus Lebih Baik
95 Malam Api Unggun
96 Kebersamaan
97 Teori Lima Detik
98 Teori Lima Detik 2
99 Teori Lima Detik 3
100 Kesempatan
101 Terjebak Hujan
102 Menginap di Rumah Fella
103 Penganggu
104 Hari Yang di Tunggu
105 Pertukaran Cincin
106 Hari Pertama Ospek
107 Menjadi Incaran Para Senior
108 Perkelahian
109 Hari ke Dua Ospek
110 Gosip atau Fakta
111 Pura-Pura Jadi Pacar
112 Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113 Identitas Asli Bella
114 Merasa Bersalah
115 Fella Sakit
116 Nasehat Dari Arska
117 Bella Vs Brayu
118 Kekonyolan Fella
119 Terlalu Nyaman
120 Sisi Lain Arska
121 Jiwa Akutansi
122 Kesedihan Brayu
123 Merasa di Rugikan
124 Ajakan untuk Menikah
125 Menghadap Calon Mertua
126 Bahan Candaan
127 Cari Muka
128 Paksaan dari Brayu
129 Cuma Pacar
130 Kesuraman
131 Wanita Gila!!
132 Tentang Perasaan Bella
133 Menyerah
134 Terlihat Imut
135 Calon Pengantin Pria
136 Hari Bahagia Itu Datang
137 Lelah Yang Membahagiakan
138 Pengantin Baru
139 Merebutkan Bella
140 Ciuman tak Langsung
141 Undangan Dari Bella
142 Ulang Tahun Bella
143 Sesakit Ini?
144 Kuatkan Diri
145 Bahan Bullyan!!
146 Kecemburuan Arska
147 Ingin di Nikahkan!
148 Tersulut Emosi
149 Menurunkan Ego!
150 Menyelesaikan Maslah
151 Rencana Gagal
152 Undangan Pernikahan
153 SAH!!
154 Malam Pertama (Perdebatan)
155 Menginginkan Cucu!!
156 Menginginkan Cucu 2
157 Menahan Rasa Malu
158 Jogja!
159 Tragedi di Jogja!
160 Sasange
161 Heha SKY View
162 Menjadi Tersangka
163 Ketakutan!!
164 Ketakutan 2
165 Masa Liburan Telah Berakhir!
166 Terpojok!
167 Rey Kampret !
168 Tiga Syarat!
169 Mengakhiri Drama!
170 Meminta Bantuan Bella
171 Kencan
172 Kencan Yang Gagal.
173 Terjebak Di Perpustakaan
174 Rasa Kesal!
175 Dia Spesial Di Mata Ku!
176 Terlalu PD
177 Romantisme Hilang Sekejab
178 Tak Ada Kabar
179 Meminta Maaf!
180 Kesialan Kevin
181 Elo Lagi!
182 Morning Kiss
183 Fella Ngidam
184 Gara-gara Mie Instan
185 Menjadi Penguntit
186 Terlalu Polos
187 Salah Sasaran
188 Acara Pertunangan
189 Mendapat Restu
190 Balikan!
191 Kelahiran Sang Penerus (END)
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Wajah Mendung Fella
2
Peduli
3
Gadis kecil yang mengemaskan
4
Pagi hari yang suram
5
Pertemuan
6
Luluhnya Hati Arska
7
Rasa Suka Arska
8
Harapan untuk Arska
9
Kedekatan Antara Fella dan Arska
10
Rasa Sesak itu Muncul lagi
11
Hari Bahagia
12
Pertikaian di Kantin
13
Perhatian Arska
14
Puisi Cinta Untuk Arska
15
Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16
Rahasia Brayu
17
Biyang Gosip di kelas
18
Play Boy Galau
19
Rencana Fella dan Arska
20
Pertemuan Yang di Sengaja
21
Ciuman Pertama Fella dan Arska
22
Menjaga Hati Faya
23
Gagalnya Rencana Mona
24
Spesial Biodata:
25
Ketulusan Hati Seorang Arska
26
Pesan Teror untuk Arska
27
Kebahagian Fella yang Paling Penting
28
Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29
Trending Topik di Sekolahan
30
Pusat Perhatian
31
Lagu Indah untuk Arska
32
Penculikan
33
Kepanikan Arska
34
I Hate You Mona
35
Tuduhan Dilan
36
Another Threat !!
37
Between Confused and Love
38
Rasa Curiga Fella
39
Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40
Are You Okay, Fella!!
41
Pengakuan Cinta Dilan
42
Pengakuan Cinta Dilan 2
43
Pengakuan Cinta Dilan 3
44
Violla yang Syok
45
Fella Pingsan
46
Mimpi atau Nyata
47
Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48
KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49
Faya Matre
50
Isi Hati Fella
51
Kecelakaan
52
Bangun Sayang!!!
53
Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54
Pura-Pura Amnesia
55
Pura-pura Amnesia 2
56
Mulut Ember Faya
57
Trik yang Membuahkan Hasil
58
Rindu yang Mengebu
59
Liburan
60
Suara Petir yang Marah
61
Sorak Sorai di Pagi Hari
62
Iseng
63
Berdua itu Lebih Romantis
64
Sikap yang Berubah-ubah
65
Demam
66
Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67
Balik Jakarta
68
Go to School
69
Terpaksa Pulang Bareng
70
Perang Batin yang Berujung Manis
71
Belajar Bersama
72
Pajak Jadian
73
Seharian Bersama Arska
74
Baku Hantam
75
Tawa Malam di Kediaman Moregan
76
Leon dan Genk Motornya
77
Cibiran di Pagi Hari
78
Mikirin Kamu
79
Saran dari Mantan
80
Kejutan yang Menyebalkan
81
Senam Jantung
82
Mata-Mata Untuk Arska
83
Rasa Cemburu Arska
84
Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85
Ikut Camping
86
Berangkat Camping
87
Terlambat
88
Jadi Kakak Pembimbing
89
Cemburu
90
Kamu Injak Kaki Aku!!
91
Saling Cemburu
92
Hukuman yang Manis
93
Nasi Goreng
94
Putus Lebih Baik
95
Malam Api Unggun
96
Kebersamaan
97
Teori Lima Detik
98
Teori Lima Detik 2
99
Teori Lima Detik 3
100
Kesempatan
101
Terjebak Hujan
102
Menginap di Rumah Fella
103
Penganggu
104
Hari Yang di Tunggu
105
Pertukaran Cincin
106
Hari Pertama Ospek
107
Menjadi Incaran Para Senior
108
Perkelahian
109
Hari ke Dua Ospek
110
Gosip atau Fakta
111
Pura-Pura Jadi Pacar
112
Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113
Identitas Asli Bella
114
Merasa Bersalah
115
Fella Sakit
116
Nasehat Dari Arska
117
Bella Vs Brayu
118
Kekonyolan Fella
119
Terlalu Nyaman
120
Sisi Lain Arska
121
Jiwa Akutansi
122
Kesedihan Brayu
123
Merasa di Rugikan
124
Ajakan untuk Menikah
125
Menghadap Calon Mertua
126
Bahan Candaan
127
Cari Muka
128
Paksaan dari Brayu
129
Cuma Pacar
130
Kesuraman
131
Wanita Gila!!
132
Tentang Perasaan Bella
133
Menyerah
134
Terlihat Imut
135
Calon Pengantin Pria
136
Hari Bahagia Itu Datang
137
Lelah Yang Membahagiakan
138
Pengantin Baru
139
Merebutkan Bella
140
Ciuman tak Langsung
141
Undangan Dari Bella
142
Ulang Tahun Bella
143
Sesakit Ini?
144
Kuatkan Diri
145
Bahan Bullyan!!
146
Kecemburuan Arska
147
Ingin di Nikahkan!
148
Tersulut Emosi
149
Menurunkan Ego!
150
Menyelesaikan Maslah
151
Rencana Gagal
152
Undangan Pernikahan
153
SAH!!
154
Malam Pertama (Perdebatan)
155
Menginginkan Cucu!!
156
Menginginkan Cucu 2
157
Menahan Rasa Malu
158
Jogja!
159
Tragedi di Jogja!
160
Sasange
161
Heha SKY View
162
Menjadi Tersangka
163
Ketakutan!!
164
Ketakutan 2
165
Masa Liburan Telah Berakhir!
166
Terpojok!
167
Rey Kampret !
168
Tiga Syarat!
169
Mengakhiri Drama!
170
Meminta Bantuan Bella
171
Kencan
172
Kencan Yang Gagal.
173
Terjebak Di Perpustakaan
174
Rasa Kesal!
175
Dia Spesial Di Mata Ku!
176
Terlalu PD
177
Romantisme Hilang Sekejab
178
Tak Ada Kabar
179
Meminta Maaf!
180
Kesialan Kevin
181
Elo Lagi!
182
Morning Kiss
183
Fella Ngidam
184
Gara-gara Mie Instan
185
Menjadi Penguntit
186
Terlalu Polos
187
Salah Sasaran
188
Acara Pertunangan
189
Mendapat Restu
190
Balikan!
191
Kelahiran Sang Penerus (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!